Peran Emotion Coaching dalam Pelaksanaan Belajar dari Rumah
Eduaksi | 2021-07-26 20:11:30Breaking News media massa online, Minggu malam 25 Juli 2021, Pemerintah memutuskan untuk melanjutkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang berakhir hari ini, Minggu (25/7/2021). Kebijakan itu diperpanjang terhitung sejak 26 Juli hingga 2 Agustus 2021. "Dengan mempertimbangkan aspek kesehatan, aspek ekonomi, dan dinamika sosial," demikian keputusan Presiden melaluii tayangan youtube Sekretariat Presiden. Informasi tersebut mengharuskan kebijakan Belajar dari Rumah (BDR) melaui moda daring tetap harus dijalani dengan sabar dan semangat.
Kondisi pandemi belum membaik. Dampak virus begitu luas, tidak hanya mengancam nyawa tetapi juga mempengaruhi kondisi psikis masyarakat termasuk anak-anak. Belajar Dari Rumah dengan segala kelebihan kekurangannya saat ini beranjak tahun kedua. Hal ini bisa berdampak positif, karena pusat kegiatan kembali ke asalnya, yaitu rumah. Akan tetapi jika semua kegiatan hanya dilakukan dirumah saja dalam jangka waktu lama hal itu juga bisa menimbulkan dampak negatif terhadap fisik dan psikis.
Kondisi dilapangan saat ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring yang dilakukan dirumah dengan bimbingan orang tua memiliki beberapa kendala, sehingga tidak sedikit orang tua di seluruh wilayah Indonesia meminta pihak sekolah untuk dapat dengan segera melaksanakan pembelajaran secara tatap muka.
Hal ini sebenarnya telah direspon oleh Mendikbud dengan kebijakan PTM mulai tahun ajaran baru 2021/2022 tepatnya pertengahan Juli 2021. Namun, realisasi PTM belum dapat diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, karena kondisi dan situasi dampak covid-19 terus meningkat terutama di Pulau Jawa dan Bali.
Berdasarkan informasi berbagai tayangan televisi, media massa online, keluhan orang tua saat pertemuan melalui zoom dengan pihak sekolah, berbagai kendala yang dialami orang tua dalam mendampingi anak belajar dirumah meliputi kurangnya pemahaman materi oleh orang tua, kesulitan orang tua dalam menumbuhkan minat belajar anak, orang tua kurang sabar dalam mendampingi anak saat belajar dirumah, kesulitan orang tua dalam mengoperasikan gadget, dan kendala terkait jangkauan layanan internet.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan daring ini ternyata orang tua memiliki banyak kendala dalam mendampingi anak belajar dirumah. Menurut Kusuma & Sutapa (2021) dalam penelitiannya, pembelajaran daring berdampak pada perilaku sosial emosional anak. Hal ini disebabkan karena kurangnya interaksi sosial dan sikap toleransi anak, serta kurang bersikap kooperatif. Karena daring, anak merasa rindu dengan teman serta gurunya. Tidak jarang, anak mengalami kekerasan verbal karena belajar yang tidak lazim. Sedangkan di sekolah, anak dapat lebih baik dalam interaksi sosial dan matang secara emosional.
Hasil penelitian lainnnya menunjukkan banyak faktor-faktor yang tidak mendukung proses belajar siswa selama pandemi. Faktor-faktor tersebut, diantaranya: kemampuan teknologi, koneksi akses jaringan internet, media pembelajaran yang digunakan, kapasitas siswa untuk pembelajaran online, dan lain-lain, sehingga motivasi belajar siswa mengalami penurunan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa selama pandemi dalam proses belajar dari rumah mengalami penurunan
Berbagai kendala tersebut tentunya harus dicarikan solusinya, bukan mengeluh saja tanpa berbuat apa-apa. Orang tua dengan segala kegiatannya, baik yang bekerja diluar rumah maupun kerja dirumah mempunyai kendala yang bervariasi dalam mendampingi anak-anak dalam belajar. Jika anak-anak sudah dewasa tidaklah serumit ketika masih usia SD bahkan PAUD. Apapun strata pendidikan anak, baik PAUD-SD-SMP-SMA, karena berada di rumah dalam jangka waktu lama tetaplah mengalami kebosanan, jenuh, malas, ingin keluar rumah sosialisasi dengan teman/sahabat, dll.
Kondisi seperti inilah yang harus diantisipasi dengan berbagai cara bijak dari seluruh warga di rumah agar tetap kondusif meski dalam keterbatasan interaksi sosial dan aktivitas jauh dari normal. Disinilah peran orang-orang terdekat harus saling mendukung dan bersinergi mengokohkan warga rumah agar Belajar dari Rumah dan aktivitas lainnya dapat berjalan normal, walaupun dalam keterbatasan berbagai hal.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar Belajar dari Rumah menjadi sesuatu yang menyenangkan adalah sebagai berikut:
1. Orang tua perlu peka terhadap perasaan anak
Luangkan waktu dan berikan comfort zone untuk anak bercerita mengenai kesehariannya. Dengarkan cerita mereka dengan antusias apapun emosi yang ditampilkan. Berikan apresiasi dan afeksi setelah mereka berani untuk mengatakan apa yang mereka rasakan. Dengan begitu, anak akan menyadari bahwa perasaan mereka merupakan hal yang berharga bagi orang tua.
2. Memperluas ilmu parenting bagi orang tua
Orang tua guru untuk anak ketika di rumah, dan orang tua diharapkan memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan anak. Anak lebih percaya diri dan yakin ketika berdiskusi dengan orang tuanya yang kompeten.
3. Mendampingi anak dalam belajar
Dapat dilakukan dengan cara membuat jadwal harian bersama anak agar anak termotivasi. Walaupun kegiatan belajar dilakukan di rumah, orang tua dapat menciptakan suasana / euforia seperti di sekolah (Rahmi, 2020). Di sisi lain perlu didiskusikan juga untuk membuat kesepakatan terkait SOP (Standar Operasional Prosedur) sederhana dalam kegiatan BDR, misalnya kesediaan dibangunkan/bangun sendiri dengan alarm, mandi, ibadah/doa, berpakaian seragam rapi, sarapan agar secara fisik dan psikis lebih siap dalam mengikuti kegiatan Belajar dari Rumah. Boleh juga disediakan minum/camilan kesenaangan anak agar lebih senang lagi dalam menjalankan rutinitas BDR sedari pagi samapi dhuhur.
4. Berikan respon positif kepada anak
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmi pada tahun 2020, Memberikan pujian kepada anak setelah mencapai sesuatu dapat memotivasi dan membuatnya ingin melakukan hal yang lebih baik. Hal tersebut dapat menghasilkan suasana nyaman dengan komunikasi positif.
5. Berikan penghargaan atas capainnya
Capaian tidak harus menjadi juara pada perlombaan tertentu, tetapi kedisiplinan, kerapihan berpakaian dan ruangan, ketertiban mengikuti BDR merupakan prestasi terbaik saat ini buat mereka. Hadiah tidak harus mahal, yang penting membuat mereka senang dan merupakan kejutan kecil agar dapat mendorong mereka bersemangat untuk terus berupaya menjalani belajar di rumah dengan senang. Bentuknya bermacam-macam, bisa berupa alat tulis, atau pernak pernik kesenangannya yang bisa dipajang dikamar/ruang favorit agar membuat suasana semakin betah.
6. Bantu anak mengidentifikasi emosinya
Dapat dilakukan dengan memberi pertanyaan tentang perasaan mereka. Hal ini dilakukan agar anak mengetahui emosinya dan dapat mengekspresikan dengan baik keinginannya. Hal ini dilakukan untuk mendampingi anak dalam mengelola emosinya.
Jika langkah tersebut dilakukan dengan sabar dan terus menerus, maka ketimpangan belajar di sekolah dengan di rumah dapat diminimalisir. Semua pihak saling mendukung dan menguatkan, baik sekolah khususnya guru, warga dirumah, maupun masyarakat. Sebagai bentuk kolaborasi antara pihak sekolah dan orang tua dapat dilakukan dengan komunikasi intensif melalui berbagai media sosial. Pendampingan yang dilakukan guru dan warga di rumah dengan mencipkatan comfort zone bagi anak dapat mendorong rasa percaya diri, menciptakan suasana nyaman dan kondusif, sehingga anak termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar dari rumah dengan kesadaran bukan sekadar paksaan. Peran orangtua dalam menerapkan emotion coaching tersebut sesuai dengan tema hari anak nasional tahun 2021 âAnak Terlindungi Indonesia Majuâ.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, W. S., & Sutapa, P. (2020). Dampak pembelajaran daring terhadap perilaku sosial emosional anak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1635-1643.
Lita Izzatunnisa, Ade Suryanda, Anisa Siti Kholifah, et al. (2021). Motivasi Belajar Siswa Selama Pandemi dalam Proses Belajar dari Rumah. Jurnal Pendidikan, Vol. 9, No. 2, Juli 2021ISSN: 2337-7607 e-ISSN: 2337-7593. DOI: https://doi.org/10.36232/pendidikan.v9i2.811.
Rahmi, M. (2020). Penguatan Peran Keluarga dalam Mendampingi Anak Belajar di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kreatifitas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 9 (1), 81-105.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.