Hijrah dan Revolusi Belajar
Eduaksi | 2021-08-12 10:12:45Oleh : Imanuddin Kamil*
*Hijrah dan Revolusi Belajar*
Oleh : Imanuddin Kamil*
Sejauh ini kata hijrah masih dipahami sebatas berpindah. Pindah tempat ataupun pindah kondisi. Tidak ada yang salah!. Pemaknaan hijrah memang seperti itu. Para ulama menyebutnya sebagai hijrah makaniyyah dan hijrah maânawiyyah.
Dahulu kaum muslimin berpindah dari Makkah ke Madinah adalah hijrah makaniyyah. Sedangkan berpindah dari kondisi yang tidak baik menjadi baik, orang yang demikian sejatinya sedang melakukan hijrah maânawiyyah. Itulah yang terkandung dalam sabda Nabi Saw. âOrang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah.â
Maka dalam konteks seperti ini, sering kita dengar, ada yang menyematkan hijrah kepada artis yang mulai mengenakan jilbab misalnya sebagai artis hijrah. Atau seorang preman yang menghapus tato di badannya sebagai preman hijrah. Tidak sedikit juga komunitas yang menyematkan dirinya sebagai komunitas hijrah disebabkan berhenti berhubungan dengan praktik ribawi bank konvensional. Semua itu sekali lagi tidaklah salah.
Namun, ada prespektif lain yang harus dikembangkan dalam memaknai hijrah. Fahmi Amhar (Republika, 7/8/2021) menyebutnya sebagai hijrah multidimensi. Bagaimana hijrah dipahami dalam makna yang lebih luas, dinamis dan tanpa reduksi.
Bukankah para sahabat Nabi dulu setelah hijrah lanjut berkiprah di segala dimensi. Pada dimensi sosial, mereka membangun masyarakat yang saling menopang. Karena itu, terbangun jejaring sosial yang rapi, bukan yang mengedepankan ambisi pribadi. Orang Anshar berbagi hartanya dengan saudaranya dari Muhajirin. Kaum Muhajirin tahu diri, berbagi tenaga dan waktunya untuk saudaranya dari Anshar. Hal ini menjalar ketika Islam meluas ke wilayah-wilayah lain di dunia. Persaudaraan sejati karena hijrah. Demikian penjelasan Fahmi Amhar (selanjutnya ditulis FA).
Momentum hijrah secara filosofis memang kaya, sarat makna, dan nilai. Itu sebabnya khalifah Umar memilihnya sebagai awal penanggalan tahun. Umar berhasil melanggengkan volume progres hijrah tersebut dalam putaran waktu. Bahkan, dia berhasil mewariskan aura dan spirit hijrah itu kepada generasi berikutnya di sepanjang masa. Hampir di setiap pergantian tahun Hijriyah, kita diingatkan dengan sejarah hijrah yang menginspirasi dan memberdayakan itu.
Hal demikian karena spirit dan aura semangat yang terkandung dalam hijrah memang dahsyat. Dalam hijrah terdapat action (aksi). Hijrah juga identik dengan fight (perjuangan). Pada hijrah ada movement (pergerakan), hope (harapan), dan juga membentangkan prediksi future (masa depan).
Inilah anasir-anasir hijrah yang dapat menjadi inspirasi dalam praktek penerapan yang multidimensi. Tinggal bagaimana mengkapitalisasi anasir ini pada dimensi yang sedang dijalani. Misalnya dalam dimensi belajar. Semua anasir hijrah yang disebutkan, adalah juga dibutuhkan pada anasir revolusi belajar.
Pembelajar sejati tidak akan pernah berhenti melakukan aksi pembelajaran, belajar sepanjang hayat. Pembelajar sejati akan selalu mencurahkan kesungguhan, penuh perjuangan menghadapi tantangan, Pembelajar sejati akan terus bergerak untuk mengejar asa dan menyiapkan masa depan yang penuh makna. Pembelajar sejati adalah seorang visioner yang senantiasa menatap jauh ke depan.
Pada dimensi ini FA kembali menguraikan. Bagaimana semangat hijrah ini merasuk pada cara belajar generasi sahabat dan setelahnya pasca hijrah. Bukankah mereka rela berburu ilmu astronomi ke Mesir, kedokteran ke Yunani, matematika ke India, hingga teknik membuat kertas ke Cina. Mereka rela berjalan begitu jauh dan berat karena telah hijrah! Yakin rezeki dan ajal tak akan mendahuluinya selama mereka pergi untuk mencari ilmu dan berdakwah. Inilah yang kita butuhkan hari ini. Begitulah FA mengulas spirit hijrah multidimensi pada dimensi sains.
Dalam masa pandemi Covid 19 ini, tentu semangat hijrah seperti ini sangat dibutuhkan dunia pendidikan. Semangat hijrah yang diharapkan menjalar pada spirit dan praktek belajar kekinian. Inspirasi hijrah sangat relevan untuk menjadi bahan baku rekonstruksi revolusi belajar era pandemi. Kata kuncinya ada pada anasir yang telah disebutkan; action, fight, movement, hope dan future.
Salam Pendidikan!
*Guru SIT Lampu Iman
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.