Mengenang Perjuangan Nyi Mas Melati, Antara Fakta dan Mitos Sejarah
Sejarah | 2021-07-06 23:35:39Tanah para jawara itu terletak di daerah Tangerang saat ini. Ya, seorang pejuang perempuan namanya telah diabadikan pada sebuah gedung dibilangan Daan Mogot, gedung tersebut bernama Gedung Wanita Nyi Mas Melati. Tidak ada yang tahu secara pasti sejarah kelahiran Nyi Mas Melati.
Popularitas perjuangannya pada abad ke-18 di daerah Tangerang menjadikannya dijuluki sebagai âSinga Betina dari Tangerangâ oleh Belanda. Hal ini dikarenakan keberaniannya memimpin berbagai perlawanan terhadap kolonialisasi asing dan para tuan tanah yang menyebabkan rakyat hidup sengsara.
Nyi Mas Melati ini merupakan keturunan dari Sultan Hasanuddin ke 18 yang bertugas menyiarkan agama Islam di daerah Banten. Ketangguhannya dalam ilmu pencak dan kanuragan, membuat dirinya disegani kawan maupun lawan. Terlebih ketika melihat ketidakadilan terjadi dihadapannya.
Bersama sang ayah, Raden Kabal, beliau mengobarkan perang terbuka terhadap penjajah dengan cara melakukan penghadangan dan sabotase aset-aset penting pemerintah Belanda. hal ini dilakukan guna memutus komunikasi antar pos jaga pasukan kolonial, agar dapat dengan mudah ditaklukkan.
Merujuk pada tutur yang berkembang di masyarakat, pusat kekuatan Raden Kabal dan Nyi Mas Melati berada di kawasan Balaraja, Tangerang. Walau secara gerak perjuangannya masih bersifat gerilya dalam melakukan perlawanan.
Seperti kita ketahui, pada peristiwa sejarah lainnya, daerah Balaraja terkenal dengan seorang pejuang perempuan bernama Nyi Mas Gamparan dengan pasukan Srikandinya yang juga menentang kolonialis Belanda.
Pertempuran Pabuaran
Tanah-tanah partikelir yang dikuasai oleh Belanda dengan sistem kontrak dan tanam paksa, membuat rakyat tidak dapat berbuat banyak untuk penghidupannya. Kemelaratan dan kesenjangan sosial menjadi sesuatu hal yang mencolok dalam realitas rakyat Indonesia semasa penjajahan Belanda.
Para tuan tanah yang berlaku sewenang-wenang juga menjadi target utama penyerangan oleh Nyi Mas Melati bersama dengan pasukannya. Terlebih lagi dengan kebiasaan negatif para tuan tanah yang kerap melecehkan kaum perempuan ketika tengah mengambil pajak dari rakyat.
Raden Kabal sebagai pelopor perlawanan terhadap sistem culturstelseel ini, pada peristiwa pertempuran di Pabuaran mendapatkan bantuan pasukan dari rakyat yang tengah bangkit semangat patriotismenya. Tentu suatu hal yang tidak dapat ditolak, walaupun resiko penangkapan atau pembunuhan balasannya.
Gelora perjuangan Nyi Mas Melati pun tak kalah besar dari ayahnya. Keris dan pedang yang menjadi senjata andalannya dianggap mempunyai daya magis serta dapat membunuh musuh dari tanpa harus menikamkannya. Kesaktiannya memang diakui oleh pasukan Belanda kala berhadapan dengannya ketika itu.
Teriakkannya pun konon dapat menciutkan nyali para pasukan Belanda tatkala berhadapan dengannya. Seperti seekor singa yang mengaum ketika tengah menemukan santapannya. Selalu membuat barisan depan pasukan lawan mengendur hingga lari tunggang langgang.
Juga ketika Raden Kabal dan Nyi Mas Melati colabs dengan pasukan Pangeran Pabuaran dalam menentang Belanda. Banyaknya korban dikalangan pasukan Belanda memaksanya untuk mendatangkan bantuan dari Batavia. Mulailah pertempuran yang tidak seimbang terjadi ketika kavaleri Belanda turun di medan laga.
Sungguh luar biasa semangat patriotik para pejuang ketika itu. Perbedaan dalam persenjataan tidak pernah membuat gentar dalam melakukan perlawanan.
Akhir Perjuangan dan Mitos Nyi Mas Melati
Pada suatu penyergapan di daerah Tangerang, pasukan Nyi Mas Melati yang terpisah dengan Raden Kabal mengalami gempuran hebat dari pasukan gabungan Belanda dan tuan tanah pribumi pendukung kolonialisme. Aroma pengkhianatan pun menjadi buah bibir kekalahannya.
Konon ketika prosesi penguburan jasadnya, diberlakukan semacam ruwatan khusus oleh Belanda, hingga memisahkan tubuhnya menjadi empat bagian. Seperti kisah Pitung dari Marunda. Potongan tubuhnya disebar diberbagai lokasi yang berbeda, entah dengan tujuan apa.
Tak hanya di Balaraja yang dianggap sebagai makamnya, ada sumber lain yang menjelaskan bahwa Pulau Panjang di Kepulauan Seribu adalah makam aslinya. Satu hal lain yang justru menjadi mistis adalah ketika banyak warga Situ Gintung, Tangerang, menyebutkan lokasi makamnya berada di tengah danau.
Tentu sepak terjang perjuangan Nyi Mas Melati menginspirasi rakyat Tangerang untuk bangkit melawan Belanda pada masa selanjutnya. Tetapi, sangat disayangkan, sumber-sumber otentik mengenai perjuangan Nyi Mas Melati hanya berkembang melalui tutur dari para sesepuh di beberapa daerah Tangerang.
Walaupun demikian, tentu kita patut mentauladani semangat juangnya. Apabila dipikir secara logika, perjuangan seorang perempuan hingga mampu angkat senjata adalah hal yang tabu di lingkungan masyarakat kala itu. Bukan sekedar emansipasi, tetapi murni berjuang atas dasar kebenaran dan keikhlasan.
Tidak pula dipopulerkan melalui film atau sinetron bergenre misteri. Sungguh sesuatu hal yang sangat disayangkan apabila dilihat dari semangat kepahlawananya harus berakhir menjadi mitos yang membuat masyarakat menjadi takut.
Sepatutnya cerita mengenai perjuangan Nyi Mas Melati dapat diteliti lebih jauh, guna memperluas khasanah kesejarahan bangsa Indonesia. Tak sekedar soal kesaktiannya dalam menentang Belanda dan berkembang secara luas di kalangan masyarakat Betawi Tangerang hingga saat ini. Wallahualam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.