Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fathin Robbani Sukmana

Bergulat Dengan Kemudahan

Gaya Hidup | Wednesday, 16 Jun 2021, 16:23 WIB
Ilustrasi Kemudahan Masa Kini || Sumber : Republika.co.id

“Enak ya jadi nobita, selalu diberikan kemudahan oleh doraemon.”

Itulah ungkapan adik saya ketika menonton kartun robot kucing yang datang dari Abad 22. Adik saya juga mengatakan bahwa enaknya jadi nobita dan kawan-kawannya mereka dengan mudah jalan-jalan ke masa lalu dan masa depan. Mereka dapat melihat masa depan, jika tidak sesuai harapan bisa diperbaiki di masa kini atau masa lalu.

Saya pun berpikir demikian, dengan adanya Doraemon di kehidupan nobita, seluruh yang diinginkan dan dikerjakan oleh lelaki yang selalu gagal dalam berjuang menjadi sangat mudah dan cepat selesai. bahkan ketika saya sedang melakukan perjalanan ke suatu kota dan terjebak kemacetan selalu bergumam “Seandainya ada pintu ke mana saja milik doraemon.”

Dalam hidup manusia kita terkadang terpikirkan untuk memiliki kemudahan, entah itu dalam pekerjaan, perjalanan, bahkan untuk membaca buku sekalipun. Maka tidak heran, saat ini berbagai inovasi menghiasi hidup kita dengan berbagai kemudahan.

Ya lihat saja, hari ini kita dengan kemudahan bisa menulis dengan nyaman menggunakan laptop, bahkan dengan gawai. Coba sebelum adanya komputer, dan inovasi dunia digital. Tentu menggunakan mesin TIK yang kalau kita salah, maka kita harus menulis ulang satu halaman, tidak heran ketika orang-orang dulu itu lebih teliti karena ketika salah satu huruf saja, mereka harus mengulang tulisan sebanyak satu halaman. Tentunya berbanding terbalik dengan sekarang.

Contoh kemudahan yang lainnya sekarang membaca buku, mencari sumber data serta mencari referensi bisa didapat hanya dengan gawai dan jaringan internet. Saat ini sudah sangat jarang melihat orang yang asyik membaca buku selama berjam-jam. Semua berpindah ke internet. Saat ini mengerjakan skripsi tidak perlu berlama-lama di perpustakaan, terkadang buku yang kita butuhkan sudah tersedia di internet gratis ataupun berbayar.

Tapi mau bagaimana lagi, kalau kita tidak memakai dan mengikuti segala kemudahan yang telah ditemukan, perlahan kita yang malah akan digerus kemajuan teknologi dan mempersulit diri sendiri karena enggan mengikuti kemudahan yang ada.

***

Semenjak kita dibuai oleh seluruh kemudahan, terkadang kita malah terlena dan lupa dampak besar yang berpengaruh pada diri kita ataupun orang lain. Saya yakin setiap kemudahan yang ada memiliki dampak negatif atau positif yang akan berpengaruh terhadap kita semua.

Contohnya begini, kita terbiasa menikmati mengambil uang tunai dari ATM atau Anjungan Tunai Mandiri, lalu setor tunai di Anjungan Setor Tunai atau Anjungan Tarik Setor, kita tidak perlu jauh-jauh ke kantor cabang.

Lalu layanan cetak buku rekening, buka rekening baru hingga keluhan nasabah saat ini bisa dilakukan hanya via aplikasi. Tinggal klik dan tunggu tanpa harus berkendara ke kantor bank terdekat atau bahkan mengambil nomor antrean sebelum bank tersebut buka.

Di masa lalu, mengambil uang, menabung hingga cetak buku rekening kita minimal harus datang dan antre sejak pagi jika ingin mendapatkan nomor urut yang kecil. Sekarang, kapan pun, di mana pun semua bisa di lakukan.

Tapi dibalik kemudahan itu ternyata ada dampak besar yang kita tidak sadari. Mungkin saja kita akan sadar setelah dampak kemudahan itu terlihat di mana-mana dan terjadi secara serentak, karena semua terbuai dengan kemudahan.

Ya, ada potensi Pemutusan Hubungan Kerja para pegawai bank, jika fasilitas kemudahan di atas terus berkembang. Walau tidak semua tutup, perlahan satu persatu kantor cabang bank yang memiliki fasilitas di atas akan berakhir.

Mengapa demikian? Semua sudah bisa dilakukan dari ponsel, hanya dengan klik, telepon dan unggah. Saya memprediksi bahwa ke depan kantor cabang Bank hanya akan ada satu di setiap kabupaten/kota, isinya hanya orang-orang customer Service dan maintance teknologi dan mesin.

***

Sekali-kali memang kita harus bergulat dengan kemudahan, mengapa bergulat? Kita tidak sepenuhnya membenci kemudahan, namun kita harus mencoba melawan agar kemudahan tidak mengendalikan kita.

Kalau tidak, mungkin nasib kita akan seperti para koruptor yang terbuai oleh kemudahan. Ya, karena kebijakan yang dibuat bisa mempermudah diri sendiri untuk menguntungkan perusahaan yang dimiliki hingga menambah harta yang dimiliki.

Tentu kita semua tidak ingin menjadi orang yang terbuai dan dikendalikan oleh berbagai kemudahan dan melupakan hal-hal penting dalam mencapai suatu hal. Lebih baik menikmati proses dan bekerja keras untuk mencapai tujuan.

Karena hiruk pikuk kemudahan di atas, saya jadi ingat perkataan teman saya yaitu “Kalau ada yang sulit, mengapa harus yang mudah.”

Fathin Robbani Sukmana, Penulis Tinggal di Bekasi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image