Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ahkmad achsani wibowo

Pemilik Harta Yang Sesugguhnya

Eduaksi | 2021-06-17 17:15:11

Memiliki harta atau kekayaan mugkin menjadi impian dari Sebagian bahkan kebanyakan orang. Setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan harta yang berlimpah, tetapi sedikit dari kita yang memikirkan untuk mendapatkan harta yang berkah. Memiliki banyak harta terkadang membuat manusia hidup berfoya-foya, yang mungkin mereka lakukan untuk menunjukkan bukti eksistensi bahwa mereka adalah bagian dari kaum berada, yang bisa memenuhi semua hasrat dan keinginan terpendam dari segala sesuatu yang mereka inginkan. Dengan harta, Sebagian orang memiliki harapan agar bisa terus berbuat baik kepada sesama terutama berbuat baik untuk lingkungan sekitar. Namun pada kenyataannya, banyak orang-orang kaya yang merasa kaya dan merasa harta itu milik nya tanpa menyadari bahwa itu semua adalah titipan Allah semata.

Konsep harta sebagai titipan, berarti harta tersebut sifat nya adalah sementara. Ketika harta bersifat sementara berarti akan ada pemilik yang mengambilnya, dan Ketika pemilik mengambil harta tersebut tidak ada kuasa bagi orang yang di titipi untuk mempertahankannya karena harta tersebut hanya titipan semata. Dan akan menjadi aneh jika orang yang di titipi marah-marah Ketika sang pemilik mengambilnya. Sehingga rumus titipan yang sebenarnya adalah Ketika di titipkan maka harus siap di ambil. Dan akan menjadi lebih baik Ketika titipan di ambil dalam kualitas yang menyenangkan pemiliknya. Lantas bagaimanakah kita menyikapi harta yang hanya titipan dari Allah, dan yang paling berbahaya adalah ketika seseorang sudah merasa bahwa titipan itu adalah bagian dari kepemilikannya. Ketika seseorang sudah merasa demikian, maka itu akan berdampak pada ketidaktenangan dalam kehidupannya, karena orang yang merasa memiliki tidak siap Ketika yang di titipkan di ambil pemiliknya.

Sebagai contoh, di kisahkan ada seorang sahabat akan berjuang tapi anak nya dalam keadaan sakit. Kemudian Ketika akan berangkat berjiihad dia ragu karena ingin merawat anaknya. Kemudian istrinya berkata “wahai suamiku pergilah, biarkan saya yang merawat anak kita”. Akhirnya berangkatlah sang suami untuk berjihad. Singkat cerita,Ketika dia sedang berjihad anaknya meninggal. Ketika pulang dari berjihad sang suami bertanya kepada sang istri, “bagaimana keadaan anak kita”. Sang istri menjawab “wahai suamiku, istirahat lah terlebih dahulu,, anak kita sedang istirahat dengan tenang”. Mendengar jawaban sang istri, sang suami pun membersihkan dirinya dan memakan hidangan yang telah di siapkan sang istri. Kemudian Ketika malam tiba, sang suami bertanya Kembali kepada sang istri, “bagaimana anak kita..??”. kemudian sang istri berkata,” suamiku, saya ada satu persoalan, saya melihat ada orang yang mendapatkan titipan , kemudian tibalah sang pemilik untuk mengambilnya, tapi orang itu marah-marah untuk mempertahankan barang yang di titipkan itu”. Kemudian sang suami memotong pembicaraan sang istri dan berkata,”siapa orang itu,tidak punya adab, tidak sopan, itukan bukan milik dia , kenapa harus marah-marah”. Akhirnya sang istri berkata kepada sang suami,” wahai suamiku, pemilik anak kita sudah menggambil dia, dan selesailah tugas kita atas apa yang dititipkan kepada kita”. Maka seketika itu juga mengalir air mata sang suami sembari meminta kebaikan kepada Allah SWT kemudian lantas memeluk istrinya dan menguatkan pasangan hidupnya itu.

Dari kisah diatas , kita dapat mengambil pelajaran bahwa , jika setiap manusia sadar bahwa segala sesuatu yang di hadapannya adalah titipan, maka sejatinya mudah bagi kita untuk melepaskannya saat tugas nya sudah selesai. Yang pertama yang wajib kita tau adalah kita harus memahami bahwa segala yang ada di hidup ini adalah titipan dan sifatnya sementara. Jika kita paham akan hal itu maka hidup kita akan lebih ringan dan nyaman. Menyadari bahwa segala yang kita punya adalah titipan, dapat kita pelajari dari kegiatan tukang parkir yang tidak marah Ketika motor ataupun mobil yang di titipkan kepadanya di ambil Kembali oleh pemiliknya.

Maka dari itu, yang perlu kita lakukan adalah bersyukur dan merawat titipan Allah serta menjaganya, karena Allah berfirman “لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ “, bahwasanya jika kita bisa bersyukur, maka sungguh Allah akan tambah nikmat kepada kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image