Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dedy Setyo Afrianto

Kartini; Gelap dan Cahaya

Eduaksi | Tuesday, 25 May 2021, 09:42 WIB

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kartini, tanggal ini juga seperti momentum untuk mengingat jasa dan inspirasi kisah beliau dalam rangka memajukan kaum wanita di Indonesia melalui jalur pendidikan. Mengingat nama RA. Kartini juga tak akan terlepaskan dari kumpulan 108 pucuk surat yang dikirimkan kepada teman penanya di Eropa, yang diterbitkan oleh J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Judul aslinya dalam bahasa belanda adalah Door Duisternis tot Licht yang bermakna Dari kegelapan menuju cahaya.

Cover buku kartini pada naskah aslinya

Lalu dari mana judul Dari kegelapan menuju cahaya ini berasal ?, atau bagaimana proses judul ini bisa ditemukan ?. Tak banyak cerita yang menyebutkan bahwa pertemuan Kartini dengan Kyai Sholeh Darat sebagai titik balik keislaman beliau. Untuk diketahui, bahwa beliau Kyai Sholeh Darat merupakan guru dari dua ulama besar nusantara yang bernama KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asyari (pendiri NU). Sekaligus sebagai penyusun kitab tafsir Faid Al Rahman. RA Kartini sangat takjub sekaligus impress, ketika dijabarkan tentang tafsir Al Fatihah. Karena menurut RA Kartini sendiri (pada salah satu suratnya) pengajaran Al-Quran tanpa menyentuh maknanya, atau minimal memahami artinya menjadi kurang menyentuh lebih dalam dan akan sukar terinternalisasi pada pembacanya.

Perlahan namun pasti pada pertemuan singkat yang diselenggarakan Bupati Demak, RA Kartini menyampaikan kepada Kyai Sholeh Darat tentang bagaimana keinginan beliau agar Al Quran ini bisa diterjemahkan kedalam bahasa jawa secara keseluruhan. Walau Kartini sadar, karena upaya penerjemahan ini sebenarnya adalah hal yang dilarang selama masa penjajahan Belanda, namun upaya dan semangatnya untuk belajar agama, menggerakkanya untuk menemui Kyai Sholeh Darat dan menyampaikan keinginannya itu.

Beberapa waktu kemudian, Kyai Sholeh Darat menerjemahkan 13 juz dan diberikan kepada RA Kartini sebagai hadiah perkawinan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang. Bahkan, RA Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.

Proses pencarian dan pemaknaan lebih dalam Kartini terhadap Islam akhirnya menemukannya pada QS Al Baqarah ayat 257 yang demikian indah itu. Ada penggalan yang bermakna dalam pada ayat tersebut. Berikut uraiannya

QS Al Baqarah : 257

Artinya :

Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.

Pada Quran Surat Al Baqarah : 257 (warna kuning) diatas terdapat penggalan minadzulumati ilannur yang berarti dari kegelapan menuju cahaya, inilah inspirasi bagaimana asal muasal judul Door Duisternis tot Licht yang bermakna Dari kegelapan menuju cahaya.

Tafsir Ibnu Katsir

Lalu bagaimana sesungguhnya Ibnu Katsir (ulama mufassir) mencermati dan menafsirkan ayat ini ?.

Pada ayat ini Allah mengungkapkan lafaz an-nur dalam bentuk tunggal, sedangkan lafaz zalam (kegelapan) diungkapkan-Nya dalam bentuk jamak. Dengan kata lain, disebutkan demikian karena perkara yang hak itu satu, sedangkan perkara yang kufur itu banyak ragamnya; semuanya adalah batil.

Saya memaknai bahwa kata cahaya dan gelap, yang seolah-olah mereka antonim, namun pada dasarnya, karena satunya tiada (cahaya) maka muncul yang lainnya (gelap).

Gelap pada dasarnya keadaan berkurangnya cahaya, sehingga tidak adanya cahaya, maka dikatakan gelap. Bukan kelebihan pekat. Sehingga mahfum pada istilah ilmu fisika, hanya dikenal intensitas cahaya (dalam satuan Candela), dimana berapa banyak cahaya yang berada pada kondisi/keadaan tertentu. Tidak ada satuan kegelapan. Sama dengan kondisi malam hari, tidak adanya matahari membuat langit gelap, bukan karena pekatnya datang sendiri.

Saya sendiri sering membaca pada kata yang cukup populer saat-saat ini semisal Saturasi Oksigen, yang diartikan oleh medis sebagai tolok ukur kesehatan untuk menakar besarnya kadar oksigen dalam aliran darah. Maka ketika saturasi rendah, hal itu disebabkan kurangnya oksigen, bukan kelebihan karbon dioksida atau kelebihan hidrogen. Hilangnya satu unsur, maka menyebabkan keadaan baru yang lain.

Antara intensitas cahaya dan saturasi oksigen kita maknai sama, tidak adanya ia (cahaya dan oksigen), akan mengakibatkan munculnya kondisi yang baru.

Serupa dengan pemaknaan ini pada QS Al-An'am : 153 sebagai berikut

QS Al-An'am : 153

Artinya : Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.

Pada kalimat yang dicetak tebal diatas, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), seolah-olah makin menegaskan bahwa jalan-Nya hanya satu, yakni jalan yang lurus. Selain (jalan lurus) itu, maka (selain itu) yang ada hanya jalan yang berbelok, bercabang dan bahkan menyesatkan.

Jalan lurus yang satu ini memberikan tadabbur sekaligus pemaknaan seperti cahaya (nur) pada ayat sebelumnya, yakni bermakna tunggal/satu, selain itu maka berarti gelap atau belok menyesatkan. Diakhiri dengan kalimat Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa, bahwa jika kita ikut jalan itu, maka diakhir jalan kita akan bertemu dengan takwa. Spirit yang sama saat kita bertemu dengan bulan Ramadhan kali ini, yang didalamnya banyak sekali hikmah yang pada akhirnya semoga menghantarkan kita kepada Takwa.

Semoga bermanfaat.

Artikel ini bisa dibaca juga pada blog pribadi penulis

http://dedysetyo.net/2021/04/21/kartini-gelap-dan-cahaya/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image