Dua Amalan Ringan Berpahala Menakjubkan Buah dari Ramadhan
Agama | 2022-04-30 07:40:45Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pelajaran. Berbagai pelajaran tersebut dapat dipraktikkan juga pada bulan-bulan selain Ramadhan. Apa di antara amalan tersebut? Berikut ini sedikit uraian ringkas tentang hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Muhtar Arifin dalam kajian Buka bersama terakhir yang diadakan di Ma’had Aly Al-Furqon Magelang pada hari jum’at tanggal 29 April 2022.
1. Menghadiri majlis Ilmu di masjid.
Bulan Ramadhan mengingatkan kita akan keutamaan ilmu agama. Hal itu karena ayat yang pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan oleh Allah kepada Nabi Muhammad – Shallallahu ‘alaihi wasallam – adalah perintah untuk membaca. Allah berfirman:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ.
Bacalah dengan nama Rabbmu yang telah menciptakan. (QS. Al-Alaq : 1).
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya ilmu. Selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah menjelaskan bagaimana besarnya pahala menuntut ilmu agama dalam masjid. Beliau bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْراً أَوْ يُعلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ، تَامّاً حَجَّتُهُ
“Barangsiapa pergi menuju masjid, tidak menginginkan kecuali mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala seperti pahala orang yang haji dengan sempurna”. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir, dan Syaikh Al-Albani berkata: “Hasan Shahih” dalam Shahih Targhib Wa Tarhib, No. 86, dari hadits Abu Umamah).
Sepeninggal bulan ramadhan, sudah sepantasnya untuk meningkatkan kecintaan kita kepada ilmu agama. ia adalah merupakan kunci dari kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal itu sebagai follow up dari kebaikan bulan mulia ini.
2. Bersyukur ketika makan.
Ini adalah amalan ringan akan tetapi pahalanya sangat besar. Hal itu berdasarkan hadits berikut ini:
الطَّاعِمُ الشَّاكِرُ بِمَنْزِلَةِ الصَّائِمِ الصَّابِرِ
Orang makan yang bersyukur menempati kedudukan orang berpuasa yang bersabar. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Abu Hurairah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ish Shaghir, no. 3942).
Dalam lafal yang lain, Nabi – shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
الطَّاعِمُ الشَّاكِرُ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الصَّائِمِ الصَّابِرِ
Orang makan yang bersyukur baginya seperti pahala orang berpuasa yang bersabar. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, no. 3943).
Ketika mendapatkan hadits ini, barangkali ada yang bertanya bagaimana bisa sama pahala orang makan dan orang yang berpuasa padahal amalannya berbeda? Pertanyaan seperti ini telah didapatkan jawabannya sebagaimana dalam Faidhul Qadir (IV/285):
وَجَوَابُهُ أَنَّهُ وَرَدَ الْإيْمَانُ نِصْفَانِ نِصْفُ صَبْرٍ وَنِصْفُ شُكْرٍ فَقَدْ يُتَوَهَّمُ أَنَّ ثَوَابَ شُكْرِ الطَّاعِمِ يَقْصُرُ عَنْ ثَوَابِ صَبْرِ الصَّائِمِ فَأُزِيْلَ تَوَهُّمُهُ بِهِ يَعْنِيْ هُمَا سِيَّانِ فِي الثَّوَابِ
“Jawabannya adalah bahwa keimanan itu ada dua bagian, separuhnya berupa kesabaran dan separuhnya berupa syukur. Terkadang ada sangkaan lemah bahwa pahala syukurnya orang yang makan itu lebih kecil daripada pahala sabarnya orang yang berpuasa. Maka sangkaan lemah tersebut dihilangkan dengan hadits ini, maka keduanya memiliki kesamaan dalam hal pahalanya”.
Semoga Allah memberikan kepada kita taufiq untuk senantiasa mencintai ilmu dan dan selalu bersyukur atas nikmat yang kita terima meskipun terlihat kecil dalam pandangan kita. Bisa jadi sesuatu yang terlihat kecil itulah yang penuh dengan barakah yang melimpah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.