Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Komunitas Ujung Pena

Palestina Butuh Dukungan Militer, Bukan Sekedar Retorika

Agama | Friday, 25 Jun 2021, 08:06 WIB

Palestina sampai saat in masih berkecamuk akibat serangan brutal yang dilakukan oleh zionis Israel. Korban terus berjatuhan tidak hanya berasal dari pejuang Hamas tetapi juga rakyat sipil termasuk anak-anak, lansia ataupun perempuan. Gedung-gedung pun tak luput dari serangan tentara Israel, termasuk RS, Sekolah, kantor berita.

Dilansir dari CNN Indonesia (21/5/2021), dalam agresi militer selama sebelas hari korban jiwa mencapai 232 orang dan 65 orang di antaranya anak-anak. Sementara penduduk Gaza yang mengalami luka-luka mencapai 1.900 orang.

Agresi militer zionis tersebut memancing perhatian seluruh dunia, termasuk negara Arab dan dunia Islam yang tergabung dalam OKI. Hampir semua pemimpin negeri Islam mengecam keras atas serangan brutal Israel dan menawarkan resolusi damai. Bahkan Indonesia sendiri melalui Menlu Retno, mengatakan ada 3 langkah kunci bagi penyelesaian konflik di Palestina. Pertama, adanya persatuan negara OKI. Kedua, perlu gencatan senjata dari negara OKI. Ketiga, semua negara yang tergabung dalam OKI memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

Namun, semudah itukah menyudahi konflik tersebut hanya dengan 3 langkah? Sedangkan keberadaan Israel mendapatkan dukungan penuh dari negara adidaya yakni AS. Amerika sendiri secara terbuka menunjukkan dukungannya pada Israel. Biden pun sudah dua kali menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menegaskan kembali atas dukungan kuatnya untuk Israel. Dengan dalih bahwa aksi yang dilakukan Israel, dalam rangka mempertahankan diri dari serangan roket Hamas dan kelompok teroris lainnya di Gaza. Dilansir dari Gedung Putih pada Sabtu 15 Mei mengatakan. (Liputan 6.com).

Drama playing victim pun dilakukan zionis, seolah-olah negaranya lah yang menjadi korban. Benarkah zionis Israel melakukan serangan semata-mata untuk mempertahankan diri? Pada faktanya justru tentara zionis secara brutal menyerang Masjidil Aqsha, pemukiman warga dan lain-lain. Selang beberapa jam setelah gencatan senjata pada pukul 2 dini hari, mereka menyerang Al Aqsha kembali saat orang-orang sedang sholat Jum'at. Lagi-lagi zionis melanggar perjanjian.

Perkara esensial dalam konflik di Palestina

Sejatinya ketika hendak menyelesaikan masalah, harus diketahui terlebih dahulu apa perkara yang esensial dalam konflik ini. Sehingga solusi yang diberikan pun tepat dan adil. Sejatinya persoalan sebenarnya adalah karena adanya penjajahan di Palestina. Bukankah penjajahan dimuka bumi ini harus dihapuskan? Namun kenapa solusi yang ditawarkan pada penjajah adalah perdamaian bukan pengusiran? Bahkan sudah lama muncul win win solution yakni solusi two state, tentunya ini solusi yang tidak adil untuk rakyat Palestina. Secara historis Palestina adalah tanah khorojiyah (tanah yang dibebaskan karena penaklukan) untuk rakyat Palestina dari tahun 15 Masehi dimasa Kholifah Umar RA. Namun sejak negara Israel dideklarasikan pada tahun 1948 dan sejak itulah zionis melakukan penjajahan dan merampok sedikit demi sedikit tanah Palestina.

Zionis Israel bak duri dalam daging bagi Palestina. Penempatan Israel di Palestina adalah sebuah kesengajaan untuk menancapkan hegemoni AS di Timur Tengah. Maka wajar jika puluhan tahun Konflik di Palestina tak kunjung usai, karena Israel adalah " anak emas " yang diasuh oleh AS. Keberadaan AS sebagai negara adidaya dengan pengaruhnya mampu menekan dunia Islam untuk bertekuk lutut. Dengan dalih tidak boleh intervensi urusan Palestina, ancaman pemutusan hubungan diplomatik selalu membayangi negara ketiga maupun dunia Islam. Karena Dunia Islam secara politik ekonomi masih tergantung pada AS.

Sehingga wajar kita saksikan pemimpin negeri muslim hanya mampu beretorika sebatas mengecam, resolusi gencatan senjata dan menyetujui tawaran two state. Padahal dengan kekuasaannya dia mampu mengkomando militernya untuk mengusir Israel. Namun sayang itu tidak dilakukan meskipun mereka memiliki pasukan terbaik dan alutsista tercanggih.

Palestina Butuh Dukungan Militer

Sejatinya solusi untuk mengakhiri penjajahan hanyalah dengan jihad, sebab Israel tak mengenal bahasa perdamaian. Sudah selayaknya penjajah itu diusir, bukan malah diajak berdamai. Namun terasa sulit dan berat dengan adanya sekat nasionalisme. Perlu sebuah kekuatan politik yang mampu menyatukan umat Islam yang menyerukan jihad, yakni sistem Islam (Khilafah). Hanya sistem khilafah yang mampu menyatukan pasukan umat Islam seluruh dunia untuk berjihad melawan Israel.

Islam tegas dalam menyikapi penjajah yang ingin merampas tanah milik umat Islam, yakni diperangi. Sebagaimana firman Allah SWT: " Bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir. (QS. Al Baqarah:191)".

Persoalan Palestina adalah urusan seluruh umat Islam sedunia, bukan hanya urusan Palestina. Dukungan untuk Palestina tidak cukup hanya dengan kecaman, donasi, obat-obatan, pakaian, makanan saja. Yang tak kalah pentingnya adalah dukungan militer untuk mengusir penjajah sebab itu perkara mendasar dari konflik berkepanjangan ini.

Wallahu A'lam Bi Showab

Ummu Abdul Hamid

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image