Menjadi Bintang
Agama | 2021-07-15 18:54:30Sungguh bumi dilanda duka mendalam, tatkala satu demi satu ulama berpulang. Para pewaris nabi kembali ke haribaan Ilahi, di tengah wabah penyakit yang menggenangi kehidupan umat. Sebuah masa yang dahulu hanya kita jumpai pada sirah, tetapi kini kita berada di dalamnya.
Berbeda di kala pengurusan umat dikendalikan Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin, karantina wilayah dilakukan dengan kebijakan yang lengkap dan paripurna. Umat tidak hanya disembuhkan dari penyakit, bahkan seluruh kebutuhan mendasar dalam jaminan penjagaan negara. Hingga pandemi reda.
Namun yang terjadi saat ini, jumlah positif Covid semakin banyak. Nakes tak mampu menangani, hingga banyak korban yang tewas. Berdasarkan data yang dimiliki Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) hingga 4 Juli 2021, sebanyak 584 kiai yang wafat di tengah pandemi Covid-19. Demikian disampaikan Gus Rozin, Wasekjen MUI, seperti dilansir dari situs MUI. (Detiknews.com, 5/7/2021)
Ini data yang tercatat. Bisa jadi angkanya lebih dari itu. Banyak ulama lurus, hanif, yang mengajarkan umat dari pintu ke pintu, atau hanya membentuk hamparan kecil di sudut masjid, terpapar virus dan akhirnya wafat. Allah berkendak memanggil kekasih hati-Nya lebih dulu. Serbuan virus mengganas masuk ke seluruh sendi kehidupan mengenai semua kalangan.
Kepergian ulama tentu menyisakan gulana berkepanjangan, sebab merekalah yang selama ini menjadi rujukan dan memberi solusi Islam, bagi perkara-perkara yang berkelindan dalam kehidupan. Sedangkan kini, ulama tanpa ilmu atau ulama su' justru naik daun, muncul ke tengah publik. Mereka tidak mampu menjadi teladan, fatwanya menyesatkan, bahkan menjauhkan umat dari kebenaran yang hakiki.
Rasulullah shallallaahu âalaihi wa sallam bersabda,
ïºÙﻥÙÙ ïºï»ï» ﻪ ï»» ﻳÙï»ÙïºÙﺾ٠ïºï»ï»Ùï» Ùﻢ٠ïºï»§ÙïºÙﺰÙïºï»ÙïºÙ ﻳÙﻨÙïºÙﺰÙï»Ùﻪ٠ﻣﻦ ïºï»ï»Ùïºïºïº©Ù ï»ï»Ùï»Ùﻦ٠ﻳÙï»ÙïºÙﺾ٠ïºï»ï»Ùï» Ùﻢ٠ïºÙï»ÙïºÙﺾ٠ïºï»ï»Ùï» ÙﻤÙïºïºÙ ﺣïºÙÙï»° ïºïº«ïº ï»Ùﻢ٠ﻳÙïºÙï»Ù ï»Ùïºï»Ùﻢ٠ïºïºÙÙﺨÙﺬ٠ïºï»ï»¨ïºïº± ïºïº ﺳÙïºÙ ïºÙﻬÙÙïºï»»Ù Ø ï»ÙﺴÙïºÙï» ï»®ïº ï»ÙïºÙï»ÙïºÙï»®Ùïº ïºÙï»Ùï»´Ùﺮ٠ï»Ùï» Ùﻢ٠ï»Ùï»Ùï» ÙÙï»®ïº ï»ÙïºÙﺿÙï» ÙÙï»®ïº
âSesungguhnya Allah Taâala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.
(HR al-Bukhari No 100).
Maka wajib bagi seluruh kaum muslim untuk bersegera belajar, menuntut ilmu lebih keras lagi, serta mengerahkan segenap daya upaya, agar ilmu tidak hilang. Kemudian menyebarkannya dan membentuk kaderisasi untuk menghimpun kekuatan dan potensi yang dimiliki umat, demi menggantikan posisi ulama yang telah berputih tulang.
Jauh ratusan tahun yang silam, Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam telah mengingatkan,
Ø®ÙØ°ÙÙا اÙÙعÙÙÙÙ Ù ÙÙبÙÙ٠أÙÙÙ ÙÙØ°ÙÙÙب٠â Ø ÙÙاÙÙÙا : ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°ÙÙÙب٠اÙÙعÙÙÙÙ Ù ÙÙا ÙÙبÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙØ ÙÙاÙÙ:Ø¥ÙÙÙÙ Ø°ÙÙÙاب٠اÙÙعÙÙÙ٠٠أÙÙÙ ÙÙØ°ÙÙÙب٠ØÙÙ ÙÙÙتÙÙÙ
Artinya: "Ambillah (Pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi! Sahabat bertanya: Wahai Nabiyullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?â Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam menjawab, âPerginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang-orang yang membawa ilmu (ulama)"
(HR Ad-Darimi, At-Thabrani No 7831 dari Abu Umamah).
Perjalanan dunia tidak berhenti sampai di sini, umat harus tetap bergerak di jalan yang sahih, sebab merekalah tonggak peradaban Islam. Maka perlu pendampingan ulama yang menjelaskan perkara yang haq, di antara yang batil, agar tidak menyimpang dari tuntunan.
Hadits tentang akhir zaman bukan untuk menjadikan umat pasrah, berdiam diri atau menyerah pada keadaan. Melainkan justru memotivasi dan memantapkan diri untuk menggantikan peran ulama terdahulu, yang menyuarakan kebenaran.
Dalam sebuah hadits disampaikan bahwa,
Ù ÙÙÙت٠اÙÙعÙاÙÙÙ Ù Ù ÙصÙÙبÙØ©Ù Ùا تÙجÙبÙØ±Ù Ø ÙÙØ«ÙÙÙÙ ÙØ©Ù Ùا تÙسÙدÙÙ , ÙÙÙÙجÙÙ Ù Ø·ÙÙ ÙØ³Ù Ø Ù ÙÙÙت٠ÙÙبÙÙÙÙة٠أÙÙÙسÙر٠٠ÙÙÙ Ù ÙÙÙت٠عÙاÙÙÙ Ù
âMeninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulamaâ
(HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syuâab al-Iman dari Abu Dardaâ).
Kitalah yang akan menjadi ulama, bintang-bintang baru, yang akan menerangi kegelapan dan menebarkan kebaikan yang banyak dengan Islam. Membuang pemahaman rusak, mengusir segala kezaliman dan kesewenang-wenangan. Dengan berbekal ketinggian ilmu, ikhlas dalam beramal, seraya berusaha memperbaiki urusan umat.
Agenda penting dan mendesak saat ini, adalah penerapan aturan Allah secara kafah. Maka Islam harus disampaikan hingga masuk ke dalam pemikiran dan relung jiwa kaum muslim, sehingga menerimanya sebagai sebuah mabda. Ini adalah proyek besar menuju bangkitnya peradaban Islam. Tsumma takuunu khilafatan ala minhajin nubuwwah.
Penulis, Lulu Nugroho (Muslimah Revowriter)
Ilustrasi gambar Kathryn Nelson Design
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.