Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial

Mengulik Relevansi Pendidikan dengan Kesuksesan

Guru Menulis | Monday, 09 May 2022, 13:13 WIB
Belajar bersama (dokumen pribadi)

Berbicara tentang sistem pendidikan mungkin sudah jadi rahasia umum dan pemikiran banyak orang bahwa sistem pendidikan banyak cacatnya. Banyak tokoh di Indonesia seperti Nadiem Makarim sampai tokoh internasional Elon Musk atau Sir Ken Robinson, mereka semua mengkritik efektivitas dari sistem pendidikan. Tapi sebenarnya apa yang jadi masalah dari sistem pendidikan saat ini? Salah satu science komunikator yang terkenal Neil deGrasse Tyson menyatakan bahwa sekolah itu sebenarnya mereward nilai, tapi sayangnya kehidupan tidak mereward nilai. Jadi bisa dibilang bahwa sekolah itu nggak efektif pengaruhnya bagi kehidupan kita. Nah ini adalah masalah pertama. Sebenarnya tujuan dari pendidikan itu apa sih? Ini bisa jadi perdebatan, mungkin masing-masing dari kita punya pandangan yang berbeda, tapi kalau secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan itu tentu untuk menyiapkan manusia agar siap dalam menjalani hidupnya. Pendidikan juga bisa membantu kita supaya dapat memiliki skill yang membantu kita dalam menjalani hidup. Pertanyaannya selanjutnya, apakah sekolah sudah berperan seperti itu? Sudah berperan untuk mencapai tujuannya? Neil deGrasse Tyson menyatakan bahwa sekolah yang ada saat ini belum bisa mencapai tujuan tersebut. Karena hal yang dihargai di sekolah itu nilai tinggi, sayangnya nilai tinggi di sekolah itu tidak menjamin bahwa kita akan siap dalam menjalani kehidupan. Ada riset yang menyebutkan bahwa nilai sekolah itu berkorelasi dengan kesuksesan. Tetapi kalau kita lihat di kehidupan nyata, ternyata sebenarnya banyak juga orang yang nilainya rendah tapi tetap bisa masuk ke standar sukses, seperti Albert Einstein, Steven Spielberg lain sebagainya.Masalah kedua, menurut Elon Musk sekolah itu hanya menjelaskan apa tapi bukan kenapa. Kita memang belajar banyak di sekolah. Kita belajar belasan pelajaran, ada fisika, geografi, matematika, dan sebagainya. Dan kita tahu kontennya yang dipelajari itu. Tapi apakah kita tahu kenapa itu diajarkan di sekolah? Apakah semua guru bisa menjelaskan, kenapa pelajaran-pelajaran tersebut yang diajarkan sekolah? Banyak dari kita yang tidak tahu kenapa sih kita perlu belajar geografi, kenapa sih kita perlu belajar matematika. Dan ini sudah jadi rahasia umum bahwa kita semua sama-sama berpikir bahwa tidak semua pelajaran di sekolah akan terpakai dalam kehidupan. Masalah yang ketiga, menurut Sir Ken Robinson sekolah itu sebenarnya membunuh kreativitas muridnya. Kenapa? Karena murid disuruh untuk menurut terus-menerus melakukan hal yang sama, untuk diajari persis hal yang sama, dan untuk punya standar yang sama. Kapan mereka harus belajar, kapan mereka harus berhenti belajar, kapan harus dapat nilai, semuanya sama. Menurut survei Robinson tipe pembelajaran seperti itu membuat kreatifitas kita mati. Tipe belajar seperti itu menurut Sir Ken Robinson sebetulnya itu tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh buruh pabrik di masa awal industrialisasi. Orang dikumpulkan di satu tempat, disuruh ngelakuin hal yang sama berulang-ulang, dan dievaluasi dengan evaluasi yang sama. Dampak akhirnya passion orang-orang tersebut menghilang, kreativitas orang-orang mati perlahan karena mereka tidak diberi ruang untuk melakukan hal yang ingin mereka lakukan, tidak diberi ruang juga untuk berinovasi, untuk mengeksplor jawaban-jawaban lain. Masalah yang keempat, hal yang diajarkan di sekolah itu tidak relevan dengan hal yang kita butuhkan kalau dalam kehidupan. Apa sih hal yang kita butuhkan? Banyak, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, bagaimana caranya berinteraksi sosial, bagaimana caranya mengatur keuangan, bagaimana caranya agar kita bisa kerjasama sama orang lain, leadership, pengetahuan tentang diri dan lain sebagainya. Apakah sekolah sudah mengajarkan semua itu? Apakah pelajaran yang kita pelajari di sekolah itu relevan dengan hal yang kita butuhkan kehidupan? Belum, di pekerjaan kita sekarang ini, ilmu yang dipelajari di sekolah hanya sedikit yang digunakan saat kita bekerja, kurang lebih 10 - 15 persen saja. Pelajaran yang dipelajari di sekolah itu banyak yang tidak relevan dengan pekerjaan atau hal yang penting dalam kehidupan. Apa yang dapat kita lakukan agar sistem pendidikan ini menjadi lebih baik. Pertama adalah kita harus tetap optimis. Kita sama-sama tahu bahwa sistem pendidikan itu banyak masalahnya, masalah sistem, teknis, kurangnya motivasi dari murid, masalah infrastruktur dan lain sebagainya. Kita harus tetap percaya bahwa kita dapat memperbaiki semua itu sedikit demi sedikit, meskipun hanya satu persen setiap harinya. Semua diawali dari mindset, kalau kita tidak yakin bahwa kita bisa, maka kita tidak akan bisa. Yang paling penting harus tetap banyak orang yang optimis dan tetap mengusahakan perkembangan sistem pendidikan. Dengan kita optimis hal-hal yang awalnya kita anggap tidak mungkin, hal-hal yang kayak jauh dari otak kita ini, pasti bisa terjadi nanti. Kedua, coba pelajari hal-hal penting dalam hidup yang tidak dipelajari di sekolah. Cari tempat belajar lain, cari cara belajar yang baru, dan belajar hal-hal yang penting yang mungkin sudah terlewatkan selepas dari sekolah. Jangan takut untuk membaca cara baru, jangan termakan stigma negatif dari pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan. Belajar dari menonton hal-hal yang bermanfaat di YouTube, ikut kursus, ikut kelas online, dan hal-hal yang benar-benar praktis dan langsung ada manfaatnya untuk kehidupan kita. Dengan sistem pendidikan seperti ini, kita tidak bisa jadi pemeran pasif terus, kita harus aktif, kita harus mencari pendidikannya, kita harus yang buat demand nya. Karena kalau demand nya sudah banyak, dan kalau orang-orang sudah sadar dengan hal-hal penting yang mereka butuhkan dalam kehidupan seperti butuh untuk belajar, mau tidak mau nanti perusahaan dan pemerintah juga akan ikut serta berpartisipasi. Jadi ketika orang sibuk dengan akademis yang mungkin sebenarnya tidak penting, kita harusnya sibuk dengan banyak hal penting buat hidup kita.Ketiga, kalau bisa kita menjadi contoh teladan untuk orang lain. Jadi contoh dengan punya self knowledge, relationship, open-minded, dan tujuan hidup yang baik. Dengan contoh yang baik itu nantinya orang lain akan tertarik untuk belajar secara aktif bukan cuma hal yang ada di sekolah tapi juga hal-hal penting dalam kehidupan. Nah inilah pentingnya motivasi kita untuk belajar, jadi jangan capek untuk belajar, selalu cobalah hal-hal baru ini berhubungan hal-hal penting dalam hidup. Keempat, prioritaskan waktu untuk hal yang memang penting. Sekolah formal itu sebenarnya tidak sepenting yang kita bayangkan, kecuali untuk ngelamar kerja. Cukup punya ijazah atau IPK minimal. Sekolah itu hanya penting untuk beberapa profesi, contohnya kedokteran, psikologi klinis dan yang sebagainya yang butuh latihan dan butuh sekolah formal. Tapi untuk hal-hal lain selain itu sebenarnya bisa kita pelajari dari luar sekolah formal. Jadi kalau kita sudah tahu tujuan hidup di dunia, ya sudah jangan terlalu mementingkan sekolah, kecuali kita mau bekerja di keprofesian yang butuh sertifikasi kedokteran atau psikolog. Jangan terlalu mendewakan nilai kalau misalnya setelah punya nilai tinggi tetapi pengetahuannya hanya itu-itu saja. Yang penting tetap tetap naik kelas selama minimal penuhi, tidak akan susah cari kerja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image