MENSYARIAHKAN KAUM MILENIAL DAN MEMILINEALKAN BANK SYARIAH
Bisnis | 2021-05-25 23:28:06Berdasarkan data World Population Review, jumlah penduduk muslim di Tanah Air pada tahun 2020 mencapai 229 juta jiwa atau 87,2% dari total penduduk 273,5 juta jiwa. Jumlah tersebut merupakan potensi yang luar biasa untuk membidik pangsa pasar industri syariah dan halal, termasuk industri perbankan syariah yang saat ini masih jauh tertinggal market-sharenya dari bank konvensional. Ironis, sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, pangsa pasar bank syariah di Indonesia hanya 6,33 persen hingga Oktober 2020. Angka ini bahkan tak bergerak signifikan dibandingkan market share 2017, yakni 5 persen (Data OJK 2020).
Bank syariah hingga detik ini masih tertatih melawan kemapanan bank-bank konvesional yang lebih dulu ada. Perlu ada terobosan dan inovasi cemerlang untuk bisa mengimbangi hegemoninya. Perbankan syariah harus lebih lincah menawarkan keunggulannya dan lebih keras membangun ekosistem sebagai penopang keberlangsungan bisnisnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah membidik segmen milineal sebagai target utama dalam merebut pangsa pasar sektor perbankan di tanah air.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menyebutkan bahwa bahwa komposisi penduduk di Indonesia didominasi oleh Generasi Z dan Milenial dengan masing-masing sebanyak 27,94 persen dan 25,87 persen. Generasi Z adalah mereka yang lahir pada 1997-2012 dan Generasi Milenial lahir pada tahun 1981-1996. Dengan demikian, Indonesia saat ini didominasi oleh usia produktif. Oleh karena dapat disimpulkan bahwa segmen milenial dan juga generasi Z adalah sasaran tembak yang tepat dalam mengembangkan industri perbankan syariah.
Generasi milineal memiliki karakter yang dinamis. Mereka hidup dalam masa dimana kemajuan teknologi memicu arus deras globalisasi ekonomi. Fenomena yang perlu disikapi perbankan syariah dalam meningkatkan market share agar dapat berkompetisi dan memenangkan persaingan. Mereka cenderung memilih sebuah produk dengan rasionalitas tinggi dengan melihat nilai lebihnya, bukan faktor promosinya belaka. Pola konsumsi konvensional dimana lebih banyak mengandalkan pengaruh pariwara layar kaca kini berubah menjadi pola konsumsi berdasarkan nilai tambah yang seringkali malah didapatkan dari dunia maya.
Pelaku perbankan syariah harus mengikuti arus tren yang sedang diikuti oleh kaum milineal sebagai bagian mendekatkan diri pada mereka. Tidak bisa dipungkiri, bahwa literasi ekonomi syariah di kalangan tersebut masih cukup rendah, maka cara inovatif harus menjadi senjata untuk membuat perbankan syariah sebagai Top of Mind dalam penentuan pemilihan sarana aktivitas finansial mereka. Cara-cara tersebut bisa dilakukan dengan mengetahui apa yang sedang âhitsâ dikalangan mereka dan menjadikan hal tersebut sebagai modal untuk bahan marketing jitu menggaet perhatian.
Berdasarkan Indonesia Millenial Report 2019 yang dikeluarkan oleh IDN Research Institute, dimana meneliti mengenai perilaku generasi milineal, kita dapat mengambil beberapa karakter yang kemudian dijadikan ide dan gagasan untuk meleburkan diri. Dalam laporan tersebut tersaji mengenai ketertarikan milineal terhadap banyak hal, dari agama, sosial, politik dan budaya yang seharusnya cukup sebagai referensi mengenai karakteristik dari generasi milineal, setidak-tidaknya sebagai bahan awal untuk berkenalan dengan dunia mereka.
Dalam riset tersebut disebutkan prioritas utama mereka di masa depan adalah membahagiakan orang tua, mempunya rumah, menjadi orang tua yang baik, pengusaha sukses dan disusul dengan prioritas lainnya. Dari sini kita mengerti apa yang sebenarnya mereka butuhkan dalam jangka panjang, dan membuatkan program yang menarik untuk mereka seperti tabungan rencana untuk haji orang tua dan tabungan pendidikan anak, KPR khusus milenial, pinjaman khusus entrepreneur muda. Semoga program tersebut harus dibuat menarik dan unik yang berbeda dengan bank konvensional.
Riset tersebut juga mengungkap tokoh pengusaha dan media sosial favorit yang bisa gandeng pelaku usaha perbankan syariah sebagai duta milineal untuk mempengaruhi psikologis kaum milineal dengan menempatkan role model mereka sebagai leader dalam memilih layanan finansial perbankan. Selain itu, informasi toko online dan produk favorit yang disasar oleh kaum milenial yang dijabarkan pada riset tersebut juga bisa jadi alat untuk memfokuskan sasaran toko online mana dan produk apa yang bisa dijadikan media utama untuk menggaet mereka dengan cara memberikan promo-promo dengan fasilitas perbankan syariah yang notabenenya sudah dilakukan oleh bank-bank konvensional, dengan pembiayaan mikro contohnya.
Program-program marketing perbankan syariah yang selama ini cenderung bertipe konvensional, baik dari segi promosi maupun medianya, harus diubah menyesuaikan karakter milineal yang lebih tertarik pada sesuatu yang unik. Promosi bisa dilakukan melalui kanal media sosial seperti facebook, instagram, twitter, youtube dengan menempakan admin dan custumer service yang responsif dan menarik, tidak formal namun casual, unik dan dapat membuat daya tarik, serta menghibur. Lupakan promosi yang sekedar basa-basi, karena hal tersebut bukanlah karakter dari milineal. Standup Comedy, pencarian ajang bakat, pemilihan duta syariah, bisa juga menjadi alternatif promosi yang patut dicoba.
Akses yang mudah ke layanan perbankan juga menjadi faktor vital seiring karakter milineal sebagai pengguna aktif teknologi. Layanan E-banking dari yang sebelumnya hanya sekedar sebagai layanan perbankan harus diubah menjadi lifestyle yang mengakomodir kepentingan disemua lini kehidupan, baik kehidupan pribadi, pendidikan, konsumsi, bahkan sampai dengan layanan entertaiment yang tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup milenial. Perbankan syariah harus merubah wajah menjadi bank yang dinamis yang mengikuti kebutuhan kaum milineal.
Generasi milineal harus menjadi objek sekaligus subjek dalam memajukan ekonomi syariah Indonesia. Dengan potensi yang begitu besar dan metode yang tepat, bukan sesuatu yang mustahil menempakan Indonesia sebagai konsumen sekaligus produsen perbankan syariah terbesar di Dunia. Hal ini tentunya perlu terobosan yang jitu untuk menjadikannya bukan hanya sekedar angan-angan. Inovasi yang kreatif, dinamis dan unit dengan fokus pada generasi milineal adalah satu cara untuk menjadikan negeri ini sebagai pusatnya ekonomi syariah dunia. Kita bisa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.