Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Soleh

Pendidikan Tanpa Sekolah, Secercah Pemikiran Sugeng Riyanto

Eduaksi | Thursday, 01 Jul 2021, 00:09 WIB

Pendidikan selalu menjadi wacana menarik untuk digali lebih dalam. Fenomena kekinian, dengan majunya teknologi, pendidikan hanya jadi komoditas. Hal semacam ini terjadi antara lain karena telah kaburnya makna pendidikan, peran pendidik sebagai tokoh masyarakat, dan paling penting peran orang tua dalam upaya mendidik anaknya.

Hal ini menjadi sorotan Sugeng Riyanto dalam buku terbarunya berjudul Pendidikan Tanpa Sekolah. Sugeng dalam pengantar buku tersebut menuturkan, buku ini merupakan buku yang mencoba memberikan kesadaran baru tentang konsep pendidikan. “Mulai dari pengertian pendidikan secara sederhana. Sampai pada kesalahpahaman yang sering terjadi dalam memandang pendidikan. Mulai dari tujuan pendidikan hingga guru,” ujarnya.

Dalam buku ini, Sugeng yang juga pemerhati dan praktisi pendidikan menampilkan beberapa konsep pendidikan secara sederhana, mendeskripsikan kondisi pendidikan dan kesalahpahaman memaknai pendidikan. Selain itu, penulis juga mencoba memberikan dukungan baik secara teori maupun motivasi kepada orang tua selaku pendidik.

Buku ini menjadi salah satu rujukan penting yang mencoba mendobrak pemahaman kita tentang pendidikan selama ini. Eko Prasetyo dalam prolognya mengatakan, “Buku ini menjadi pengantar yang komplet untuk memahami pendidikan dalam arti yang sebenarnya.”

Pendidikan dalam konteks ini adalah pendidikan berbasis keluarga. Orang tua (keluarga), bagi Sugeng, merupakan salah satu bagian penting bila bicara soal keberhasilan pendidikan. Buku ini, dia melanjutkan, juga mencoba memberikan semangat kepada para orang tua sebagai guru pertama untuk anak-anaknya.

Dengan begitu, tentu saja buku ini bisa menjadi stimulus awal bagi orang tua agar mau terlibat aktif mendidik anak di rumah. Bahkan, Sugeng mengatakan, bukan hanya itu, orang tua juga diharapkan mampu mengenal, memahami bakat, dan potensi anak-anaknya.

Sudarnoto Abdul Hakim, Wakil ketua Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, dalam pengantar buku ini menyebutkan, buku berjudul Pendidikan Tanpa Sekolah ini tentu menarik untuk menjadi perhatian. Gagasannya bisa sama atau mendukung prinsip-prinsip yang diperkenalkan dalam homeschooling atau mungkin bisa saja berbeda.

Menurut Sudarnoto, pemikiran penulis buku ini berangkat dari kepedulian terhadap satu fakta semakin terbatasnya gerak sekolah untuk memenuhi tuntutan pendidikan dalam makna yang sesungguhnya.

Menurut Sudarnoto, pemikiran alternatif seperti terdapat dalam buku ini harus dikembangkan sehingga pendidikan benar-benar bisa mengantarkan generasi yang khairu ummah.

Kemudian, aktivis sosial Eko Prasetyo yang juga punya perhatian terhadap dunia pendidikan memberikan prolog untuk buku ini, membuat buku ini semakin menarik untuk dikaji. Dalam prolognya, Eko Prasetyo mengatakan, pendidikan bukan hanya apa yang terjadi di sekolah. Pendidik itu tidak hanya apa yang berlangsung antara guru dan siswa. Pendidikan, kata Eko, bukan buah kebijakan Menteri Pendidikan saja.

“Pendidikan sebagaimana dikatakan oleh buku ini bisa berlangsung dari rumah, melalui peran orang tua dan berhasil ketika anak mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk bertindak, beropini, dan mengambil sikap.” Eko beranggapan, pendidikan bukan sekadar meluluskan seorang anak, tapi membuat anak lebih menghargai pengetahuan ketimbang yang lainnya. “Sungguh pendidikan dalam arti yang sederhana, keseharian, dan bisa dilakukan oleh siapa saja yang akan membuat kita percaya kalau semua orang bisa menjadi guru dan murid. Pendidikan yang ‘membebaskan’ bukan pendidikan yang ‘membelenggu’.”

Identitas Buku

Judul: Pendidikan Tanpa Sekolah

Penulis: Sugeng Riyanto

ISBN: 978-623-96778-4-8

Harga normal: Rp70.000,-

Harga preorder: Rp60.000,- (sampai 30 Juli 2021)

Pesan hubungi kontak: 08577422336

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image