Kemunculan Gerakan Radikalisme Sebagai Usaha Perlawanan Terhadap Pemerintah Hindia Belanda
Sejarah | 2021-07-07 12:19:59Dewasa ini kita sering menemukan istilah radikalisme digunakan oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia dalam menyikapi permasalahan â permasalahan sosial yang terjadi di tengah â tengah masyarakat. Radikalisme sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) merujuk pada tiga aspek utama yaitu paham atau aliran yang radikal, paham yang menginginkan perubahan secara cepat, dan sikap ekstrem dalam aliran politik. Ketiga aspek itu yang menjadikan dasar penilaian kita dalam melihat suatu kelompok atau masyarakat yang radikal. Radikalisme sendiri nyatanya sudah muncul di tengah â tengah masyarakat Indonesia kurang lebih satu dekade yang lalu di tahun 1914 lewat kelahiran Indische Sociaal Demokratische Vereeniging atau dikenal dengan ISDV. Sejarah mencatat bahwa gerakan radikalisme yang ada di Indonesia merupakan suatu bentuk usaha masyarakat Indonesia dalam melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
Gerakan Radikalisme mulanya terjadi di dalam periode Pergerakan Nasional di awal abad ke-20 sebagai reaksi masyarakat Indonesia terhadap kebijakan â kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dalam melihat gerakan Radikalisme yang ada di periode tersebut tentunya memiliki segudang kaitan dan hubungan dengan aliran politik yang dianut oleh masyarakat Indonesia kala itu. Secara umum gerakan radikalisme dipengaruhi oleh dua aliran politik, yaitu nasionalisme dan komunisme. Nasionalisme di sini merupakan nasionalisme radikal yang memiliki cita â cita kemerdekaan Indonesia. Sedangkan di sisi lain, komunisme yang dianut merupakan komunisme yang sama dengan komunisme pada umumnya.
Gerakan radikalisme pertama kali hadir di Indonesia lewat berdirinya Indische Sociaal Demokratische Vereeniging ( ISDV ) yang didirikan oleh seorang berkebangsaan belanda bernama H.J.F.M Sneevliet. Ia sebelumnya merupakan anggota dari Sociaal Democratische Arbeiderspartij ( Partai Buruh Sosial Demokrat ) yang ada di Belanda. Sneevliet mendirikan ISDV dengan dorongan dari beberapa tokoh lainnya seperti H. W. Dekker, Bergsma, dan J. A. Brandsteder. ISDV sendiri memiliki basis di Semarang khususnya tempat para buruh kerja di pabrik kereta api yang telah memiliki organisasi buruh yang cukup terkenal yaitu Vereniging van Spoor en Tramweg Personeel ( VSTP ). Sneevlit dalam kelanjutannya melakukan berbagai upaya dalam melakukan aksinya yang dalam hal ini berusaha untuk mendapatkan simpati masyarakat proletar Indonesia. Usaha â usaha yang dilakukan ISDV dalam permulaannya ialah menarik anggota â anggota dari Sarekat Islam yang kebanyakan anggotanya merupakan kaum buruh. Untuk merealisasikan cita â cita radikalnya ISDV melakukan demonstrasi dan pemberontakan terhadap Pemerintah Hindia Belanda yang berujung pada dibuangnya tokoh â tokoh utama ISDV.
Namun, dibuangnya tokoh â tokoh ISDV tidak menyulutkan semangat perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Hal tersebut dibuktikan dengan naiknya Samaoen dan Darsono di jajaran pengurus ISDV. Naiknya kedua tokoh tersebut memengaruhi eksistensi dari ISDV, khususnya paham komunisme di lingkungan masyarakat Indonesia. ISDV sendiri kemudian berganti nama menjadi Partai Komunis Hindia pada tahun 1920 dan pada tahun yang sama mengubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia ( PKI ). Partai Komunis Indonesia ini dalam catatan sejarah pernah sering kali melakukan pemberontakan yang bersifat radikal terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Puncaknya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Tan Malaka selaku ketua Partai Komunis Indonesia dalam suatu aksi pemogokan.
Selanjutnya organisasi Radikal lain yaitu Perhimpunan Indonesia di Belanda memiliki sedikit banyak kesamaan perihal pemikiran yang melandasi perjuangan mereka. Perhimpunan Indonesia yang awalnya didirikan oleh R. M . Notosoeroto dan Soetan Kasayangan di Belanda yang terpengaruh oleh ide â ide sosialisme. Perhimpunan Indonesia dengan tegas berpendapat bahwa Pemerintah Hindia Belanda bertugas untuk menuntut wilayah Hindia Belanda ke arah kemerdekaan. Organisasi Perhimpunan Indonesia ini semakin mendapat peranannya ketika pemimpin Indische Partij yaitu Douwes Dekker dibuang ke Belanda pada tahun 1913. R.Z Leirissa dalam bukunya â Terbentuknya Suatu Gagasan : Sejarah Masyarakat Indonesia 1900 â 1950 â menuliskan bahwa Perhimpunan Indonesia banyak mengirim wakil â wakilnya dalam konferensi Internasional yang membahas mengenai penjajahan. Oleh sebab itu, Perhimpunan Indonesia sering kali didasari oleh ideologi Marxisme seperti Liga Demokratie Internasional. Perhimpunan Indonesia di tahun 1925 menggaris bawahi bahwa tujuan mereka adalah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara penuh dengan memisahkan batasan antara penjajah dengan yang dijajah. Sikap inilah yang dikenal dengan asas national democratische yang bergerak secara non-cooperatie.
Keberadaan gerakan Perhimpunan Indonesia pada periode selanjutnya memengaruhi dinamika sosial politik dalam negeri Indonesia lewat kelahiran Partai Nasional Indonesia yang didirikan oleh Sukarno. Partai Nasional Indonesia ini memiliki pengaruh dan basis yang kuat di tengah â tengah masyarakat Indonesia dengan tujuan utamanya yaitu kemerdekaan Indonesia. Radikalisme yang tunjukan oleh PNI berupa kongres â kongres yang diselenggarakan selalu mengaskan mengenai ideologi yang mereka anut dan imperialisme Belanda sebagai dalang mundurnya kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat Indonesia. Pemikiran â pemikiran PNI disebarluaskan melalui surat kabar Banteng Priangan yang berlokasi di Bandung dan Persatoean Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Keberadaan PNI sebagai partai beraliran nasionalis ini membuat Pemerintah Hindia Belanda Khawatir akan pengaruhnya ideologi nasionalisme ekstrem. Puncaknya ketika Pemerintah Hindia Belanda melakukan penangkapan terhadap tokoh â tokoh PNI dari pusat hingga cabang â cabang PNI yang mengakibatkan Partai PNI membubarkan diri di tahun 1931.
Dengan melihat dan menilisik gerakan radikalisme di masa lampau, kita dapat memahami bahwa sikap dari gerakan radikalisme yang di tunjukan oleh organisasi dan partai politik dalam periode pergerakan nasional sejatinya merupakan usaha dalam melawan imperialisme yang telah dilakukan Belanda selama kurang lebih 350 tahun. Gerakan radikalisme dijadikan sebagai arah juang bagi pergerakan pemuda - pemuda Indonesia dalam membentuk identitasnya sebagai bagian dari Negara Indonesia yang berdaulat dan bebas dari campur tangan pihak asing.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.