Menikah Muda? Siapa Takut
Eduaksi | 2021-06-28 07:54:02Banyak Orang yang berfikir bahwasanya melakukan suatu pernikahan itu diharuskan sudah mempunnyai segalanya, bahkan sampai-sampai orang malu untuk menikah apabila belum mempunyai segalanya. Dan mereka berspekulasi bahwa orang akan mapan ketika ia berumur lebih dari 25 Tahun.
Namun, apakah menikah itu harus menunggu berumur dan sudah mapan? Menikah bukanlah hanya dilandasi kepada seberapa banyak Harta yang kita punya, Seberapa tua umur kita, dan seberapa suksesnya kita dalam hidup. Harta memang salah satu penunjang dalam kehidupan berkeluarga, namun tidaklah menjadi penjamin akan adanya ketentraman dalam berumah tangga. Lantas kenapa banyak dari mereka yang mempunyai segalanya di Dunia namun malah tidak mempunyai kebahagiaan di rumahnya?.
Sampai saat ini saya berspekulasi bahwasanya poin terpenting dari membangun sebuah ikatan dalam pernikahan adalah bukan harta, melainkan hal-hal yang tidak orang sangka dan diremehkan oleh orang. Berikut merupakan beberapa aspek-aspek penting yang harus ditanamkan sebelum membangun ikatan pernikahan:
1. Percaya Kepada Allah
Hal ini merupakan hal terpenting dalam membangun rumah tangga, banyak orang yang secara tidak sengaja meremehkan hal ini dan terjerumus kedalam kesyirikan. Loh kok bisa terjerumus kedalam kesyirikan? iya karena banyak dari mereka yang mengesampingkan Allah SWT dan malah memikirkan hal yang lain, seperti misalnya sepadang insan yang memutuskan untuk menikah, hanya saja dari pihak orang tua yang tidak menyetujui dan mendukungnya hanya dengan alasan remeh, "Memangnya kamu mau ngasih anak saya dengan apa?" dan sebagainya, dengan pernyataan ini secara tidak sadar ia mengenyampingkan Allah, bukankah Allah SWT yang mengatur setiap rezeki manusia? Bukankah tuhanmu dan dan tuhanku sama? Lantas kenapa kamu mengesampingkan Allah SWT disetiap keputusanmu.
2. Kedewasaan
Hal ini juga merupakan poin yang penting dalam menjalin sebuah ikatan pernikahan, karena dengan adanya kedewasaan dalam diri kita, maka itu akan mempengaruhi sikap kita dalam kehidupan berumah tangga dan mempengaruhi kita untuk mengambil sikap yang lebih bijak, seperti misalnya ada masalah yang sangat simple dalam rumah tangga, seperti "Tahun ini lebaran dimana", apabila kedua pihak tidak ada yang mempunyai kedewasaan maka masalah simple yang harusnya diselesaikan dengan mudah malah meluas dan membesar menjadi masalah yang sangat besar.
3. Komitmen
Komitmen juga termasuk kealam aspek dalam rumah tangga yang sangat penting, karena tak ayal banyak orang yang menyesali pernikahannya karena tidak adanya komitmen diawal sebelum ia melanjutkan ke tahap pernikahan, dan komitmen ini wajib dipatuhi dan dijalani baik dari pihak suami maupun istri. Maka dari itu banyak kita melihat sepasang suami-istri berpisah karena tidak ada lagi kesamaan dalam komitmennya dan pemikirannya.
Dengan beberapa poin-poin diatas, saya harapkan bisa menambah dan meluaskan jangkauan pemikiran kita. Jadi tidak masalah kita mau menikah umur berapapun, sebut saja 17 tahun, selagi kita mempunyai aspek yang dibutuhkan dalam membangun ikatan pernikahan, apa salahnya menikah?.
Saya sendiri menikah pada tahun 2019, dimana kala itu saya dan istru baru berumur 19 tahun dan semuanya dilandasi dengan aspek-aspek diatas, banyak banget yang ngomong "muda banget", "memangnya udah siap nikah?" dan omongan lainnya, sebernya sih jawabannya simple, bukannya siap atau tidaknya menikah itu ditentukan oelh diri kita sendiri ya? terus kalau misalnya seseorang masih muda dan sudah mempunyai apa yang dibutuhkan untuk menikah, apa salahnya ia menikah? dan ternyata bener bahwasanya menikah itu enaknya cuma 1%, sisanya .......... enak banget hehehe :). Inget temen-temen menikah di usia muda itu lebih baik dibanding kalian pacaran dan kemana mana berduaan denga pacar kalian, dan tidak lain itu merupakan pengantar kalian menuju perbuatan "ZINA".
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.