Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gina Sonia

Evolusi Satelit Palapa Indonesia

Teknologi | Monday, 05 Jul 2021, 18:29 WIB
Peluncuran satelit Palapa (Ht. Fareast News)

Satelit Palapa merupakan satelit telekomunikasi geostasioner pertama Indonesia yang diluncurkan pada 9 juli 1976 (8 juli 1976 waktu Amerika Serikat). Satelit Palapa pertama (A1) diluncurkan menggunakan roket peluncur Delta 2914 buatan McDonnell Douglas dari Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral, Amerika Serikat untuk kemudian dilepas di atas Samudera Hindia pada 83 BT.

Sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional, Soeharto memiliki keinginan untuk bisa memangkas jarak komunikasi antar daerah di Indonesia. Mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas, perlu adanya alat yang bisa memperlancar komunikasi, termasuk mendukung sinyal televisi dan radio. Nama 'Palapa' sendiri diusulkan Soeharto karena terinspirasi dengan janji yang dicetuskan oleh Gajah Mada. 'Palapa' diambil dari Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada pada 1336 yang berisi pantangan untuk tidak memakan buah Palapa sebelum persatuan dan kesatuan Kerajaan Majapahit. Sumpah ini juga dikenal sebagai sumpah pemersatu Nusantara.

Satelit Palapa menjadi salah satu proyek pemerintah yang kala itu dikelola oleh Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel), sekarang dikenal dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Proyek pengerjaan Satelit Palapa dilakukan oleh Hughes Space and Communication Inc (sekarang dikenal dengan Boeing Satellite Systems) setelah 5 Juli 1974 melakukan kontrak kerjasama. Pengerjaan ini memakan waktu kurang lebih selama 17 bulan (selesai pada februari 1975). Tugas Hughes Space and Communication adalah menyediakan sarana pendukung yang didalamnya termasuk dua stasiun komunikasi, satu stasiun pengendali utama, lima stasiun lintasan utama, dan empat stasiun lintasan tipis untuk kemudian ditempatkan di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia.

Beberapa bulan setelah peluncuran pertama, yakni pada tanggal 10 Maret 1977, diluncurkan satelit Palapa kedua (A2). Pada awalnya, satelit Palapa A2 dimaksudkan sebagai satelit cadangan yang dioperasikan apabila satelit Palapa A1 mengalami kegagalan. Satelit Palapa A2 diluncurkan dengan bantuan roket Delta 2914 yang bertempat di Kennedy Space Center AS dan beroperasi di orbit 77 BT.

Dalam menjaga stabilitas komunikasi, satelit Palapa beberapa kali mengalami pergantian untuk memaksimalkan jangka waktu yang terbatas. Satelit Palapa A1 mengorbit mulai 1976-1983. Kemudian, digantikan oleh Satelit Palapa A2 yang beroperasi mulai 1977-1987. Kemunculan awal satelit ini telah memperlihatkan dampak positif yang dapat dilihat dari meningkatnya angka pembicara telepon, dari 2.256.883 tahun 1977 menjadi 3.252.500 pada tahun 1978.

Untuk selanjutnya diluncurkan Satelit Palapa B1 melalui pesawat STS pada 18 Juni 1983 (dioperasikan oleh stasiun pengendali di El Segundo California), satelit Palapa B1 berhenti beroperasi pada tahun 1990. Palapa B dua kali lebih besar baik dari segi ukuran, kapasitas dan kekuatan dibandingkan dengan satelit Palapa A. Satelit yang rencananya menggantikan B1 mengalami kegagalan dalam peluncurannya pada 3 Februari 1984 karena alasan motor perigee yang tidak dapat berfungsi optimal.

Akhirnya pemerintah membuat proyek Satelit Palapa B2 Pengganti (B2P) yang diluncurkan pada 20 Maret 1987 menggunakan roket Delta-3920 PAM-D dari Cape Canaveral, Amerika Serikat, Meskipun sebenarnya rencana peluncuran awal jatuh pada satu tahun sebelumnya, yakni 1986, namun rencana tersebut ditunda karena kecelakaan pesawat. Proyek satelit Palapa B2 dilanjutkan pada 13 April 1990 dengan menggandeng Sattel Technologies yang selanjutnya diluncurkan dengan nama B2R. Pihak perusahaan asuransi Indonesia membayar biaya sebesar 1.296.777 USD.

Satelit Palaba B2 hanya mencapai orbit elips dengan titik terdekat 270 km dan titik terjauh 1.158 km dari bumi meskipun target awalnya adalah 35.885 km di atas khatulistiwa. Setelah sempat mengalami kerusakan, namun satelit B2 dapat diperbaiki dan masih laku untuk dijual meskipun harganya dibawah 40 USD. Bersamaan dengan itu, muncul rencana pemesanan satelit Palapa B3 seharga 40 USD dengan jadwal peluncuran sekitar bulan juni 1986. Sementara satelit B4 mulai beroperasi pada 14 Mei 1992, dan memiliki masa waktu hingga 2005.

Satelit C1 dan C2 mulai mengangkasa pada 1996 dengan kelebihan mampu menjangkau area yang lebih luas seperti Asia Tenggara, sebagian China, India, Jepang dan Australia. Satelit Palapa C dikelola oleh Satelindo (sekarang Indosat). Palapa C1 orbit di 113 BT dengan jangka waktu operasional selama 7 tahun, sedangkan Palapa C2 berhenti beroperasi sejak tahun 2011. Sementara satelit Palapa D yang mengorbit dari tahun 2009 hingga 2024.

Satelit Palapa D ini dibuat oleh Thales Alenia Space di Prancis yang mulai diluncurkan pada 31 agustus 2009 dari Xichang Satellite Launch Center, Cina dan mengorbit pada 113 BT. Dengan komponen platform SpaceBus 4000-B3 satelit ini mencakup Asia, Asia Tenggara dan seluruh Indonesia.

Total ada sembilan satelit Palapa yang ada di Indonesia. Dengan hadirnya satelit Palapa dapat membantu mengurangi kesenjangan digital serta menjawab kebutuhan teknologi komunikasi. Peluncuran pertama satelit Palapa (A1) yang jatuh pada tanggal 9 juli diperingati sebagai hari Satelit Palapa.

Sumber Rujukan:

Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019). Sejarah Satelit Palapa Indonesia Seri I. Jakarta: TEMPO Publishing

Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019). Sejarah Satelit Palapa Indonesia Seri II. Jakarta: TEMPO Publishing

Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019). Sejarah Satelit Palapa Sejak Tahun 1975 Jilid III. Jakarta: TEMPO Publishing

Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019). Sejarah Satelit Palapa Sejak Tahun 1975 Jilid IV. Jakarta: TEMPO Publishing

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image