Festival Rakik, Danau Dihiasi dengan 1000 Cahaya
Wisata | 2021-05-30 10:11:24Banyak cara yang dilaksanakan masyarakat untuk menyambut hari kemenangan, Idul Fitri, seperti berkumpul bersama sanak saudara, takbiran, melakukan kegiatan hiburan, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan yang dilaksanakan oleh masyarakat Salingka, danau Maninjau, Sumatera Barat, yakni tradisi Festival rakik. Atas nama masing-masing jorong, ditampilkan lah rakik (kendaraan apung dari bambu) dengan bentuk yang beragam dari bentuk rumah adat minangkabau, masjid, dan ada juga yang berbentuk seperti Jam Gadang. Rakik-rakik ini pun dihiasi lampu nan megah sehingga memancarkan keindahan dan cahaya indah bagi danau Maninjau. Yang menjadi puncak prosesi dari festival rakik ini yaitu saat sejumlah rakik bertemu dan mereka saling adu kebolehan dengan menunjukkan rakik yang mereka banggakan.
Selain lampu yang berkilap, dari atas rakik-rakik tersebut saling bersautan dentuman meriam bambu dan lantunan tambua tansa (gendang khas Minangkabau) yang menambah kemeriahan festival rakik ini. Menilik jauh mengenai festival ini, pembuatan rakik dan persiapan acara ini dilaksanakan oleh para pemuda di sekitar danau Maninjau, tujuannya bukan hanya sekedar menjalankan tradisi, namun membangun solidaritas antar pemuda di sekitar danau Maninjau ini. Hal ini pun dilaksanakan untuk menyambut para perantau yang baru saja pulang ke kampung halaman, namun juga mencerminkan pengenalan budaya atau ornamen khas sumbar.
Festival ini pun menjadi ajang promosi wisata, terkhusus bagi Provinsi Sumatera Barat.
Tradisi ini sudah berjalan puluhan tahun, Menurut G.Dt Rajo Basa (70) sejak dia lahir tradisi itu sudah ada untuk menyambut Idul Fitri. Pada awalnya, festival ini hanya dilaksanakan secara sederhana, yakni dengan lampu togok dari bambu yang diisi dengan minyak tanah, sekarang sejalan dengan kemajuan teknologi, lampu lampu yang digunakan sudah listrik dan warna warni.
Lalu, bagaimana nasib festival ini pada saat pandemi?
Pada tahun 2020, festival rakik ini sempat dihentikan mengingat adanya kebijakan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang mengakibatkan perkumpulan atau adanya khalayak ramai sangat dilarang. Walaupun, ada beberapa masyarakat yang tetap melaksanakan namun, tidak semeriah saat sebelum pandemi. Ditambah lagi, banyaknya masyarakat yang tidak mudik ke kampung halaman, menjadikan audiens dari si festival rakik ini menurun.
Bagaimana festival Rakik pada tahun 2021?
Pada malam hari raya suci Idul Fitri 1442 ini, Festival ini kembali dilaksanakan, namun mengingat adanya pandemi, masyarakat diharapkan menikmati festival ini dengan meminimalisir pembentukan keramaian, tak banyak juga warga hanya menikmati melalui tepi danau, melihat dari rumah dan bahkan para perantau yang tidak bisa mudik dapat menyaksikan melalui platform youtube maupun sosial media lainnya.
Pandemi bukan menjadi kendala tersendiri untuk memeriahkan penyambutan hari kemenangan, banyak cara yang dapat dilaksanakan, walaupun tidak langsung bertemu dan bersenang-senang bersama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.