Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Garnisa Pramesti

Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Menghisapnya adalah Sensasi yang Berbahaya

Eduaksi | 2021-05-31 14:29:54
Ilustrasi pria mematahkan rokok (photo by Pinterest via https://id.pinterest.com/)

"Peringatan : Rokok Membunuhmu

Begitulah ungkapan yang tertera dalam bungkus rokok yang seringkali diabaikan para pecandu rokok. Padahal 3 kata tersebut merupakan sebuah peringatan yang benar adanya. Tapi apa daya, nyatanya itu tak mempan untuk memberhentikan seorang perokok untuk berhenti merokok, apalagi bagi mereka yang sudah kecanduan.

Tanggal 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tembakau yang menjadi salah satu zat berbahaya dalam produk – produk tembakau hisap menyebabkan efek adiktif yaitu kecanduan bagi mereka yang menghisapnya. Zat adiktif yang berbahaya dalam tembakau ini disebut dengan nikotin. Inilah yang menyebabkan rasa candu pada rokok sekaligus berefek buruk pada paru – paru.

Tembakau dan Covid – 19

Sudah menjadi informasi umum bahwa rokok beresiko menyebabkan banyak penyakit.

“Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan, dan janin.”

Begitulah kalimat yang sudah tertera bertahun – tahun di atas kemasan rokok. Tak hanya rokok, produk tembakau hisap yang lain seperti rokok elektronik, sisha, dan tembakau kunyah juga menyebabkan resiko yang sama seperti rokok.

Bukan hoax, semua itu adalah fakta bahwa tembakau beresiko menyebabkan penyakit – penyakit tersebut. Banyaknya, tembakau hisap menyerang saluran pernafasan yang mengakibatkan penurunan kualitas paru – paru pada manusia.

Ini sangat beresiko apalagi di masa pandemi Covid – 19 yang umumnya menyerang saluran pernafasan. Relevansinya, tembakau hisap akan menurunkan kualitas pernafasan sekaligus daya tahan tubuh, dan Covid – 19 umumnya menyerang sistem pernafasan dan daya tahan tubuh yang lemah. Jadi para penikmat tembakau akan lebih beresiko terkena Covid – 19 dibandingkan dengan orang yang tidak menghisap tembakau.

Kata mereka soal rokok

Menurut survei Global Youth Tabacco tahun 2019, 3 dari 10 anak laki – laki sudah menggunakan tembakau di usia 13 – 15 tahun. Tak hanya itu, Badan Pusat Statistik mencatat perokok di atas 15 tahun menurut daerah tempat tinggal yaitu sejumlah 28,69% di tahun 2020.

Aqila, mahasiswa 20 tahun yang juga merupakan perokok aktif membagikan ceritanya tentang pengalamannya merokok. Baginya, rokok mengurangi rasa stress, jenuh, sepi, galau, dan nyaman digunakan saat bersosialisasi.

“Kalau sudah kecanduan pasti susah kan ya. Selama alesan – alesan tadi masih bisa terpenuhi oleh rokok, aku gak peduli sama bahayanya (rokok) apa.”

Namun sisi lain, Aqila juga merasa menyesal akan kecanduannya terhadap rokok. Dirinya menuturkan bahwa kesehatan pernafasannya terganggu, dan rokok sangat menghabiskan uangnya, terlebih harganya semakin mahal saat ini.

Adapun cerita dari Zahra, seorang siswi SMA yang merupakan perokok pasif. Zahra tidak merokok, namun dirinya sering menghirup asap rokok orang lain.

“Asapnya sangat mengganggu, dan aku sedikit sesak apabila menghirup asapnya. Asapnya juga nempel di baju, dan itu bikin bau.”

Memang, bahaya rokok tak hanya menghampiri mereka perokok aktif, namun juga perokok pasif. WHO telah menjelaskan bahwa asap rokok orang lain yang dihirup menjadi masalah yang penting di Indonesia, terutama bagi anak – anak dan perokok pasif.

Commit to Quit Tabacco

Banyak upaya dilakukan World Health Organitation (WHO) untuk mengedukasi masyarakat agar melek akan bahaya menghirup tembakau. Salah satunya melalui kampanye global Commit to Quit Tabacco. Gerakan ini berisi informasi mengenai tembakau yang dapat mengedukasi masyarakat agar menjauhi kegiatan menghisap tembakau. Ada juga kampanye Tabacco Exposed yang berfokus membahas mitos dan taktik licik para industri rokok untuk memikat masyarakat terutama anak muda.

Adanya kampanye - kampanye ini diharapkan masyarakat mengetahui betapa bahayanya menghisap tembakau untuk kesehatan. Masyarakat juga perlu cermat dalam menerima informasi dari industri – industri yang mempromosikan produk tembakaunya.

Sehat merupakan hal yang murah, namun akan menjadi mahal ketika berubah menjadi sakit. Dengan berhenti menghisap tembakau, akan membantu menyehatkan tubuh diri sendiri bersama orang sekitar.

Mari berhenti hisap tembakau, demi selamatkan generasi! Selamat Hari Tanpa Tembakau Sedunia!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image