Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad afif

Inggris Gagal Juara EURO 2020, Siapa yang Salah?

Olahraga | 2021-07-12 11:45:48
Skuad Inggris EURO 2020

Pupus sudah harapan publik Wembley atas tidak juaranya timnas kesayangan mereka. Hal ini tentu diluar prediksi oleh sejumlah gibol (gila bola). Beberapa alasan dilayangkan kepada skuad Southgate dalam menjadi calon kampiun pada edisi EURO 2020 ini. Bisa jadi faktor tuan rumah, jadwal pertandingan yang tidak padat, skuad muda yang mumpuni, statistik pertandingan, dan faktor coach. Alih-alih sebagai alasan juara, nyatanya timnas Inggris hanya mampu mempertahankan penampilan impresifnya di awal babak pertama serta masa extra time, selebihnya mereka masih dibawah performa yang diinginkan. Bisa jadi alasan menjadi kandidat calon kuat juara itu semakin memantapkan hal tersebut sebagai dejavu.

Tuan rumah final

Inggris telah menjadi host final kali ini beserta beberapa pertandingan di babak fase grup maupun gugur. Stadion yang digunakanya juga termasuk kategori elegan dan bersejarah. Wembley Stadium tercatat menjadi stadion tertua di Inggris sekaligus sering dijadikan tempat penyelenggaraan event internasional lainya seperti Olimpiade. Disamping itu, stadion yang terletak di jantung kota negara Elizabeth ini begitu dominan dengan kesan klasik serta futuristik. London menjadi markas besar tim elit liga premier sekaligus stadion Wembley berada, membuat publik Holigans tidak canggung untuk sekedar menonton walaupun sebentar demi tim kesayanganya itu. Bisa jadi, hal ini justru menjadi beban bagi skuad muda The three lions, pasalnya bahwa rata-rata pemain masih 25,2 tahun. Beda tipis dengan pasukan Tayyib Edorgan Presiden Turki yang mempunyai skuad 24,9 tahun. Sudah barang tentu faktor psikis juga menjadi alasan atas dejavu yang telah terjadi. Terlihat groginya para singa ini menjadikan semakin tidak jalanya untung-untungan ala diksi tuan rumah. Impresifnya permainan hanya terlihat di awal babak pertama maupun babak di babak extra time. Sontak saja Shaw yang nyatanya hanya sebagai pemain bertahan, namun dapat menembakan tendangan cocoran ke arah kanan si Donna. Namun, impian publik Wembley sirna dikala Bonucci menceploskan gol setelah ada kemelut di depan gawang. Hal tersebut membuktikan bahwa dukungan tuan rumah justru menjadi kendala karena tekanan.

Jadwal pertandingan yang tidak padat

Inggris juga diuntungkan dalam hal schedule pertandingan. Mulai babak fase grup sampai fase gugur baik 16 besar, 8 besar, perempat final, semifinal, dan final tadi malam seluruhnya dilaksanakan di Stadion Wembley, Inggris. Hanya saja pertandingan dengan Ukrania pada babak perempat final dilaksanakan di Italia tepatnya Olimpico. Secara hitung-hitungan non-nalar kita bahwa Final kali ini, mereka berhadapan dengan Nerazzuri. Seakan semuanya sudah bisa diprediksi nantinya skuad singa akan bertemu dengan timnas dari negeri pizza. Selanjutnya, jersey yang digunakan oleh Ukrania juga sama dengan apa yang digunakan Italia yaitu biru. Bedanya Inggris kalah pada liga penuh gengsi dari kedua negara pada grand final EURO 2020. Seharusnya, Inggris mendominasi pertandingan kali ini, Terlihat lini depan Inggris beserta gelandang serang mati suri. Perpaduan Kane dengan Sterling tidak tampil superior karena dijaga ketat oleh Verrati dan Locatelli setelah masuk dari bangku cadangan. Demikian juga D.Rice dan Philips tak seluwes ketika berhadapan dengan Ukrania kala menjamu Italia dengan hadangan ketat dari Jorginho serta Barella. Ditambah dengan kordinasi Inggris di lini belakang yang pecah dengan psikis dari seluruh pihak gibol Wembley. Seakan under presure, mereka kebobolan di menit 67 oleh pemain belakang Italia. Seharusnya fitnes para pemain menjadi keunggulan tersendiri, namun faktanya mereka tetap tidak dapat keluar dari presure dari Italia.

Terlepas dari semua itu, Inggris juga bisa menerima dejavu selanjutnya dengan tuah yang didapatkan oleh publik menara eifel, Prancis. Mereka tercatat menjadi runner up pada gelaran EURO 2016 kemudian dibalas pada piala dunia 2018 sebagai champion. Akankah hal tersebut bisa menjadi tuah publik Elizabeth?

Ahmad Afif

Tim Editor Arena Football Chanel

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image