Kenapa Harus Pilih Bank Syariah?
Eduaksi | 2021-05-24 00:39:21Kenal Lebih Dekat Bank Syariah Yuk!
Bank Syariah semakin menjadi pilihan banyak masyarakat. Tapi, masih banyak juga lho yang menganggap bank syariah sama aja dengan bank biasa lainnya atau bank konvensional. Hm, jangan-jangan kamu salah satunya?
Saya juga dulu butuh waktu lama sampai paham bahwa keduanya berbeda. Untuk membedakannya, saya punya analogi begini.
Suatu hari ada teman yang menyeletuk,
"Ah, nggak mau jadi fans bola, katanya.
â Memangnya kenapa?â
Suporter bola itu suka rusuh. Sering tawuran. Biasanya kan gitu. Nggak terima kalau timnya kalah. Terus, merusak stadion atau fasilitas umum,
Sebentar, apa semu supporter begitu? Coba deh diingat lagi. Nggak semua lho suporter bola itu anarkis. Malah banyak yang punya kegiatan positif seperti menggalang dana untuk kemanusiaan, berbagi kebaikan saat Ramadan, saling berbagi saat ada anggota yang kena musibah, membantu korban bencana alam, dan lainnya.
â Suporter anarkis memang banyak. Tapi suporter yang positif jauh lebih banyak. Maka, nggak bisa dong menyamaratakan suporter. Ya, kan?
Kira-kira begitulah analoginya. Menjelaskan tentang bank syariah dengan bank konvensional. Dikira sama, tapi berbeda.
Lalu, apa perbedaan keduanya?
Pada umumnya, perbedaannya di akadnya. Di bank Syariah memiliki akad syariah dalam kegiatannya. Dalam akad itu, istilah yang digunakan sangat mendasar.
Tidak ada istilah bunga sebagaimana yang biasa digunakan dalam bank konvensional. Yah, meskipun sepele, hanya sebuah kata, tapi ini sangat penting. Dari sebuah kata itu membawa dampak dan perubahan.
Jangan anggap sepele sebuah kata. Dengan kata hal yang haram bisa menjadi halal, dan hal yang halal bisa menjadi haram.
Akad nikah contohnya. Ijab qobul merupakan deretan kata yang mengubah hal yang haram menjadi halal. Sebelum ijab qobul, pemuda dan pemudi itu haram berpegangan tangan. Haram pula hubungan selayaknya suami istri.
Setelah ijab qobul, berpegangan pun menjadi halal. Bahkan hubungan suami istri pun menjadi halal dan bernilai ibadah.
Tapi, nggak cuma itu aja ya perbedaan bank Syariah dengan bank konvensional. Selanjutnya, pemanfaatan dana. Dana bank syariah dimanfaatkan pada kegiatan yang sesuai syariah. Dimanfaatkan pada usaha yang halal. Tidak digunakan untuk usaha yang haram dan melanggar syariah.
Jadi, nggak boleh tuh dananya digunakan untuk usaha menjual minuman keras, tempat perjudian, rentenir, atau usaha yang membuat kerusakan.
Kita nggak perlu khawatir ke mana dana kita akan dimanfaatkan. Jelas, bahwa manfaatnya digunakan untuk kebaikan.
Kalau punya dana, pilih digunakan untuk hal yang bermanfaat atau merusak? Kalau punya usaha, dari hasil usaha itu pilih digunakan untuk hal yang halal atau haram?
Harta benda bukan hanya masalah kepemilikan tapi juga pemanfaatannya.
Bank syariah juga telah mendapatkan pengawasan dan arahan dari Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Yang kita tahu, di dalam MUI ada sosok-sosok yang kompeten dalam hukum Islam. Mereka menjadi rujukan bahkan jaminan bagi kita dalam urusan syariat.
Lalu, sikap kita tinggal menyerahkan hukumnya kepada mereka. Kalau ada hal yang salah atau benar kita sudah punya landasan. Bahwa kita ngikut pendapat mereka.
Mengapa kita perlu bertawasul? Begini. Tidak semua orang yang paham agama. Dalam memahami hukum agama perlu ilmu. Ilmu itu didapat dari belajar atau sekolah. Butuh waktu yang lama untuk belajar itu.
Nah, kita sudah dipermudah. Dengan adanya mereka yang sudah punya ilmu, dan menempuh pendidikan di jalur itu, kita hanya tinggal menyandarkan masalah kita pada mereka.
Dan jika masih ada kekurangannya, bukan berarti kita tinggalkan bank syariah itu. Bank syariah juga masih berproses. Pasti ada hal yang membuat kita tidak puas. Tapi, tetap memilih bank syariah merupakan pilihan tepat.
Kalau ada cacat, bukan berarti kita tinggalkan. Tetap kita gunakan sambil terus memperbaiki dan diperbaiki.
Dalam ilmu fikih, ada kaidah, Apa-apa yang tidak bisa dilakukan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.
Mungkin benar bahwa bank syariah ada kekurangannya. Tapi, kekurangan itu jangan membuat kita nggak mau menggunakan syariah.
Sama halnya dengan menjadi supporter sepak bola. Saat kita memilih menjadi fans sebuah klub.
Apakah ada klub yang menang terus? Apakah ada klub yang nggak pernah melakukan kesalahan? Apakah ada klub yang sempurna? Apakah ada klub yang nggak punya kekurangan?
Pasti ada klub yang punya kekurangan. Sebuah klub pasti pernah menang dan kalah.
Kalah dan menang adalah hal biasa.
Tapi, apakah kekurangan dan kekalahan itu membuat kita pindah klub dan berganti mendukung klub lain?
Wah, kalau begitu, kita repot. Karena harus gonta-ganti klub. Atau bahkan nggak akan punya klub. Kenapa? Karena tidak ada klub yang sempurna. Nggak ada klub yang selalu menang. Benar?
Hidup kita pasti berkah dengan berpegang dengan syariah. Agama merupakan panduan hidup. Syariah fungsinya sebagai rambu-rambu yang memberikan petunjuk bagi jalan hidup manusia. Termasuk dalam hal ekonomi. Usaha dan aktivitas ekonomi kita pasti berkah dengan melibatkan lembaga keuangan (bank) syariah.
Bank Syariah semakin menjadi pilihan banyak masyarakat. Tapi, masih banyak juga lho yang menganggap bank syariah sama aja dengan bank biasa lainnya atau bank konvensional. Hm, jangan-jangan kamu salah satunya?
Saya juga dulu butuh waktu lama sampai paham bahwa keduanya berbeda. Untuk membedakannya, saya punya analogi begini.
Suatu hari ada teman yang menyeletuk,
"Ah, nggak mau jadi fans bola, katanya.
â Memangnya kenapa?â
Suporter bola itu suka rusuh. Sering tawuran. Biasanya kan gitu. Nggak terima kalau timnya kalah. Terus, merusak stadion atau fasilitas umum,
Sebentar, apa semu supporter begitu? Coba deh diingat lagi. Nggak semua lho suporter bola itu anarkis. Malah banyak yang punya kegiatan positif seperti menggalang dana untuk kemanusiaan, berbagi kebaikan saat Ramadan, saling berbagi saat ada anggota yang kena musibah, membantu korban bencana alam, dan lainnya.
â Suporter anarkis memang banyak. Tapi suporter yang positif jauh lebih banyak. Maka, nggak bisa dong menyamaratakan suporter. Ya, kan?
Kira-kira begitulah analoginya. Menjelaskan tentang bank syariah dengan bank konvensional. Dikira sama, tapi berbeda.
Lalu, apa perbedaan keduanya?
Pada umumnya, perbedaannya di akadnya. Di bank Syariah memiliki akad syariah dalam kegiatannya. Dalam akad itu, istilah yang digunakan sangat mendasar.
Tidak ada istilah bunga sebagaimana yang biasa digunakan dalam bank konvensional. Yah, meskipun sepele, hanya sebuah kata, tapi ini sangat penting. Dari sebuah kata itu membawa dampak dan perubahan.
Jangan anggap sepele sebuah kata. Dengan kata hal yang haram bisa menjadi halal, dan hal yang halal bisa menjadi haram.
Akad nikah contohnya. Ijab qobul merupakan deretan kata yang mengubah hal yang haram menjadi halal. Sebelum ijab qobul, pemuda dan pemudi itu haram berpegangan tangan. Haram pula hubungan selayaknya suami istri.
Setelah ijab qobul, berpegangan pun menjadi halal. Bahkan hubungan suami istri pun menjadi halal dan bernilai ibadah.
Tapi, nggak cuma itu aja ya perbedaan bank Syariah dengan bank konvensional. Selanjutnya, pemanfaatan dana. Dana bank syariah dimanfaatkan pada kegiatan yang sesuai syariah. Dimanfaatkan pada usaha yang halal. Tidak digunakan untuk usaha yang haram dan melanggar syariah.
Jadi, nggak boleh tuh dananya digunakan untuk usaha menjual minuman keras, tempat perjudian, rentenir, atau usaha yang membuat kerusakan.
Kita nggak perlu khawatir ke mana dana kita akan dimanfaatkan. Jelas, bahwa manfaatnya digunakan untuk kebaikan.
Kalau punya dana, pilih digunakan untuk hal yang bermanfaat atau merusak? Kalau punya usaha, dari hasil usaha itu pilih digunakan untuk hal yang halal atau haram?
Harta benda bukan hanya masalah kepemilikan tapi juga pemanfaatannya.
Bank syariah juga telah mendapatkan pengawasan dan arahan dari Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Yang kita tahu, di dalam MUI ada sosok-sosok yang kompeten dalam hukum Islam. Mereka menjadi rujukan bahkan jaminan bagi kita dalam urusan syariat.
Lalu, sikap kita tinggal menyerahkan hukumnya kepada mereka. Kalau ada hal yang salah atau benar kita sudah punya landasan. Bahwa kita ngikut pendapat mereka.
Mengapa kita perlu bertawasul? Begini. Tidak semua orang yang paham agama. Dalam memahami hukum agama perlu ilmu. Ilmu itu didapat dari belajar atau sekolah. Butuh waktu yang lama untuk belajar itu.
Nah, kita sudah dipermudah. Dengan adanya mereka yang sudah punya ilmu, dan menempuh pendidikan di jalur itu, kita hanya tinggal menyandarkan masalah kita pada mereka.
Dan jika masih ada kekurangannya, bukan berarti kita tinggalkan bank syariah itu. Bank syariah juga masih berproses. Pasti ada hal yang membuat kita tidak puas. Tapi, tetap memilih bank syariah merupakan pilihan tepat.
Kalau ada cacat, bukan berarti kita tinggalkan. Tetap kita gunakan sambil terus memperbaiki dan diperbaiki.
Dalam ilmu fikih, ada kaidah, Apa-apa yang tidak bisa dilakukan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.
Mungkin benar bahwa bank syariah ada kekurangannya. Tapi, kekurangan itu jangan membuat kita nggak mau menggunakan syariah.
Sama halnya dengan menjadi supporter sepak bola. Saat kita memilih menjadi fans sebuah klub.
Apakah ada klub yang menang terus? Apakah ada klub yang nggak pernah melakukan kesalahan? Apakah ada klub yang sempurna? Apakah ada klub yang nggak punya kekurangan?
Pasti ada klub yang punya kekurangan. Sebuah klub pasti pernah menang dan kalah.
Kalah dan menang adalah hal biasa.
Tapi, apakah kekurangan dan kekalahan itu membuat kita pindah klub dan berganti mendukung klub lain?
Wah, kalau begitu, kita repot. Karena harus gonta-ganti klub. Atau bahkan nggak akan punya klub. Kenapa? Karena tidak ada klub yang sempurna. Nggak ada klub yang selalu menang. Benar?
Hidup kita pasti berkah dengan berpegang dengan syariah. Agama merupakan panduan hidup. Syariah fungsinya sebagai rambu-rambu yang memberikan petunjuk bagi jalan hidup manusia. Termasuk dalam hal ekonomi. Usaha dan aktivitas ekonomi kita pasti berkah dengan melibatkan lembaga keuangan (bank) syariah.
#retizencompetition
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.