Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image AZMIRIZAL

Second Account di Media Sosial sebagai Alter Ego

Olahraga | Saturday, 29 May 2021, 18:46 WIB
Ilustrasi seorang alter ego (source: Meral Oglinda/Pinterest)

Penggunaan internet saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia. Internet dapat diakses melalui berbagai perangkat seperti smartphone, Laptop, Komputer, smartwatch, dll. Orang -orang menggunakan internet untuk melakukan berbagai hal. Salah satunya menggunakan media sosial.

Laporan yang diterbitkan pada 11 Februari 2021 oleh We are social dan Hootsuite dengan judul Digital 2021: The Latest Insight Inti the State of Digital menyatakan bahwa, Indonesia merupakan termasuk kedalam 10 besar dari 47 negara yang kecanduan media sosial. Angka menunjukan dari 279,9 juta jiwa seluruh penduduk Indonesia, sebanyak 170 juta jiwa aktif menggunakan media sosial.

Dari sekian banyaknya pengguna media sosial, ada satu fenomena yang sering dijumpai oleh kita selaku sesama pengguna. Kita mungkin sering mendengar istilah second account. Fenomena ini tidak hanya terjadi di pada salah satu platform media sosial saja. Tetapi Hampir seluruh platform media sosial terdapat second account ini.

Fenomena ini memungkinkan pengguna/user untuk memiliki lebih dari satu akun. Namun taukah kalian alasan seseorang memutuskan untuk memiliki lebih dari satu akun di media sosial?

Buat Jualan/ Bisnis

Media sosial merupakan media atau ruangan untuk bersosialisasi bukan di dunia nyata, melainkan di dunia maya. Namun saat ini media sosial tidak hanya berfungsi untuk sekedar menyapa, atau berdisukusi dengan pengguna lain. Banyak pengguna saat ini sudah memanfaatkan media sosial ini untuk kebutuhan mempromosikan dagangannya atau jasanya.

Social commerce merupakan istilah yang digunakan untuk pemnafaatan media sosial untuk promosi, menjual, membeli langsung di aplikasi sosial mediannya. Melihat fenomena ini, beberapa platform media sosial meyediakan fitur khusus bagi pengguna yang melakukan kegiatan jual â beli lewat media sosial.

Media sosial saat ini memang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Pada aplikasi media sosial, Penjual tidak hanya menjajakan daganngannya. Tetapi pengguna dapat bersosialisaasi langsung dengan konsumennya. Selain itu, bagi pembeli, media sosial dapat sekaligus menjadi tempat mencari produk yang diinginkan. Jadi pengalaman belanja akan lebih interaktif antara penjual dan pembeli.

Dikarenakan memang diperuntukan untuk kebutuhan jualan, akun yang digunakanpun pasti berbeda dengan akun pribadinya. Sangat tidak memungkinkan apabila kita membagikan kegiatan pribadi kita di akun jualan kita, apalagi tidak ada hubungannya dengan produk yang dijual.

Namun, semudah â mudahnya kita bertransaksi di media sosial. Kita perlu berhati â hati juga apabila melakukan transaksi. Pastikan akun penjual tersebut akun asli, bukan akun abal-abal yang berniat untuk menipu kita.

Akun Anonim

Akun anonim memiliki arti bahwa pengguna tak memakai nama asli, foto asli dengan kata lain identitasnya tidak diketahui. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Kaspersky, 3 dari 10 pengguna internet di Asia Pasifik memiliki akun kedua yang bersifat anonim .

Akun anonim ini kerap ditemukan di berbagai platform media sosial. Dilansir dari survei yang sama, berdasarkan 1.240 responden, 49% responden menyebut bahwa dibuatnya akun anonim ini bertujuan agar dirinya bisa bebas berpendapat tanpa harus takut akan reputasinya jatuh. Alasan lain juga muncul karena pengguna akun anonim ini ingin mencurahkan kepentingan dan keinginan yang persifat rahasia yang memang tidak ingin diketahui oleh teman atau rekannya.

Alasan lainnya yang mungkin cukup sering kita lihat adalah seringkali akun anonim ini beraksi untuk menentang aktivitas, pendapat orang lain. Motif ini dapat terjadi karena berbagai hal. Bisa didasari atas ketidaksukaan atau alasan lainnya. Kasus seperti ini kerap terjadi pada pengguna yang memang memiliki pengikut cukup banyak.

Alasan lain yang mungkin sering kita dengar disekitar kita yaitu, akun anonim ini digunakan untuk melakukan stalking mengenai sesuatu atau kepo terhadap seseorang. Semisal kita kepo terhadap kegiatan sosial media orang yang kita sukai. Namun kita tidak ingin orang itu mengetahui bahwa kita itu ingin tahu tentang kita. Itu dapat terjadi akibat kita tidak percaya pada diri kita sendiri, atau kita mempertahankan ego kita .

Jadi akun anonim ini dapat bersifat positif ataupun negatif sesuai dengan penggunaanya. Tapi kebanyakan pengguna second account yang bersifat anonim ini untuk stalking seseorang, mengikuti minat yang tidak ingin diketahui orang lain, atau untuk melindungi citra diri yang sesungguhnya dari orang lain.

Kebutuhan Portofolio

Fungsi media sosial ini sudah berkembang. Pengguna saat ini memanfaatkan media sosial untuk portofolia dirinya. Biasanya hal ini dimanfaatkan oleh orang yang memiliki minat terhadapa photography, desain, dan hal yang bersifat visual lainnya.

Seorang photographer dapat menyimpan hasil jepretannya di akun media sosialnya, begitu juga dengan desainer. Hal tersebut cukup penting karena, saat ini cukup banyak rekruter memantau dan memerhatikan konten dari media sosial.

Menunjukan sikap yang berbeda dari akun utama

Seringkali pengguna second account ingin memperlihatkan jati dirinya dengan bebas di akun kedua ini. Hal tersebut dikarenakan pengguna ingin memperlihatkan sesuatu hal yang tidak bisa dia lakukan pada akun pertamanya .

Seringkali secara tidak disadari, media sosial membentuk idealisme atau standar sejauh mana pengguna dapat membagikan konten ke khalayak publik. Semisal, poto yang kita bagikan harus terlihat estetik harus terlihat putih dan lainnya.Semua itu dilakukanagar tidak ada komentar yang bersifat negatif. Media sosial dan seisinya menuntut penggunanya agar memiliki kepribadian yang sempurna. Namun tidak semua orang dapat mengikuti stadar ini. Makanya munculah second account sebagai alter ego.

Biasanya yang dibagikan di akun kedua ini berisi candaan, konten yang absurd, curhatan, dan lain-lain. Hal yang terpenting, pengguna akun ini tidak perlu khawatir akan adanya komentar negatif karena biasanya second account dalam kasus ini bersifat private sehingga pengguna dapat mengatur siapa saja yang dapat melihat konten yang dibagikannya.

Dalam dunia Psikologi, fenomena tersebut dapat disebut alter ego. Artinya, kepribadian kedua yang ada dalam diri seseorang dan memiliki karakter yang cukup berbeda daripada sifat utama. Dalam kasus ini, akun utama mencerminkan sifat utama, sedangkan akun kedua sebagai alter dari akun pertama.

Biasanya alter ego ini muncul saat dirinya tidak bisa melakukan apa yang dia inginkan. Sama halnya pada media sosial dimana akun pada akun utama tidak bisa membagikan apa yang sebenarnya pengguna ingin dibagikan. Makanya dibuatlah second account

Secara keseluruhan memang tidak ada kesalahan apabila kita membuat second account selama dipergunakan untuk hal yang positif. Namun jangan sampai dikarenakan memiliki kebebasan dan anonimintas, kita melakukan hal negatif yang melanggar aturan. Seperti , membagikan ujaran kebencian, menyebarkan hoax dan kejahatan siber lainnya. Apalagi saat ini kegiatan siber kita sudah diatur dalam UU ITE. Bijaklah dalam menggunakan media sosial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image