Pembelajaran Agama Islam Selama Pandemi COVID-19
Agama | 2021-06-07 08:55:13Pandemi COVID-19 menjadi salah satu fenomena terbesar pada abad ini. Dimana penyebaran virus ini terjadi sangat cepat sehingga hanya membutuhkan waktu sebentar untuk virus ini menyebar. Penyebarannya yang sangat cepat terutama pada tempat umum dan kerumunan. Pemerintah dan WHO menetapkan adanya protokol kesehatan seperti menghindari kontak fisik, meningkatkan frekuensi mencuci tangan, penggunaan masker setiap bepergian keluar, dan jaga jarak fisik (physical distancing) sebagai bentuk pencegahan penularan dan penyebaran virusnya. Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan âDirumah Sajaâ yang bermaksud untuk melakukan kegiatan â kegiatan dirumah saja, seperti kegiatan Work From Home (WFH). Sesuai dengan Surat Edaran yang berisi ketentuan dalam pencegahan COVID-19 pada bidang pendidikan, seluruh kegiatan belajar mengajar menjadi berbasis online atau daring (Kemendikbud, 2020).
Selama pandemi COVID-19, pembelajaran agama Islam tentunya ikut berubah mengikuti peraturan yang ada. Pembelajaran yang pada awalnya tatap muka, melaksanakan praktik keagamaan secara langsung, sekarang beralih menjadi tatap maya sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para partisipan kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam. Diluar dari penggunaan teknologi untuk mendukung pembelajaran agama Islam, peran keluarga sebagai orang terdekat para peserta didik juga memegang kendali yang kuat. Keluarga merupakan pondasi ditanamkannya nilai â nilai agama.
Dalam Islam, pendidikan dilandasi oleh rasa iman kepada Allah. Segala proses pendidikan bertujuan untuk menelaah segala hal yang Allah ciptakan, berdasarkan iman kepada Allah seperti yang tercantum dalam Al Quran. Islam mengenalkan tafakkar sebagai konsep berpikir, qalb atau hati nurani, dan taâallam atau konsep memahami. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan manusia tidak akan tercapai apabila ketiga konsep tersebut tidak diselaraskan. Seperti yang disampaikan oleh Gus Romzi Ahmad, terdapat tiga hal yang dapat menjadi solusi dalam melaksanakan pendidikan di pandemi ini, diantaranya yaitu :
a. Inclusive Learning, mendampingi peserta didik saat kegiatan belajar mengajar.
b. Adaptability and Resilience, pemberian wadah untuk peserta didik melaksanakan pembelajaran online oleh institusi pembelajaran.
Pendekatan yang tepat dan efektif sangat diperlukan dalam pembelajaran agama karena selama ini yang melekat pada pemikiran peserta didik akan pembelajaran agama yaitu membosankan. Maka dari itu, pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan ketertarikan peserta didik diperlukan. Tidak hanya berupa pengetahuan tetapi juga berupa pengembangan diri.
Berdasarkan penuturan Al-Syaibann, pendidikan Islam seharusnya memiliki ciri â ciri kurikulum seperti berikut ini :
a. Menonjolkan pelajaran agama dan akhlak yang berdasarkan Al Quran dan Hadist.
b. Memperhatikan perkembangan siswa secara keseluruhan, seperti dari aspek jasmani, rohani serta akalnya. Hal ini pula yang menyebabkan perguruan tinggi mengajarkan ilmu penafsiran, qiraâah, ilmu hadis, sejarah islam, ilmu fiqh, dan sebagainya. Oleh karena itu, banyak bidang studi yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan Islam. Banyaknya bidang studi ini menghasilkan ensiklopedis seperti ibn Sina, Al â Ghazali, Al â farabi yang terkenal karena pengetahuannya yang luas.
c. Keseimbangan antara diri sendiri dengan orang lain, dunia dengan akhirat, jasmani dengan rohani, sangat diperhatikan dalam kurikulum pendidikan Islam.
d. Kesenian seperti tulis indah dan ukiran, pendidikan jasmani, bahasa asing, sangat diperhatikan dalam kurikulum pendidikan agama Islam.
e. Ragam budaya yang terdapat dalam berbagai tempat dan perkembangan zaman juga dipertimbangkan dalam kurikulum pendidikan agama Islam.
Kurikulum pendidikan agama Islam memiliki ciri â ciri, dimana pendidikannya didasarkan pada Al Quran dan Sunah agar tidak melenceng dari agama dan akhlak; memperhatikan segala aspek dari psikologis, intelektual, spiritual, dan sosial; bersifat menyeluruh dalam kandungannya sehingga dapat saling melengkapi dan menyeimbangkan antara pribadi dengan masyarakat; dan selalu menyesuaikan dengan kehidupan seiring perkembangannya.
Dalam meningkatkan interaksi selama proses belajar mengajar secara daring berlangsung, pengajar harus dapat memanfaatkan fitur â fitur yang tersedia untuk membantu pembelajaran daring seperti fitur video conference dan live chat sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara dua arah. Peserta didik dapat aktif dan turut andil dalam proses pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan layaknya belajar secara offline. Pengajar pun juga dapat memberikan feedback kepada peserta didiknya sehingga kedua belah pihak sama â sama maksimal dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Agama Islam bukan lah agama yang statis, melainkan agama Islam ialah agama yang dinamis karena sifatnya yang terbuka dan fleksibel mengikuti perkembangan jaman. Agama Islam tidak membatasi diri dari adanya perubahan jaman karena agama ini sangat menjunjung tinggi keinginan untuk hidup maju dan berkembang agar lebih baik selama tetap berlandaskan iman dan takwa.
Pandemi COVID-19 ini memberikan dampak yang tidak terduga untuk segala aspek, termasuk aspek pendidikan. Namun, tentunya hal ini tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tidak ingin berkembang dan maju karena perkembangan teknologi sudah semakin baik, sehingga setiap individu perlu memanfaatkannya seperti menggunakannya untuk mempelajari pendidikan agama Islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.