Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Bagaimana Orang Tua mempertahankan Akhlak baik anak selama Ramadhan

Gaya Hidup | Sunday, 08 May 2022, 14:31 WIB

Ramadhan telah berlalu. Bulan yang penuh hikmah dan program edukasi tersebut, tanpa terasa telah berlalu meninggalkan kita semua. Sejumlah keluarga, benar-benar menggunakan bulan tersebut untuk melakukan proses ‘edukasi’ pada anaknya. Upaya perbaikan akhlak, penyempurnaan ibadah, peningkatan perilaku bermanfaat dll, dilakukan orang tua terhadap anaknya selama bulan Ramadhan.

Namun kita Ramadhan telah berlalu, dan gelombang cobaan/godaan kembali hadir. Dunia hiburan berlomba menawarkan ‘dagangannya’. Ragam tontonan yang (sangat mungkin) terkandung didalamnya unsur-unsur negatif, kembali hadir di tengah-tengah masyarakat. Sejumlah Film baik loka;/internasional yang berpotensi mengenalkan anak pada kelezatan semu duniawi seakan berkompetisi hadir menawarkan pesonanya.

Maka, peran penting orang tua untuk tetap menjaga ragam kebaikan yang telah dibangun selama bulan Ramadhan menjadi sangat krusial. Bulan Syawal bukanlah bulan santai bagi orang tua, namun sebaliknya, justru dapat menjadi bulan yang paling sibuk. Mengapa? Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa ‘menjaga/memelihara, jauh lebih sulit daripada menciptakan pertama kali.

Maka, Bagaimana menjaga Akhlak anak pasca Ramadhan? Berikut sedikit paparannya:

1. Pertahankan segala perbuatan baik yang telah berhasil terbangun selama Ramadhan, sebagai contoh:

a. Kebiasaan bangun pagi. Sebagian anak, sangat sulit bangun pagi. Mereka cenderung bermain dan beraktivitas sampai malam di hari-hari diluar Ramadhan. Maka, ketika satu keluarga bangun pagi untuk sahur, adalah kesempatan terbaik untuk membangun disiplin baru (new discipline) yaitu, disiplin bangun pagi.

b. Kebiasan sholat berjamaah di Mesjid. Jika sebelum Ramadhan orang tua sulit mengajak anak untuk sholat tepat waktu berjamaah di Mesjid, maka pada bulan Ramadhan, biasanya orang berduyun-duyun dan bersemangat sholat di masjid. Maka pasca Ramadhan, orang tua punya kesempatan terbaik untuk mempertahankan perilaku baik anaknya, yaitu terbiasa sholat tepat waktu berjamaah di masjid

c. Kebiasaan mengurangi hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti berlama-lama berselancar di internet tanpa tujuan yang jelas, berlama-lama main games/online games, berlama-lama tenggelam dalam media sosial dll, berlama-lama ngobrol ngalur-ngidul di kafe. Saat Ramadhan, biasanya individua tau keluarga, sangat ‘pelit’ terhadap waktu, dan ‘loyal’ menggunakan waktu untuk aktivitas ibadah dan yang menunjang ibadah. Maka pasca Ramadhan, adalah kesempatan terbaik menemani anak untuk melakukan aktivitas yang positif, serta membiasakan mereka melakukan ‘hanya’ aktivitas yang bermanfaat dalam mengisi waktu.

2. HIndari Euforia berlebihan. Ramadhan mengajarkan manusia untuk berhemat dan menghayati perjuangan kaum miskin dalam menahan lapar. Maka begitu memasuki bulan Syawal, orang tua memiliki amanah untuk mendampingi anak dalam merayakan lebaran dan Syawal. Inilah kesempatan terbaik mendampingi anak dalam menggunakan uang “THR/Upeti Lebaran-nya”. Ajak anak untuk berdiskusi terkait penggunaan yang bijaksana dalam memanfaatkan uang tersebut. HIndari gaya hidup boros dan lupa daratan, seakan-akan baru terbebas dari penjara satu bulan. Jangan lupa, ajarkan anak untuk ‘berbagi rezeki’ kepada yang membutuhkan. Ingatkan bahwa dalam dana THR/Upeti Lebaran tersebut, juga terkandung ‘hak’ kaum yang lain, yang mungkin jauh lebih membutuhkan.

3. Hindari kemaksiatan. Bagi para orang tua, sebaiknya memberikan perhatian khusus pada putra dan putrinya dalam pergaula. Sekilas pandangan mata, tidak sedikit anak-anak muda/remaja yang begitu selesai Ramadhan, melanjutnya aktivitas pacarannya. Mereka pergi berdua-duaan dengan non mahram-nya, naik sepeda motor, berpelukan dan lain-lain. Khas Negara Indonesia, libur lebaran identik dengan liburan, rekreasi dan upaya-upaya penghlangan stress. Maka pada momen ini, banyak remaja putra dan putri yang minta ijin orang tuanya untuk pergi bersama "gank/bestie"-nya, tanpa pengawasan orang tua. Padahal Islam mengingatkan kita agar remaja putri yang sudah dewasa tidak bersafar dengan non mahramnya. Maka, disinilah peran orang tua sangat penting untuk memberikan edukasi.

4. Pertahankan puasa mata dan telinga. Poin ini memerlukan prioritas khusus dari orang tua, mengingat selama Ramadhan, individu dan keluarga berjuang begitu keras untuk bukan hanya berpuasa dari makan dan minum, namun juga dari hal-hal buruk yang dapat menyerang mata dan telinga. Begitu libur lebaran, banyak anak dan remaja yang ‘minta ijin’ pamit untuk rekreasi, nonton konser musik, pacaran, dll. Mengapa? Karena momen liburan pasca lebaran adalah momentum bagi dunia hiburan menawarkan paket hiburannya, sehingga banyak pihak tidak ingin kehilangan momentum.

Sehingga, orang tua perlu sangat selektif dalam memberikan ‘ijin’ bagi anak-anaknya ketika meminta ijin untuk ‘pergi mencari hiburan’. Sangat dikawatirkan bahwa puasa mata dan telinga yang telah dilatih sebulan penuh bisa luruh sedikit demi sedikit atau bahkan hilang semuanya, karena godaan dunia hiburan yang luar biasa.

Bersambung

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image