Bagaimana Mengatasi Masalah Banjir di Kota Malang?
Politik | 2022-04-28 14:13:25Warga Kota Malang akhir – akhir ini seringkali mengalami masalah banjir yang cukup parah dan meresahkan di beberapa lokasi. Apalagi bila terjadi curah hujan yang tinggi disertai angin kencang. Banjir terutama dialami warga yang bermukim di wilayah dekat daerah aliran sungai (DAS) ataupun selokan besar.
Pemerintah Kota Malang sudah berupaya mengatasi masalah banjir ini di antaranya dengan melakukan pengerukan selokan besar menggunakan alat berat, untuk membersihkan selokan atau DAS dari endapan lumpur maupun sampah.
Normalisasi saluran air di Kota Malang kini sedang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang untuk mencegah banjir.
Terbaru, pengerukan sedimen dan sampah dilakukan, dari saluran air di kawasan Bukirsari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang oleh personil Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) pada Kamis (21/4/2022).
Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya banjir dan genangan dalam periode pancaroba di Malang Raya.
Cegah Banjir, Pemkot Malang Lakukan Pengerukan Saluran Air di Lowokwaru In, https://suryamalang.tribunnews.com/2022/04/21/cegah-banjir-pemkot-malang-lakukan-pengerukan-saluran-air-di-lowokwaru-in?page=all.
Apa sebenarnya penyebab banjir di kota Malang?
Berikut ini kutipan pernyataan dari beberapa pejabat di kota Malang :
1. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang Alie Mulyanto mengatakan hujan deras tersebut memicu peningkatan debit air pada wilayah tersebut dan mengakibatkan banjir luapan. "Kondisi ini menyebabkan drainase dan sungai meluap hingga terjadi genangan. Titik genangan tetap sama menyebar di 18 titik, tetapi yang cukup menonjol ada di sembilan titik," ujar Alie, Jumat (8/4).
2. "Ada beberapa titik yang menjadi langganan banjir. Penyebabnya karena cuaca hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang yang menyebabkan debit air meningkat," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Malang Selvyana Ayoe.
"Malang Dilanda Banjir, Warga Heran Bertanya-tanya, Penginnya Begini", https://jatim.jpnn.com/jatim-terkini/13313/malang-dilanda-banjir-warga-heran-bertanya-tanya-penginnya-begini?page=2[t1]
3. Sementara itu Kepala Stasiun Klimatologi Karangploso, Anung Suprayitno, mengajak masyarakat untuk senantiasa waspada akan Potensi Bencana Hidrometeorologi Dampak Cuaca Ekstrem Malang Raya.
Bencana yang diakibatkan di antaranya ialah seperti genangan sesaat, angin kencang, tanah longsor, pohon tumbang, hingga banjir kiriman dari aliran hulu sungai Brantas di Kota Batu.
"Kebetulan Malang punya topografi yang unik. Pegunungan tengah Jawa Timur memang potensi hujannya lebih tinggi dibanding daerah lain,” imbuhnya
Masyarakat Kota Malang juga dapat meningkatkan kewaspadaan dengan secara rutin memantau perkembangan cuaca dari aplikasi dan radar cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Bila dicermati kondisi banjir parah di kota Malang ini tidak terlepas dari adanya banjir kiriman dari arah Kota Batu. Setelah kejadian banjir bandang kota Batu di bulan Nopember 2021 juga berdampak pada beberapa wilayah dekat DAS di kota Malang. Selanjutnya banjir terus saja terjadi bila hujan turun dengan intensitas tinggi dan durasi yang lama.
Sebelumnya, banjir bandang menerjang Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang, Jawa Timur hingga Kamis (4/11) sore. Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menjelaskan salah satu penyebab terjadinya banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur, adalah hancurnya bendung alam akibat tingginya debit air dari hulu. Bendung alam ini terbentuk oleh longsor-longsor kecil dari sisi tebing yang tidak dilindungi vegetasi berakar kuat. Masalah lain yang memperparah dampak banjir bandang adalah banyaknya kebun-kebun semusim di lereng tebing sungai yang berpotensi longsor jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Baca artikel CNN Indonesia "Alasan Banjir Bandang Terjang Kota Batu saat Belum Puncak Musim Hujan" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20211115110942-199-721235/alasan-banjir-bandang-terjang-kota-batu-saat-belum-puncak-musim-hujan. Idhan Abu Bakar, Weatherman dalam keterangan yang disiarkan dalam channel YouTube BMKG, Jumat (12/11) menjelaskan setidaknya ada empat hal yang jadi penyebab banjir bandang. Masalah utama tentu terkait curah hujan dan tiga komponen lain terkait kondisi tanah. Berikut kondisi tanah yang mempengaruhi potensi banjir bandang. 1. Kelembaban tanah Pertama terkait dengan kelembaban tanah yang berkaitan dengan hujan yang mengguyur permukaan tanah, sehingga ketika tanah tidak mampu lagi menyimpan air di permukaan, maka air tersebut akan menjadi air limpasan yang mengalir di permukaan tanah. 2. Jenis tanah Kedua masalah jenis tanah yang akan berpengaruh pada daya serap air hujan. Apabila tanah yang diguyur hujan merupakan jenis tanah yang memiliki rongga antar partikel yang semakin besar maka daya serapnya akan semakin besar juga. Sebaliknya, jika rongga antar partikel semakin sempit maka tanah akan lebih sulit untuk menyerap air. 3. Profil tanah Komponen yang ketiga adalah profil tanah berkaitan dengan lapisan tanah dalam penampang vertikal. Jika di bawah permukaan tanah terdapat lapisan batu yang tidak tembus air atau biasa disebut backdrop. Selain itu, semakin dalam keberadaan lapisan backdrop maka tanah akan mampu menyimpan air yang lebih banyak. Saran BMKG saat musim hujan Lebih lanjut, untuk menghadapi musim hujan, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir khususnya bagi masyarakat yang tinggal dan berada di daerah rawan bencana hidrometeorologi. Untuk mengantisipasi, masyarakat dapat perlu memperhatikan penataan lingkungan dan resapan air di wilayah sekitar tempat tinggal. "Penataan lingkungan sekitar tempat tinggal dan resapan air penting untuk memastikan resapan air tetap terjaga dengan baik terutama pada wilayah yang mengalami curah hujan tinggi," kata Idhan. Selain itu, membersihkan dan merapikan wilayah bantaran sungai dari sampah, memperkuat tanggul sungai yang sudah mulai longgar serta melakukan penebangan ranting dan batang pohon yang sudah tua atau lapuk di taman kota dan di sepanjang jalan juga perlu dilakukan.
Pakar Kebencanaan UGM, Prof. Suratman, mengatakan banjir bandang yang melanda Kota Batu, Malang, Jawa Timur pada Kamis (4/11) menunjukkan adanya gangguan ekosistem di wilayah tersebut.
"Banjir ini sebagai peringatan ekosistem yang terganggu oleh manusia,"tutur Guru Besar Fakultas Geografi UGM ini, Jumat (5/11).
Suratman mengatakan gangguan ekosistem akibat alih fungsi lahan oleh manusia menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir bandang di Batu. Banjir terjadi karena adanya desakan penggunaan lahan untuk pertanian maupun pemukiman. Pengaruh tekanan penduduk dalam penggunaan lahan tidak lagi sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kemampuan lahan.
"Perlu dilihat kalau sebagai daerah resapan air, kawasan lindung semestinya banyak pohon-pohonnya. Jadi, harus mengendalikan keterbukaan lahan dan ada konservasi,"paparnya.
Sementara dari sisi sistem tanah, dikatakan Suratman, kawasan Kota Batu memiliki lanskap yang juga rentan terjadi banjir. Banyak wilayahny berupa lereng-lereng dan perbukitan. Selain itu, banyak kawasan dengan kemiringan di atas 40 derajat dengan ketebalan tanah yang cukup tebal. Beberapa kondisi tersebut menjadi pemicu terjadinya banjir.
Lebih lanjut Suratman mengungkapkan kondisi Kota Malang memiliki suhu yang dingin dan lembab. Hal itu menjadikan pelapukan massa batuan tanah aktif sehingga saat hujan deras mengakibatkan banjir yang membawa material-material seperti lumpur dan sampah.
"Dari material vulkanik suburnya luar biasa. Secara ekonomi ini menggiurkan, tetapi secara risiko bencana mengkhawatirkan,"terangnya.
Suratman menambahkan dengan adanya isu perubahan iklim, Indonesia patut wasapada. Persoalan hujan ekstrem dan pengaruh daerah pegunungan dengan elevasi tinggi serta memiliki curah hujan lebih dari 3.000 milimeter per tahun patut menjadi perhatian bersama. Indonesia dengan banyak gunung vulkanik dan tingginya proses alih fungsi lahan perlu menjadi hal yang harus diwaspadai.
"Ini jadi peringatan terutama di Pulau Jawa, harus waspada karena banyak wilayah yang memiliki kondisi serupa dengan Batu sehingga rentan banjir," katanya.
Sebagai warga kota Malang yang turut prihatin dengan banjir yang kerap terjadi di kota ini, beberapa kesimpulan yang dapat kami himpun bahwa sebenarnya faktor utama penyebab banjir ini adalah karena ulah tangan manusia sendiri yang telah merusak alam, mengalihfungsikan lahan sehingga air hujan yang secara alami seharusnya bisa diserap tanah tidak terjadi.
Sehingga dengan mengetahui penyebab utamanya seharusnya solusi yang dilakukan agar bisa menyelesaikan masalah banjir adalah dengan mengembalikan fungsi lahan itu sendiri, kembalikan fungsi hutan, juga harus memperhatikan tata ruang kota, memperbanyak area resapan air, melakukan penanaman pohon yang dapat menahan erosi & memiliki akar kuat untuk meresap air. Proses pembangunan juga harus memperhatikan tata ruang tersebut, perizinan pembangunan juga mempertimbangkan analisis dampak lingkungan.
Kita bisa mengamati dalam wilayah kota Malang sendiri banyak terdapat area yang sebelumnya lahan sawah atau kebun beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dan bisnis, sehingga mengurangi daerah resapan air. Apalagi jika dikaitkan dengan hubungannya dengan kota Batu yang juga banyak melakukan pembangunan kawasan wisata, pemukiman atau merubah lahan hutan menjadi kebun tanaman sayur. Akibatnya jika curah hujan tinggi terjadi di kota Batu dan tidak dapat diresap lahan di sana maka akan dikirim atau dialirkan ke bawah ke kota Malang melalui DAS Brantas, akibatnya kota Malang mendapat banjir kiriman. Endapan DAS di kota Malang juga patut diduga berasal dari kiriman banjir lumpur dari kota Batu.
Dalam QS Al-Furqan: 48—49, Allah Swt. berfirman, “Dialah (Allah) yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, agar kami member minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.”
Air hujan adalah rahmat dari Allah SWT, terjadinya bencana banjir karena alam yang sudah dirusak oleh tangan manusia. Jadi sudah seharusnya kita tidak menyalahkan air hujan, tetapi perhatikanlah kerusakan apa yang sudah kita lakukan, benahilah kerusakan tersebut, jangan karena motivasi ekonomi lalu mengabaikan kelestarian lingkungan yang akhirnya berdampak bencana.
Diperlukan kesadaran bersama setiap warga maupun pemerintah untuk menjaga lingkungan, juga sangat penting adanya koordinasi antar pejabat pemerintah agar perbaikan yang dilakukan bisa sejalan, dan yang terpenting lagi adalah memperhatikan aturan Allah SWT tentang pengelolaan lingkungan.
Wallahu a’lam bishowab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.