Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Dilema Bertetangga. Niat Baik Malah Tak Ditanggapi

Eduaksi | 2022-04-27 12:07:06
Sumber foto: aset Canva

Pagi sekali kami ke ladang. Bukan untuk nyari rumput tapi ke kolam. Eyang punya kolam. Ditanami banyak ikan seperti ikan nila, ikan mujair, dan ikan emas. Ada juga ikan gabus. Padahal tidak ditanam. Padahal ikan gabus tak bagus juga untuk di kolam. Sebab dia makan ikan lainnya.

Kenapa bisa ada? Ada sendiri tepatnya. Kalau tidak hanyut dari selokan di sawah, mungkin dari air banjir yang masuk ke kolam.

Pastinya makan ikan lainnya. Terutama ikan kecil-kecil. Makanya di kolam tak ada ikan nila atau lainnya yang kecil. Semua dimakan gabus si mulut besar ini.

Dulu ada nila sekitar 200-an ekor. Tapi sekarang paling puluhan jumlahnya. Sayang banget kan. Lha tapi siapa yang bisa mencegah sang gabus? Hehe...

Kami melihat-lihat isi kolam. Melempar daun singkong ke dalamnya. Ikan suka juga dengan daun singkong. Itu ikan atau orang?

Berlembar-lembar daun singkong dilempar. Tak berapa lama, makin menipis makin habis. Ikan benar-benar lahap. Kelihatan juga bekas kayu singkong yang daunnya sudah ludes. Banyak. Artinya banyak juga singkong yang dikasihkan ke kolam.

Kolam ini kolam buatan. Isinya pun ditanami. Jadi bukan karena ada sendiri. Tapi pernah beberapa kali dipancingi oleh orang. Beberapa kali ketemu sama yang mancing. Mereka masih anak-anak. Meski begitu mereka harus dikasih tahu. Sebab merugikan sekali karena ikan itu dipelihara oleh kami.

Pernah juga disampaikan ke orang tua si anak. Ada yang nerima, ada yang tidak nerima.

Suatu hari, ada beberapa anak yang ketahuan sedang mancing di kolam. Saat dikejar untuk diingatkan, mereka lari kencang. Tak terkejar. Kebetulan ada seseorang yang bilang paman salah seorang anak yang lari tadi.

Kebetulan sekali. Minta ke beliau untuk menegur sang anak. Bahwa kolam itu ditanami ikan. Jadi ikannya bukan datang sendiri.

Malamnya ke rumah si anak. Pengen ngasih tau aja supaya orang tua jadi tau apa yang dilakukan anaknya. Kalau anak salah, perlu ditegur atau diluruskan.

Tak disangka, ayahnya tidak percaya dengan yang dikatakan.

"Nggak mungkin. Anak saya orangnya jujur. Nggak mungkin mencuri ikan di kolam orang."

"Lha saya lihat sendiri ada anak yang mancing di kolam kami. Ada juga yang melihat anak bapak yang lari saat ada yang ngonangi."

Ringkasnya, sang bapak nggak percaya dan nggak terima kalau dibilang anaknya mancing di kolam kami. Kelihatan nada marah juga. Apa boleh buat? Yang penting kami sudah melaporkan. Kalau tidak percaya ya kembali ke orang tua.

Kami pun maklum bahwa mereka masih anak-anak. Mereka belum paham dengan yang dilakukan. Tapi bagaimana pun mereka harus kita luruskan jika keliru. Niat kami adalah agar orang tua juga mendidik anaknya dengan cara yang benar.

Jusru orang tua harusnya menerima masukan dari orang lain. Meskipun di depan orang tua sendiri kelihatan baik, belum tentu baik juga lho di luar rumah. Kalau di rumah anak memperlihatkan sikap baik karena takut dengan orang tua. Lha kalau tidak ada orang tua? Mereka kan tidak takut lagi.

Laporan orang lain justru kesempatan untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang perilaku anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image