Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fauzan Abdillah

Fenomena Panjat Sosial

Gaya Hidup | Monday, 31 May 2021, 11:03 WIB
sumber gambar pinterest.com

Seiring berkembangnya zaman, hampir semua orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil apa yang mereka mau. Seperti dalam contoh agar mendapat pengakuan, ketenaran dan lain sebagainya. Cara setiap orang untuk mencapai tujuannya itu semakin beragam. Salah satunya seperti yang akan dibahas di dalam artikel ini yaitu dengan cara panjat sosial. Fenomena ini juga belakangan menjadi sorotan disebabkan oleh Aldi Taher yang merupakan salah satu penggiat seni peran Indonesia yang sering kali dianggap melakukan panjat sosial ini. Sehingga penulis beranggapan topik ini akan menarik dibahas dikarenakan fenomena ini belakangan sering menjadi perbincangan masyarakat Indonesia.

Aldi Taher dianggap menjadi salah satu biang kerok yang selalu melakukan fenomena panjat sosial ini. Sebenarnya fenomena ini juga bukan kali ini saja baru terjadi, melainkan jauh sebelum dari waktu sekarang fenomena panjat sosial ini juga kerap terjadi dan dilakukan hampir setiap kalangan penggiat seni, bahkan di dalam lingkungan mahasiswa fenomena panjat sosial ini sering terjadi dan dapat dengan mudah kita temui. Lantas apa yang membuat panjat sosial ini dapat menjadi suatu topik yang menarik untuk dibahas?

Dari beberapa contoh kasus yang terjadi belakangan ini, penulis tertarik untuk menarik kesimpulan atas apa yang terjadi lalu melihat apa yang mendasarinya dan apa motif seseorang melakukan panjat sosial ini. Serta bagaimana pola-pola ini dapat bekerja sehingga pelaku panjat sosial berhasil mendapatkan tujuan dari mereka melakukan panjat sosial tersebut.

Panjat Sosial

Panjat sosial atau yang disebut juga dengan “Social Climbing” sebenarnya merupakan awal dari adanya modernsasi komunikasi dan interaksi sosial yang terdapat dalam lingkungan masyarakat. Hal ini juga tidak lepas dari pengaruh mobilitas sosial yang juga disebabkan oleh perkembangan zaman yang sangat meningkat. Sehingga pada saat ini status dan peran sosial itu sangatlah dipandang dan menjadi nilai tersendiri dalam berbagai aspek kehidupan. Dan menyebabkan banyaknya individu yang berlomba-lomba unruk menjadi/ meniru/ mendekati individu lain atau kelompok lain yang dianggap sebagai role model saat ini. Banyak pakar kejiwaan yang mengklasifikasikan panjat sosial menjadi salah satu penyakit sosiologis dan psikologis.

Secara sederhana, panjat sosial adalah adalah upaya dari individu agar mereka dapat dikenali oleh banyak pihak, mendapat pengakuan personalisasi dan lain sebagainya. Panjat sosial juga tidak terlepas dari keinginan untuk membuat citra yang baik tentang dirinya. Dalam terminologi lain seperti istilah politik pencitraan yang dibuat untuk meningkatkan elektabilitas individu, pejabat, partai, ormas dan lain sebagainya.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan istilah panjat sosial tersebut. Tetapi terkadang yang menimbulkan masalah ialah bagaimana pola individu atau kelompok dalam melakukannya. Dari kemungkinan itu panjat sosial akan dapat menghasilkan dua hasil output yang berbeda. Yang pertama ialah hasil positif dan mendapat penerimaan dan pengakuan dari individu atau kelompok lain. Lalu yang kedua ialah justru akan mendapat kecaman, ejekan atau bahkan hardikan dari individu ataupun kelompok lain.

Oleh karena itu penulis dapat menemukan benang merah dalam fenomena panjat sosial ini yang berakar pada bagaimana pola dan sistem yang dilakukan sehingga dapat menimbulkan dua respon penerimaan yang berbeda. Penulis mengumpulkan beberapa contoh kasus yang dapat dijadikan acuan sebagai penerapan pola dalam panjat sosial ini yang mampu menghasilkan dua penerimaan yang berbeda pula.

Motif Panjat Sosial

a) Mendongkrak Popularitas

Fenomena panjat sosial ini kembali ramai dibahas disebabkan perilaku salah seorang entertainer tanah air yang kerap dianggap melakukannya untuk mendongkrak popularitasnya. Panjat sosial (social climbing) dianggap menjadi salah satu cara haram yang cukup efektif untuk menaikkan tingkat popularitas seseorang. Oleh karenanya tidak heran pula apabila kita melihat beberapa selebritis tanah air bahkan luar negeri pun rela melakukan berbagai cara untuk panjat sosial dengan tujuan ini. Bahkan panjat sosial tidak hanya dilakukan oleh seseorang yang berkeinginan masuk ke dunia entertainment, bagi mereka yang sudah bergelut di dalam dunia tersebut pun banyak yang melakukan panjat sosial ini agar popularitas mereka menjadi lebih meningkat dibandingkan sebelumnya.

b) Menaikkan Nilai Jual

Panjat sosial tidak hanya akan menaikkan tingkat popularitas seseorang. Tetapi dewasa sekarang, dalam dunia entertainment nilai jual mereka dapat meningkat pesat berdasarkan kasus ataupun perilaku mereka yang mengundang kontroversi dan sedang banyak dibahas oleh media masa. Mungkin beberapa orang akan beranggapan tingkah yang mereka lakukan itu sangat memalukan dan seharusnya tidak dilakukan. Tetapi dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan dan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, terkadang mereka tidak perduli dengan konsekuensi yang akan mereka terima seperti public hates, dsb.

c) Meningkatkan Penjualan

Tidak hanya untuk individual, panjat sosial juga dapat dilakukan untuk meningkatkan penjualan suatu produk. Dalam rangka mengiklankan produk yang mereka jual. Cara ini merupakan salah satu cara yang dapat dikatakan cukup efektif dalam meningkatkan penjualanan suatu produk. Dengan melalui mereka yang memiliki banyak pengikut di sosial media, penjual mengharapkan sang influencer ini dapat mempengaruhi pengikutnya untuk membeli produk yang mereka jual. Sebenarnya ini juga tidak dapat dikatakan sebagai panjat sosial yang seutuhnya, dikarenakan pada umumnya terdapat keuntungan timbal balik yang akan didapatkan si influencer sebagai pengiklan produk. Motif ini baru dapat dikatakan sebagai salah satu motif panjat sosial ketika kegiatan ini dilakukan dengan hanya menguntungkan satu pihak yang berjualan.

Apabila dilihat dari motif dan pola terjadinya fenomena ini. Panjat sosial juga dapat dimasukkan ke dalam salah satu cara berkomunikasi antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok dan sebaliknya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari kodratnya yaitu untuk berinteraksi dengan manusia lainnya.

Dampak Panjat Sosial dan Pengaruhnya

Dari beberapa contoh kasus yang sudah saya temukan, mayoritas dari mereka yang melakukan panjat sosial ini sering kali akan mendapatkan public hates atau kebencian publik terhadap mereka. Banyak dari mereka setelah mendapatkan tujuan mereka pun masih menerima perlakuan publik yang menunjukkan ketidak sukaannya terhadap mereka.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang jatuhnya mendapat perlakuan perundungan baik melalui sosial media maupun secara langsung. Sebenarnya dampak yang terjadi kepada mereka itu tidak lepas dari cara dan motif yang mereka lakukan. Ketika cara dan motif yang mereka lakukan dianggap bersebrangan dengan pendapat kebanyakan masyarakat, maka akan terjadi penolakan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap tingkah perilaku mereka.

Tetapi tidak sedikit pula public figure yang menyatakan bahwasanya panjat sosial itu merupakan salah satu hal yang boleh-boleh saja dilakukan di dalam kehidupan. Seperti yang saya kutip dari podcast Volix Media bersama Sheryl Sheinafia. Ia beranggapan bahwa panjat sosial merupakan “jalan ninja” untuk meningkatkan branding diri dan termasuk jalan pintas yang utama untuk memperluas networking kita. Lalu saya juga mengutip dari perkataan public figure lainnya, yaitu Ivan Gunawan pada podcast channel Youtube Deddy Corbuzier. Ivan Gunawan beranggapan panjat sosial merupakan suatu hal yang sah sah saja, apabila dalam prosesnya tidak merugikan pihak lain maupun diri sendiri. Apabila kita kutip dari perkataan tersebut cukup menyiratkan bahwasanya apabila panjat sosial dilakukan dengan itikad yang baik sebenarnya tujuan dan timbal balik yang akan kita dapatkan akan baik pula adanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image