Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Inti dari Silaturahmi itu memaafkan dan mengubur masa lalu, menatap masa depan

Agama | Monday, 02 May 2022, 12:31 WIB

Terdapat tiga kelompok orang dalam mengarungi kehidupan ini. Pertama, kelompok orang yang hanya memikirkan kehidupan pada saat ini saja dan tidak memiliki visi dan misi hidup pada hari esok. Baginya, kehidupan itu hanyalah hari ini saja, esok bagaimana nanti saja. Hidup itu hanya di dunia saja, akhirat jangan dipikirkan.

Orang yang prinsip hidupnya seperti ini, sangat sulit memandang hakikat kehidupan, bahwa dibalik kehidupan nyata yang dijalaninya ada pula kehidupan alam ghaib yang kelak akan dijalaninya, yakni alam keabadian alias akhirat. Namun, sayangnya orang yang tidak memiliki visi dan misi hidup pada hari esok akan tetap berkata, yang penting mendapat kebahagiaan hidup di dunia dahulu, akhirat urusan nanti.

Kedua, kelompok orang yang hanya berfokus ke masa depan, ia kehilangan pijakan kehidupannya pada masa kini. Ia hanya memandang apa yang akan terjadi pada masa depan lebih penting daripada kehidupan pada saat ini.

Orang yang hidup pada prinsip kedua ini akan kehilangan pijakan, seolah-olah ia hanya memandang indahnya lagit biru yang dihiasi awan putih berkejaran seraya tak sadar ia sedang berjalan di atas tanah. Karena ketidaksadarannya, akhirnya ia terperosok dan terjatuh. Akibatnya, indahnya masa depan tak tercapai, kehidupan masa kini yang tengah dijalaninya pun meninggalkannya pergi.

Ketiga, kelompok orang yang senang hidup pada masa lalu. Bagi kelompok ini kondisi masa lalu itu lebih indah daripada kondisi saat ini. Ia bagaikan seorang pengemudi yang selalu melihat kaca spion. Ia tak bisa melajukan kendaraannya dengan lebih cepat karena ia senantiasa melihat kaca spion. Pemandangan dalam kaca spion lebih indah daripada jalan di depan yang sarat dengan kelokan dan kendaraan lain yang harus dilaluinya dengan penuh kehati-hatian.

Atau bisa juga ia tak akan bisa melajukan kendaraannya karena ia trauma melihat jalan di belakang yang telah dilaluinya. Penuh curam dan jurang, berkelok-kelok dan berbatu tajam. Ia berpikir panjang bagaimana cara pulangnya kelak, pasti akan melalui lagi jalan tersebut. Akhirnya mobil yang dikemudikannya berhenti, ia berpikir bagaimana cara pulang bukan cara melajukan kendaraannya ke depan agar bisa sampai ke tujuan dengan selamat.

Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang tetap berpijak pada kehidupan pada saat ini yang tengah dijalani, terus berjuang untuk meraih kehidupan hari esok yang lebih baik daripada hari ini. Sementara kehidupan pada masa lalu dijadikan sejarah, diambil pelajaran (ibroh) bagi kehidupan.

Inti dari silaturahmi dan memaafkan adalah menapaki kehidupan pada saat ini, mengubur masa lalu, demi mengejar kehidupan masa depan yang lebih baik. Seseorang tidak akan mampu memaafkan kesalahan orang lain terhadap dirinya, apabila ia masih membayangkan terhadap perbuatan manyakitkan yang pernah diperbuat orang lain terhadap dirinya.

Orang-orang yang tidak mampu berdamai dengan masa lalu ia akan tetap hidup pada masa lalu, tak bisa hidup pada saat ini, apalagi bisa menatap, menapaki hidup pada masa depan. Kehidupan orang-orang yang tidak bisa berdamai dengan masa lalu, hatinya akan selalu dihantui dan disakiti dengan peristiwa yang menimpa dirinya pada masa lalu. Akibatnya, mereka tak bisa fokus terhadap aktivitas kehidupan pada saat ini yang akan mengantarkan kehidupannya ke masa yang akan datang. Kehidupannya ibarat seorang sopir yang selalu memandang indah atau rumitnya jalan yang telah dilalui, bukan memandang jalan yang sedang hadapi.

Setiap orang mempunyai masa lalu dan pernah berbuat khilaf kepada orang lain, atau pernah disakiti orang lain. Kita pun menyadari sering malu meminta maaf atas khilaf yang pernah kita perbuat kepada orang. Kini idul fitri merupakan saat yang tepat untuk saling memaafkan dan menjalin erat tali silaturahmi demi kehidupan yang lebih baik.

Tak perlu merasa malu dan hina untuk meminta maaf atas segala khilaf yang pernah kita perbuat seraya kita pun jangan kikir memaafkan orang lain yang pernah menyakiti kita. Allah mencintai orang-orang yang saling memaafkan dan mempererat tali persaudaraan.

Ilustrasi : mempererat silaturahmi (sumber gambar : https://republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image