2 Menit Mencintaimu
Sastra | 2022-04-27 07:29:322 Menit Mencintaimu
1 tahun sudah lamanya aku merawat cinta yang tumbuh di dalam hatiku saat awal pertama kumelihat dia. Dia Riani yang ibunya sering datang ke rumahku dan sebaliknya ibuku. Ada niat baik ibunya dan ibuku rupanya karena sering memuji - muji aku dan Riani. Aku jatuh cinta pada Riani 2 menit berselang kutatap matanya dan dia merapikan poni rambutnya seketika. Duh, dunia terasa indah ini, bisikku dalam batin. Bagaimana tidak sudah puluhan tahun belum ada seorang wanita yang membuatku jatuh hati, bahkan pernah merasa bahwa aku ini sudah tidak berguna lagi. Riani adalah sosok yang kucintai dan keluarganya sangat baik terhadapku.
Aku adalah lelaki yang tidak terlalu neko-neko, tidak merokok, suka menyendiri, hobi belajar dan membaca serta berjualan. Tak heran bila aku santai menikmati hidup ini. Tapi semenjak aku mengenal Riani duniaku makin berwarna. Dia satu-satunya perempuan yang kusimpan rapi di dalam hatiku yang kelak akan aku nikahi. Walaupun perasaan cinta yang dalam tidak pernah kusampaikan pada Riani atau melalui ibunya, tapi aura niat baik itu muncul di setiap pertemuan, demikian juga sinyal restu dari keluarga Riani.
1 tahun telah berjalan, aku masih terus tekun bekerja untuk mengumpulkan uang sebagai biaya pernikahan. Tidak pernah merasa lelah. Demi dia orang yang kucintai dalam diam. Suatu ketika ibunya Riani datang kepadaku dan menanyakan kapan memilih calon istri. Aku menjawab bahwa tahun depan sudah siap. Rupanya ibu Riani juga sebelumnya menemui ibuku dengan pertanyaan yang sama dan ibuku menjawab dengan jawaban yang sama denganku. Ternyata ada laki-laki yang mendekati Riani dan ingin menikahinya 3 minggu selang ibu Riani datang menanyakan padaku. Memang ada rona kecewa di wajah ibu Riani saat aku menjawab tahun depan baru siap.
Suatu sore terdengar kabar bahwa Riani telah dilamar seorang laki-laki. Aku yang tiba-tiba mendengar kabar ini dada langsung sesak, mata berkunang-kunang, telinga mendengung, jantung memompa kencang. Antara kecewa, sedih dan menyesal bercampur jadi satu. Mana mungkin perempuan yang kuyakini dan sering kubayangkan hidup bersama dengan bahagia kini akan bersanding dengan orang lain. Sementara aku yang berjuang demi menghalalkan dia malah sia-sia. Perasaan cinta yang kurawat dan kubesarkan dalam diam tiba-tiba hancur. Dunia seolah berakhir ketika itu. Tapi aku memilih menyerah dan mengikhlaskan yang penting dia bahagia dengan pilihannya. Malam itu aku tidak tidur sampai pagi, mataku sulit terpejam, sulit makan,dll.
Selama 2 hari aku terbelenggu dalam kekecewaan dan kesedihan. Tapi aku berusaha bangkit dan mau belajar dari setiap kesalahan pengalaman. Lagu-lagu galau menghiasi hari-hariku yang sambil berjualan. Kini aku baru sadar bahwa aku hanya mencintainya 2 menit saja, sedangkan lelaki pilihannya akan mencintainya selamanya. Aku tidak akan melupakan dia, tapi menjadikan dia sebagai contoh untuk perempuan terbaik yang akan hadir untukku, yang akan hidup bersamaku. Aku menyesal mengapa tidak memberikan kepastian padanya lebih awal, tapi malah sibuk untuk mengumpulkan dana pernikahan saja, padahal perempuan butuh kepastian. Sudah, aku sudah mengikhlaskan.
Semenjak Riani dilamar, beberapa hari tidak terdengar kapan mereka melangsungkan pernikahan. Bahkan ibunya dan ibuku gak saling kunjungi lagi. Serasa putus tali silaturahmi. Sekejam itukah. Tapi mungkin keluarga Riani menjaga jarak demi nama baik keluarganya dan agar tercipta rencana pernikahan yang berjalan mulus. Meskipun belum terdengar kabar dan kapan dilangsungkan pernikahannya, tapi aku masih mengharapkan keajaiban cinta. Jika memang dia adalah jodohku, siapapun laki-laki yang melamar Riani, dan kapan pun. Tapi jika bukan aku jodohnya, aku rela dia bersama yang lain.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.