Sampah Desa Mandiri
Eduaksi | 2021-05-24 09:28:48Sampah dalam kehidupan kita merupakan kerabat terdekat namun tidak membuat hati terpikat. Hingga saat artikel ini ditulis, sampah masih belum mampu dijadikan sahabat. Namun dengan tekad yang kuat, asalist akan mencoba berbagi buah dan berkah untuk semua tempat. Buah pemikiran dan berkah dari Balai Sakola Desa (BSD) Asalist harus memiliki komitmen dan integritas yang kuat. Tentu hal tersebut sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak yang memiliki posisi dalam pemerintahan yang hebat.
Kebersihan lingkungan adalah cermin perilaku dan peradaban kebangsaan. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan tolak ukur keimanan dan keumatan. Kehidupan umat atau masyarakat dalam lingkungannya dapat dijadikan bahan pemikiran dunia pendidikan dan analisis para ahli keilmuan. Beberapa lembaga pemerintah setingkat kementerian diharapkan dapat bersinergi bersama komunitas sosial kemasyarakatan untuk membangun peradaban Indonesia baru yang memprioritaskan kebersihan lingkungan. Kami sangat berharap, sebagian keimanan bangsa ini mampu mewujudkan bangsa berprilaku hidup sehat, bersih dan berwawasan pelestarian lingkungan. Untuk itu kami mencoba membantu program Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dengan pengembangan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal. serta ingin mendekat untuk berkarya bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), atau bahkan bergandengan tangan dengan Kementerian Pendidikan (Disidik) guna merintis bersama dengan sikap bersahabat dalam mewujudkan Balai Sakola Desa (BSD) Asalist, (Akal Sehat Adalah Landasan Ikatan Satu Tujuan) yang memiliki proyeksi 'Zero Waste From Home, (Ramah Sampah dari Rumah).
Dalam skala rintisan di tingkat RT/RW, eduaksi BSD Asalist menggunakan issue Bank Sampah yang terus tumbuh di desa tarikolot sejak hari Jum’at, tanggal 11 Januari 2019. Pada tahapannya, kita harus melewati fase evaluasi triwulan dan semester. Sehingga memiliki progres dari proses yang terukur dan terdata. Progres yang harus kita ukur diantaranya adalah jumlah Kelompok Rumah Tangga (KRT) yang sudah mulai berprilaku ramah sampah dalam satu semester hingga tiga-triwulan. Lalu pada triwulan ke-empat kita sudah menyiapkan rencana pengembangan teknik dan sistem yang berkelanjutan. Sistem yang dikembangkan harus terus 'diupgrde' sesuai tantangan dan peluang. Beberapa ancaman yang dihadapi BSD-Asalist harus terus diinventarisir dan diminimalisir. Hal inlah yang membuat BSD Asalist mampu bertahan hingga saat ini, tahun 2021.
Sejak Tahun 2019 pengembangan BSD-Asalist ternyata sudah mampu melahirkan beberapa Counter Bank Sampah (CBS) melampaui target pertumbuhan, yaitu 1 (satu) CBS dalam sebulan. CBS tersebut diupayakan tumbuh di desa tarikolot khususnya, serta di sepanjang jalan kenalan Asalist pada umumnya.
Masa “trial N’ error pertumbuhan BSD-Asalist, sudah berhasil dilalui, yaitu selama 3 (tiga) bulan. Masa pengembangan sistem jaringan dan lingkungan pun sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tumbuhnya 4 (empat) CBS di setiap RT dalam wilayah RW.02 di lingkungan kampung babakan desa ta
Peran program KRL atau Kampung Ramah Lingkungan adalah program Bupati Bogor dengan BKGCnya (Bogor Kabupatenku Green and Clean) sangat membantu upaya sosialisasi dan langkah persuasif yang dilakukan BSD Asalist. Maka sejak tanggal 20 Mei 2019, Bank Integritas Sampah Asalist mulai bertransformasi menjadi KRL Asalist 02 yang berbasis “Balai Sakola Desa" (BSD).
Kenapa harus Asalist dan apa itu Asalist? Sebenarnya bukanlah hal yang teramat penting untuk dijelaskan. Namun demi mengurai rasa penasaran beberapa pihak yang pernah bertanya di tengah perjalanan, mungkin ada baiknya kita ungkapkan di sini.
Asalist, merupakan sebuah akronim dari Akal Sehat Andalan dan Landasan Ikatan Satu Tujuan. Sebuah pergerakan sosial sejak 1997 dengan Tatanan Serumpun dan Sukma Asalist yang telah dilintas-juangkan pada tahun 1999. Secara singkat pergerakan Asalist lebih mengarah kepada kritik sosial dan aspirasi kolektif para muda di kala itu, antara kurun waktu tahun 2000 hingga tahun 2013. Dari GP 2000 (Gerakan Pemutihan 2000 Suara) hingga “Super Semar” 2007 dan 2013 (Suara Perubahan Sebelas Maret).
Kini Asalist mencoba mengurai masalah sosial berupa sampah dan pengendaliannya. Asalist terus mengupayakan agar mampu menemukan cara ideal untuk mengendalikan sampah yang semakin hari semakin banyak orang yang tidak peduli. Hingga tahun 2014, bersama ketua RW.02. Pengurus Asalist mencoba meluncurkan program HIJIB (Hijau Indah dan Bersih). Terkendala operator, akhirnya 2016 terhenti. Asalist terus mendapatkan kesempatan untuk berkarya melalui Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Bogor, lahirlah KRL Asalist untuk tingkat pratama pada tahun 2019.
Atas berkat rahmat Alloh yang maha kuasa, serta didorong dengan kekuatan militansi relawan Asalist desa tarikolot akhirnya KRL Asalist bergerak eduaksi melalui strategi sosialisasi petualang, yaitu “Lintas Juang “45 – Susur Kali 2019 pada tanggal 25 Agustus 2019. Maka BSD Asalist semakin tumbuh berkembang di desa tarikolot. Hingga saat ini, tanggal 10 Oktober 2019, KRL Asalist 02 telah mendeteksi dan menginisiasi tumbuhnya Counter Bank Sampah (CBS) yang telah dikonversi menjadi Kelompok Pengendali dan Pengelola Sampah (KPPS) di desa tarikolot, dengan proyeksi wilayah citeureup timur. Kabupaten Bogor, semoga tahun 2021, KRL Asalist semakin di depan dalam mendorong peradaban sampah di tingkat RT. Balai Sakola Desa, harus menjadi agen perubahan peradaban budaya ramah sampah, zero waste from horme harus terus digerakan.
Metode CR5 (Colouring Recycling Five) harus terus disosialisasikan agar masyarakat desa mulai memilah sampah dari rumah. Meskipun banjir sampah gabrug masih terjadi di setiap pelosok desa/kota. BSD Asalist terus melakukan trial dan eror dalam skala yang paling sederhana, yaitu kembali ke tingkat RT sebagai miniatur Indonesia. Sampah rumah tangga diupayakan terpilah melalui lokalisasi sampah lima warna (CR5) yaitu, merah untuk sampah B3, (berbau, beracun dan berbahaya) kuning untuk sampah bernilai ekonomi (plastik dan kaleng), hijau untuk sampah organik alami (sisa makanan khususnya), biru untuk sampah semi-organik (kertas dan kardus) dan kelabu untuk sampah dengan kompleksitas tinggi (kain, karet, kaca,dan lain-lain).
Harapan terbesar dari artikel ini, hanya satu : menggerakan!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.