Mengambil Hikmah Hijrah Rasulullah Di Tengah Wabah
Agama | 2021-08-10 16:45:33Dua kali sudah umat islam memperingati tahun baru hijriyah dalam suasana wabah. Tahun baru hijriyah yang biasa diperingati dengan meriah harus dijalani dalam suasana pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang sudah diperpanjang sebanyak 3 kali. Lagi-lagi suasana peringatan tahun baru hijriyah kali ini dalam suasana sunyi senyap. Tak ada pawai ta'aruf para santri, tidak ada gebyar Muharram, tidak ada kemeriahan perlombaan. Tidak hanya sunyi dalam peringatan tahun baru hijriyah, negeri ini juga terus dilanda duka karena wabah, korban meninggal akibat covid- 19 terus bertambah, yang terinveksi dan terdampak pun semakin banyak.
Hampir semua lini kehidupan terimbas. Dalam bidang pendidikan, nasib generasi dipertaruhkan, di bidang perekonomian masyarakat semakin merasakan kesempitan, pendapatan terus menurun sedangkan kebutuhan semakin meningkat. Di bidang kesehatan juga semakin memprihatinkan. Pasien covid terus bertambah sedangkan fasilitas kesehatan tidak mampu memberikan pelayanan maksimal, selain karena keterbatasan sarana juga diperparah dengan semakin banyaknya tenaga kesehatan yang meninggal, maka lengkap sudah macam penderitaan yang dialami rakyat.
Wabah yang berlangsung hampir dua tahun ini seharusnya menjadi momen untuk muhasabah, mengapa ujung wabah ini seolah belum nampak juga. Apalagi dengan peringatan tahun baru hijriyah ini, menjadi kesempatan yang tepat untuk melakukan perubahan. Karena tahun baru hijriyah tidak bisa dilepaskan dari peristiwa hijrah Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah, tonggak perubahan kehidupan umat islam. Hijrah Rasulullah saw adalah contoh nyata perubahan total dalam kehidupan. Di Mekah umat islam tidak leluasa menjalankan agama Islam, tidak bebas mendakwahkan agama Allah.
Hijrah Rasulullah saw adalah bukti perubahan total menuju umat terbaik dengan menerapkan syariah kaffah. Dan dari kehidupan Rasulullah saw yang diteruskan para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in ini pula kita juga bisa meneladani bagaimana beliau para generasi terbaik menyikapi wabah.
Pertama, meneladani sikap ridha terhadap apapun yang ditetapkan Allah, yakin ini adalah yang terbaik dari Allah meski terkadang buruk dalam kacamata manusia. Kedua, muhasabah dan taubat, bisa jadi wabah ini adalah musibah sekaligus ujian untuk umat Islam dan umat manusia agar semua kembali mengevaluasi bisa jadi telah banyak kemaksiatan dilakukan, bisa jadi membiarkan terjadinya kemaksiatan. Taubat dan segera berubah untuk taat. Ketiga, meneladani teknis penanganan wabah.
Sebagaimana dahulu Khalifah Umar bin Khattab yang bersungguh-sungguh menyelesaikan wabah thaun. Memisahkan yang sakit dengan yang sehat. Menjamin kebutuhan yang sehat, memulihkan yang sakit dengan cepat dengan fasilitas terbaik. Maka ini pun juga bisa segera diterapkan meski terlambat. Tracing, test dan treatment adalah langkah wajib agar segera diketahui mana yang terkena virus dan berpotensi menularkan,
agar yang tertular mengalami gejala segera bisa disembuhkan. Sedangkan yang sehat tetap diberikan kebebasan beraktivitas. Bukan malah membuat kebijakan yang bertele-tele, menyepelekan bahkan menantang wabah.
Semoga dengan datangnya tahun baru hijriyah ini semua bisa mengambil hikmah dari wabah ini, secepatnya kembali taubat dan taat, menghentikan semua maksiat, meninggalkan sejauhnya hukum kufur, bersegera menuju ampunan Allah dengan terikat syariah secara kaffah, pasti selamat dunia dan akhirat. Wallahu a'lam
Nur Aini, S.Si
Guru - Tinggal di Pare Kediri Jawa Timur
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.