KUMPULAN PUISI (SAJAK KU KEMBALI SEPI SAAT KAMU MEMILIH PERGI)
Sastra | 2021-05-26 20:58:59Oleh : Mauzi Yopita Indriyani Siregar
Penulis saat ini tercatat sebagai Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan. Tulisan ini dalam rangka penuntasan tugas mata kuliah Penulisan Kreatif yang diampu oleh Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd.
Rindu dalam Kurun Waktu
Hai,
Apa kabar?
Waktu berselang memasuki tahun ketiga
Tak ada yang berubah semua masih tampak seperti biasa
Memendam rasa tanpa sepatah kata dari seorang wanita
Yang tercatat sebagai pengagum rahasia
Mabuk cinta bukan soal masalah
Yang menjadi tanda tanya adalah....
Mengapa ruang terang menjadi terasa hampa
Ketika dia tak kunjung mengerti betapa tersiksanya
Hati sebab ia tak juga menyapa
Penanda
Saat benih itu mulai tampak ringkih
Hatiku pun mulai menampakkan rapuh
Oleh kata yang telah bersatu menjadi candu
dalam hening malam minggu kelabu.
Begitu ceroboh hati ini,
merelakan luka yang terkikis secara lirih
Beranjak dari khayalanan menjadi lamunan
yang tak kunjung berubah menjadi kenyataan
Alur kita terlalu panjang dalam bentuk cerita
Hingga tak dapat di isyaratkan dalam barisan ketikan
Membisu dalam kerinduan
adalah cara yang tepat saat ini untuk
mengubur segala harapan
Meskipun dapat dipastikan bahwa diam
akan menjadikan KAMU kenangan
Masa Kecil
Begitulah hari-hari kita
Berteman dengan gelembung-gelembung sabun
Yang tak henti-hentinya kita tiupkan berkali-kali
Bercengkerama dengan angin dan canda
Jika ada kesal itu hanya bersifat sementara
Semenjak mengikuti langkah bersama dunia dewasa
Kau ataupun aku sangat jelas berubah
Aku bersama dunia asikku
Kau beralih bersama dunia egomu
Jangan ditanya sudah berapa kali aku menyapa
Berharap mendapat sahutan yang gembira
Sayangnya, kau bukanlah dirimu yang aku kenal
Lima belas tahun lalu....
Air Mata Luka
Tahukah kau makna hati yang merindu
Saat pesan-pesan singkat dan panjang tak terbalaskan olehmu
Bak gelembung-gelembung air yang melepuh
Melepas gelisah yang mulai buta warna
Mengisahkan air mata kecewa.....
Dialog cinta yang menjanjikan bahagia
Harus berujung pada siratan bait-bait luka
Berdampingan dengan kecewa
Nyata tampak lumpuh bersama derasnya air mata
Mengenang mu Cara yang Salah
Sepertinya kau sudah kembali dan mulai berekspetasi
Sayangnya sampai detik ini aku belum mampu untuk beradaptasi
Sengaja ku sematkan kisah dalam setiap rongga perjalanan ku
Agar dunia dan seisinya tau kalau aku adalah pujangga baru
Yang mengibarkan dan menyibakkan rindu
Rapi tertenun di balik sajak-sajak ku
Jangan tanyakan berapa lama aku harus menunggu
Untuk membujuk rayu hatimu agar kita segera bertemu
Di balik jeruji hati aku telah memilih
Kau sebagai sibakan yang tersisah
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.