Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adam Kusuma

Dasar dasar Ontologi Sebagai Cabang ilmu Filsafat

Eduaksi | Friday, 28 May 2021, 16:38 WIB

Ontologi, cabang ilmu filsafat ini berasal dari bahasa yunani, yaitu kata “Ontos” dan “ Logos”. Ontos berarti ada dan logos berarti ilmu. Bisa diartikan ontos/ada ialah hakikat, yang ada, pertanyaan tentang apa. Dan logos/ilmu bisa diartikan sebuah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis sehingga bisa sampai disebut ilmu. Ontologi secara sederhana bisa dikatakan ilmu yang membahas tentang apa, ada / keberadaan (eksistensi) dan hakikat dari terbentuknya manusia (misalnya). Contohnya, apa hakikat sebuah mobil?. Mobil ialah sebuah transportasi yang dapat mengantarkan kita ke tempat yang dituju. Yang dapat diartikan Hakikat sebuah mobil ialah sebuah alat transportasi.

Dalam Filsafat, Ontologi juga memiliki cabang yang bernama Metafisika. Metafisika ini juga terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika membahas tentang hakikat fundamental mengenai keberadaan/eksistensi dan realitas/realisme yang menyertainya. Metafisika umum membahas tentang ada, wujud, keberadaan suatu benda, hakikat DLL. Sedangkan Metafisika khusus membahas tentang Kosmologi (Alam semesta/dunia), Antropologi (Manusia), dan Theologi (Spiritual, keyakinan dan Ketuhanan). Kosmologi dapat di artikan sebagai cabang metafisika khusus, yang spesifik membahas tentang bagaimana alam semesta ini bisa terbentuk, apakah kita telah benar mendefinisikan tentang alam semesta ini, sedangkan kita hanya dapat berteori tentang alam ini tanpa benar benar membuktikan nya secara langsung, bukan menggunakan robot dan termasuk pertanyaan tentang apakah penciptaan alam semesta ini adalah hasil dari tabrakan meteor satu dengan yang lainnya. Lalu Antropologi, Antropologi secara sederhana membahas tentang kehidupan manusia, eksistensi manusia, makna dalam hidup, keutamaan dalam hidup, kebajikan,keadilan, bermasyarakat termasuk politik, hukum dan budaya. Lalu Theologi, Theologi secara sederhana membahas tentang keyakinan, agama, spiritual, wahyu, keimanan DLL. Dalam Theologi juga memiliki beberapa cabang, diantaranya Monotheisme (Tuhan itu ESA), Politheisme (Tuhan Itu ada Lebih dari satu), Deisme (Tuhan itu ada tapi tidak mencampuri urusan manusia, secara sederhana tuhan hanya menciptakan manusia saja), Agnostiksisme (Tuhan itu ada atau tidak, tidak dapat dibuktikan oleh akal manusia, termasuk wahyu wahyunya), Atheisme (Tuhan tidak ada).

Untuk sedikit tambahan mungkin ini akan diluar tema, yaitu Ontologi. Pada Era Yunani kuno tepatnya pada zaman Anthoposentris. Hidup seorang filsuf bernama Socrates. Menurut saya ia adalah seperti seekor lalat di athena, yang hanya mengganggu ketentraman kaum sofis di athena. Ia berpandangan bahwa kaum sofis merasa ialah manusia paling pintar di dunia ini dan socrates berpandangan bahwa ia tidak tahu apa apa padahal ia memiliki pengetahuan yang tinggi pula. Kutipan socrates yang terkenal ialah “aku tidak bisa mengajar apapun pada siapapun, tapi aku bisa membuat mereka berfikir” itu adalah kutipan yang berarti socrates tidak bisa memaksakan pengetahuan muridnya untuk masuk ke pikirannya atau tidak, tapi socrates hanya bisa membimbing muridnya untuk mendapat kan kebenaran atau pengetahuan. Socrates memiliki metode mengajar tersendiri ,yaitu pertama socrates bertanya kepada muridnya dan muridnya memberikan argument dia, kedua socrates memberikan pujian yang berlebih terhadap argument itu, ketiga socrates mengkritik argument dan mencari inkonsistensi pada argument muridnya itu dan membuat muridnya berfikir ulang pada pemikirannya itu. Ke empat, socrates membimbing muridnya itu untuk mengambil kesimpulan yang tepat akan argumentnya itu. Itulah metode socrates untuk mengajar di athena saat itu, dan saya menyukai metode socrates untuk mengajar itu. Socrates membuat muridnya berfikir tanpa mengguruinya atau dengan kata lain “mengajar Tanpa menggurui”. Sosok socrates ini ada di dalam karya ilmial muridnya yaitu plato, karena socrates tidak pernah membuat karya ilmiah sama sekali sehingga sosok socrates masih menjadi misteri sampai saat ini. Apakah socrates hanya tokoh fiksi yang ditulis oleh plato atau memang sosok socrates ini memang benar adanya atau tidak.

Adam Kusuma

Mahasiswa Administrasi Publik, FISIP UMJ

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image