Faedah Ramadhan di Era Covid-19 Menurut Pandangan Islam
Agama | 2021-07-14 14:54:00Ramadan adalah bulan kesembilan di dalam kalender tahun Hijriyah. Bulan ramadan adalah bulan yang penuh berkah, karena pada bulan tersebut banyak karunia, rahmat dan keberkahan Allah SWT. Selain itu, di dalam bulan ramadan, setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang muslim akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Di dalam bulan ramadan juga kita selaku umat muslim yang beriman dan bertakwa, diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa dan ibadah-ibadah sunah lainnya, seperti: salat tarawih berjamaah, tadarus al-Qur'an, bersedekah, bersilaturahmi dan berbagi kebaikan lainnya.
Namun, dua tahun ramadan dilalui dengan kehadirannya tamu yang menggemparkan bumi Indonesia, menakuti semua manusia, dan memberikan dampak bagi kesehatan setiap hamba yang tidak memiliki immune yang baik. Siapakah tamu itu?, tamu yang datang atas izin Allah SWT, menyerang manusia atas kehendak-Nya dan melindungi insan atas seizin-Nya. Tamu itu adalah bernama Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019. Virus ini menyerang sistem immune manusia, yaitu dengan gejala demam, batuk, hilangnya indra penciuman, perasa hingga sesak napas yang berujung kepada kematian. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan perlindungan dari virus tersebut. Aamiin.
Ramadan pada masa pandemi Covid-19, jelas berbeda dengan ramadan tahun-tahun sebelumnya. Ramadan di era Covid-19 adalah ramadan yang penuh dengan kemandirian, kesabaran, keikhlasan dan tanggung jawab. Mengapa demikian? Hal tersebut dikarenakan setiap kegiatan ibadah harus dilakukan dalam keterbatasan dan dengan protokol kesehatan yang ketat, yaitu dengan memakai masker, menjaga jarak, dan selalu mencuci tangan dengan sabun. Protokol kesehatan diberlakukan dan harus dilaksanakan dengan penuh disiplin oleh setiap muslim, tujuannya adalah agar kita mampu terhindar dari penularan virus Covid-19, sehingga kita dapat beribadah dengan khusyuk di bulan ramadan yang penuh berkah dan rahmat Allah SWT ini.
Pandemi Covid-19 banyak sekali memberikan pelajaran hidup bagi kita selaku muslim. Lebih-lebih di bulan ramadan yang mulia ini. Apa saja pelajaran yang bisa kita petik dari pandemi tersebut?, tentu saja banyak, namun penulis akan mendeskripsikan beberapa faedah yang dapat diambil dari wabah Covid-19 ini, yaitu:
Pertama, Kemandirian. Pandemi Covid-19 memberikan faedah berupa menjadikan setiap muslim untuk dapat menjadi manusia yang mandiri. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT di dalam al-Qur'an surat Ar-Rad [13]: 11, yang artinya âsesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan (nasib) suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan (nasib) yang ada pada diri mereka sendiriâ.
Ayat tersebut di atas menjelaskan kepada kita bahwa, pandemi bukanlah akhir dari segalanya, pandemi adalah hal yang harus kita carikan jalan keluar dan solusi yang terbaik, baik itu untuk diri sendiri maupun orang lain. Ini adalah bukti bahwa, pandemi Covid-19 mampu memberikan pelajaran bagi setiap muslim untuk belajar mandiri, yaitu: pertama, yang awalnya tidak dapat menjadi imam salat tarawih, sejak pandemi kita belajar perlahan menjadi imam salat tarawih di rumah. Kedua, belajar menjadi bilal salat tarawih, yang mana sebelum pandemi kita hanya menjawab ucapan bilal, dan sekarang ketika pandemi kita dituntut untuk dapat memimpin seruan salat tarawih.
Dalam QS. Ar-Rad [13]:11, Allah SWT juga memberikan himbauan bagi kita selaku hamba yang beriman dan bertakwa untuk dapat memaksimalkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, yaitu nikmat berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, hati dan kesehatan. Kita dituntut untuk dapat memaksimalkan bulan suci ramadan dengan baik, meskipun kondisi saat ini yang sedang darurat Covid-19. Karena pada ayat tersebut, Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang harus mengubahnya.
Kedua, Kesabaran. Pada bulan ramadan tahun 2020 dan 2021 kita dituntut untuk selalu bersabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan. Jika pada ramadan sebelumnya kita hanya diuji dengan kesabaran berupa menahan haus, lapar, amarah dan hawa nafsu. Namun pada saat pandemi Covid-19, kita diberikan beban lebih untuk bersabar menghadapi setiap pembatasan sosial dan melaksanakan protokol kesehatan, yaitu berupa larangan salat berjamaah di masjid, larangan mudik dan hal-hal lain yang mampu mengundang kerumunan massa.
Sabar adalah perilaku terpuji yang hanya dapat dilakukan bagi mereka yang kadar keimanannya telah mencapai tingkat yang luhur dan derajat takwa yang hakiki.
Selain itu sabar juga sebagai media untuk mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam QS. Al-Baqarah [2]: 45 dan 153 yang artinya âDan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyukâ (QS. [2]: 45). âWahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabarâ (QS. [2]: 153).
Dari kedua ayat di atas, Allah SWT memerintahkan kita untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dan berlapang dada dalam menerima setiap ujian dan cobaan yang hadir menimpa diri kita. Dengan cara apa dan bagaimana?, dalam dua ayat di atas menyebutkan bahwa, untuk memperoleh solusi dan pertolongan Allah SWT, yaitu dengan salat dan sabar, yakni memohon perlindungan dan solusi atas masalah yang kita hadapi serta mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dengan begitu maka, Allah SWT akan memberikan jalan keluar dan pahala yang banyak bagi hamba-hamba-Nya yang selalu bersabar. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT di dalam QS. Az-Zumar [39]: 10, yang artinya âSesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batasâ.
Sungguh beruntungnya orang-orang yang dapat bersabar dalam menghadapi ujian dan cobaan serta bersyukur ketika diberikan nikmat oleh Allah SWT. Hal ini serupa dengan kalam mahfuzat yang berbunyi:
Ù ÙÙ٠صÙبÙر٠ظÙÙÙرÙ
Man shabara zhafira
Artinya: âBarang siapa yang bersabar, beruntunglah ia.â
اÙصÙÙÙبÙر٠ÙÙاÙصÙÙبÙر٠٠ÙرÙÙÙÙÙ Ù ÙØ°ÙاÙÙÙتÙÙÙÙ # ÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙاÙÙبÙÙ٠أÙØÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙعÙسÙÙÙ
As sabru kassibri muurrn fi madzaaqatihii, lakinna âawaaqbahu ahlaa minal âasali
Artinya: âKesabaran itu seperti buah Shabir (sejenis tanaman obat) yang rasanya pahit, Akan tetapi hasil yang didapatkan setelahnya lebih manis daripada maduâ
Ketiga, Keikhlasan. Keikhlasan berasal dari kata dasar ikhlas yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V Online bermakna bersih, suci dan tulus hati. Dari arti kata tersebut kita dapat mengartikan bahwa, ikhlas adalah kegiatan ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim dengan niat yang bersih dan tulus karena Allah ta'ala, tidak ada pengharapan balasan daripada makhluk ataupun unsur lainnya.
Perumpamaan orang yang beribadah namun tidak memiliki keikhlasan di dalam hatinya, seperti seseorang yang sedang mengisi air pada ember yang bocor, semua amalnya akan bernilai sia-sia dan tidak ada satu manfaat pun bagi dirinya. Naudzubillah.
Pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita bahwasanya apabila kita ingin melakukan segala amal kebaikan, maka harus didasarkan dengan keikhlasan. Contohnya apa?, melaksanakan ibadah sunah seperti salat tarawih, tadarus al-Qur'an bersama-sama di rumah dengan anggota keluarga yang diniatkan semata-mata mengharap rida dari Allah SWT. Di mana hal tersebut, sebelum adanya pandemi Covid-19, ibadah tarawih hanya digunakan sebagai ajang selfi di sosial media dan bertemu dengan teman sosialita. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19, semua bisa menyadari dan melaksanakan segala aktivitas ibadah di rumah dengan penuh keikhlasan, tidak hanya menggugurkan kewajiban, melainkan semata-mata lillahi ta'ala untuk meraih rahmat dan keridaan-Nya.
Sebagaimana hadis Nabi yang penulis kutip dari hadis online www.hadits.id dalam sunan An-Nasa'i nomor 3089, dalam kitab jihad tentang hadis berperang untuk memperoleh pahala sekaligus julukan-julukan, yang artinya âTelah mengabarkan kepada kami Isa bin Hilal Al Himshi, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Humair, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Sallam dari 'Ikrimah bin 'Ammar dari Syaddad bin Abi 'Ammar dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata; telah datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; bagaimana pendapat engkau mengenai seseorang yang berjihad mengharapkan pahala dan sanjungan, apakah yang ia peroleh? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ia tidak mendapatkan apa-apa, " lalu Nabi SAW mengulanginya sampai tiga kali, âIa tidak mendapatkan apa-apaâ. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan rida-Nya.â
Keempat, Tanggung Jawab. Ramadan di masa pandemi Covid-19 mampu memberikan pembelajaran tentang tanggung jawab atas kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya Allah SWT, yaitu melaksanakan segala ibadah baik ibadah mahdah maupun ghaira mahdah. Meskipun segala aktivitas puasa ramadan di masa pandemi Covid-19 dilakukan hanya di dalam rumah, dan tidak diizinkan untuk melakukan kerumunan, namun seorang muslim mampu melaksanakannya dengan baik dan penuh tanggung jawab yang didasarkan oleh keimanan dan keikhlasan kepada Ilahi Robbi.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mudah berputus asa akan takdir buruk yang terjadi, serta selalu memupuk rasa syukur, sabar dan ikhlas terhadap permasalahan yang diberikan. Karena itu semua terjadi semata-mata sebagai ladang pahala dari Allah SWT untuk hamba-hamba yang dicintai-Nya.
Terakhir penulis ingin mengungkapkan firman Allah SWT di dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah [2]: 286 yang artinya âAllah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya...â.
Demikian, sedikit goresan tinta yang penulis tuliskan, semoga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan kita semua, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. Aamiin Ya Robbal'alamin.
Wallahu'alam bishowab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.