Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adinda Afifah Damayanti

SENI PEMBUATAN FILM ALA SALMAN ARISTO AS A PRODUCER FILM DUA GARIS BIRU

Eduaksi | Sunday, 30 May 2021, 10:53 WIB
Cuplikan layar pemaparan materi oleh Salman Aristo

“Kalo pilih talenta itu harus yang pas kita nyarinya voice bukan cuma noise. Kita juga pilih superteam bukan superman.” – Salman Aristo

Salman Aristo salah satu film-maker yakni seorang produser film yang sempat menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Film Dua Garis Biru pada tahun 2019 lalu sempat menuai kontorversi di kalangan masyarakat Indonesia. Naskah yang ditulis oleh Gina S.Noer ini menceritakan tentang Dara dan Bima yang terjebak dalam married by accident. Film ini dipandang oleh masyarakat sebagai film yang secara tidak langsung menyebarkan pemahaman seks diluar nikah dan terlalu vulgar, padahal film tersebut mengajarkan kepada penontonnya mengenai pendidikan seks 101. Sempat menuai kontroversi namun akhirnya film ini sukses di kalangan industri film Indonesia dengan tercatat sebagai film dengan dua perolehan penonton terbanyak pada September 2019 lalu.

Lalu, bagaimana cara Salman Aristo memproduksi sebuah screenplay dalam Production House-nya?

Advance Team dalam Pembuatan Film

Dalam sebuah produksi film terdapat beberapa kru yang ikut serta di dalam nya. Namun terdapat tiga tim utama atau tim advance yang penting untuk ada dalam produksi tersebut.

Produser, walaupun seringkali mendapatkan stigma yang salah sebagai seseorang di luar film-maker namun pada nyatanya produser merupakan tim advance dalam pembuatan film. Hal tersebut karena produser adalah mereka yang secara utuh memiliki film yang dibuatnya. Produser juga memiliki tanggung jawab penuh dalam mengkoordinasikan proyek nya tersebut.

Sutradara, atau sebagai teknisi lapangan dari proyek pembuatan film memiliki peran yang sangat penting. Sutradara memiliki tanggung jawab untuk dapat mengarahkan kru film saat proses pembuatan film. Sutradara juga merupakan orang yang bertanggung jawab penuh pada tahap pra produksi hingga pasca produksi.

Penulis Skenario, yakni sebuah tim yang membuat skenario mengenai film yang akan digarap. Skenario merupakan panduan dan pondasi dalam berkolaborasi. Hingga wajar saja jika penulis skenario ini merupakan elemen penting dalam proses pembuatan film.

Dalam tiap bagian nya, tim tersebut tidak hanya terdiri dari satu orang namun terdiri dari beberapa orang yang dibagi dalam beberapa bagian tertentu sesuai dengan kebutuhan dalam tiap proses pembuatan film.

“Hierarki dalam organisasi film itu penting, bahkan dalam hal titling (pencantuman jabatan/credit) pada akhir video di luar negri itu ribet banget, sampe dibuat detail perjanjiannya. Tapi sayang di kita masih sering diremehkan padahal perlu untuk akuntabilitas” tambah Salman Aristo.

Produser sebagai Kompas Berkarya

Produser sebagai seseorang yang memiliki visi besar dalam proses pembuatan film diharuskan memiliki skill yang mumpuni dalam berkoordinasi dengan segala stakeholder termasuk dengan dirinya sendiri. Menurut Salman, seorang produser harus memiliki skill yang bagus dan tentunya harus mengetahui diri sendiri dengan baik.

“Jangan sampe development room itu jadi development hell, makannya produser harus punya skill yang bagus.” pungkasnya.

Ia juga menambahkan bahwa seorang produser harus mengetahui secara baik bagaimana ia berpikir apakah secara induksi atau deduksi. Seorang produser juga harus mengetahui bagaimana cara kerja yang baik di development room. Produser sebagai seorang pembantu harus bisa menjadi kompas dalam berkarya, mengetahui secara jelas arah dan tujuan dari dibuatnya film tersebut.

Menurutnya, seorang produser bukan hanya dapat memberikan komentar saja tapi juga dapat memberikan pikirannya dalam berkomunikasi dengan kru lain dalam proses pembuatan film.

“Its not about your opinion, its about your thought” menurutnya.

“Development Room Must Be a Safe Place..”

Seorang produser sebagai kompas dalam berkarya harus bisa membuat proses development yang sehat. Hal tersebut tentu akan tercipta jika dan hanya jika development room menjadi ruangan yang sehat dan aman untuk seluruh kru, gender dan orang-orang yang terlibat dalam proses pembuatan film.

“Its not about you, its all about the story” – Salman Aristo

Development room yang sehat dan aman ialah lingkungan yang mengutamakan profesionalitas dan harmonitas yang ada di dalamnya. Hal tersebut dalam diwujudkan dengan proses penyampaian kritik dan saran yang saling menghargai satu sama lain. Tanpa adanya sakit hati dan dengan penyampaian yang juga hati-hati. Sehingga hal tersebut tidak akan menyakiti perasaan kru satus ama lain.

Menurut Salman, menjadi seorang produser dan film-maker harus memiliki skill untuk menyampaikan kritik. Dalam proses penyampaian kritik terdapat beberapa seni atau tips yang bisa digunakan dalam dunia kerja. Hal tersebut seperti, mencoba mengungkapkan kritik dengan berusaha menjelaskan posisi rekan kerja dengan jernih dan jelas. Lalu sebelum memulai kritik dapat pula mendaftar atau menyebutkan poin-poin kesepakatan yang terdahulu secara rinci, setelah itu baru mulai kritik jika ada yang tidak sesuai dengan poin-poin tersebut. Salman juga menambahkan bahwa seni dalam menyampaikan kritik adalah dengan mengapresiasi atau memuji hasil karya nya terlebih dahulu lalu setelah itu menyampaikan kritik yang akan diberikan.

Selain proses penyampaikan kritik dan opini secara sehat. Development room yang sehat juga dapat diwujudkan dengan seni menyimak. Hal tersebut yakni memahami dan berusaha menjadi pendengar yang baik bagi seluruh kru yang berbicara menyampaikan opini nya, lalu kita bisa berkomentar dengan baik pula. Hal tersebut juga berlaku saat proses revisi naskah yakni membaca, memahami lalu berkomentar akan naskah tersebut.

“You are good as your collaborators..”

Seorang produser yang baik dan bagus dapat tercermin dari siapa kolaborator dalam film tersebut. Namun, hal tersebut juga tercermin terhadap kompetitor produser film tersebut. Jika ingin melihat seberapa berkualitasnya produser sebuah proyek pembuatan film maka hal tersebut dapat dilihat dari siapa kolaborator nya serta siapa kompetitornya.

“Kamu (produser) itu terlihat dari siapa kolaboratornya, tapi hal itu juga berlaku untuk musuhmu. Kamu (produser) sejelek musuhmu.” kata Salman.

Dalam proses pembuatan film, menurut Salman Aristo terdapat berbagai seni dalam prosesnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam seni merevisi sebuah naskah skenario. Salman berpendapat bahwa dalam merevisi sebuah revisi diharapkan dapat menajdi lucid thinker yakni mengutamakan critical thinking namun tetap memiliki confident (percaya diri dalam merevisi) serta humility atau kerendahan hati bahwa seorang kritikus bisa juag memiliki salah dalam mengkritik. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa dalam proses pembuatan film disetiap pertemuan terdapat notulensi. Notulensi menjadi sebuah seni dalam mengenai pola masalah yang terjadi dari proses pembuatan film tersebut.

Ia juga memiliki pemahaman bahwa menjadi seorang produser film haruslah memiliki keseimbangan antara sebuah seni dan bisnis. Seni dalam menyampaikan cerita kepada audience dan bisnis dalam proses memajukan, memfasilitasi proses pembuatan film serta meningkatkan peluang dalam terjual nya film tersebut di lingkungan masyarakat.

Salman sendiri memiliki seni dalam memilih talenta yang pas untuk menjadi seorang pemain film tersebut. Ia berkata bahwa yang diperlukan dalam menjadi seorang pemain film adalah voice bukan hanya noise. Voice ialah dilihat dari sejauh mana artis tersebut berpengaruh kepada masyarakat bukan hanya dilihat dari noise atau jumlah pengikut pada sosial media nya. Pengaruh dalam hal ini ialah tergantung dari nila-nilai dalam film yang akan digarap.

Dalam proses pemilihan tim juga ia mengutamakan superteam yakni kolaborasi dari anggota tim hingga menciptakan tim yang saling melengkapi dan bisa bisa diandalkan satu sama lain. Ia menekankan bahwa bukan superman yang dipilih, yakni seseorang yang bisa diandalkan namun tidak memiliki anggota tim yang baik.

“Anggota tim nya yang penting, bukan satu orang yang keren (multitalent) doang karena lebih sering menciptakan chaos.” tutup Salman.

Penulis : Adinda Afifah Damayanti

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image