Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shabrina Ghea

Bercerita dalam Film Bersama Salman Aristo

Eduaksi | 2021-05-10 01:06:54
Salman Aristo menghadiri kuliah umum Prodi TVF di Universitas Padjadjaran (20/04)

My movie is like my baby, it takes a village to raise a kid,

Begitu ungkap Salman Aristo yang namanya sudah dikenal dari karyanya berjudul Brownies bersama Hanung Bramantyo pada tahun 2005. Baginya, membuat film itu seperti memiliki bayi yang harus ia besarkan dan perlakukan seperti anak sendiri. Artinya, tiap kali ia akan memproduksi sebuah film maka ia akan mengerahkan seluruh usahanya untuk memberikan yang terbaik. Hal itu terbukti dari sederet panjang film-film hasil garapannya yang menjadi film terbaik sseperti Laskar Pelangi, Dua Garis Biru dan Ayat-ayat Cinta. Tidak hanya itu ia juga mendapatkan penghargaan sebagai penulis skenario terbaik pada filmnya yaitu Bumi Manusia.

Seorang produser, menurut Salman, tidak hanya mengatur proses jalannya pembuatan film saja tetapi juga harus membuat alur cerita dan bagaimana menceritakannya kepada orang lain. Ada 3 hal penting yang perlu dikuasai yaitu pertama, seorang produser harus memiikirkan keseimbangan seni dan bisnis. Sebuah karya seni harus dipikirkan juga sisi bisnisnya.

Kedua, dalam membuat sebuah cerita, produser tidak hanya memikirkan tema, premis karakter dan plot, seorang produser perlu memikirkan bagaimana menceritakan sebuah cerita menjadi sebuah film. Setelah kedua hal itu dikuasai maka yang ketiga adalah produser memikirkan talenta yang cocok untuk karya filmnya.

Penulis skenario Bumi Manusia ini juga mengatakan, untuk memproduksi sebuah karya yang luar biasa, cara terpenting ialah melihat keseluruhan terlebih dahulu hingga ke bagian detailnya. Produser perlu mengetahui konteks, konsep serta kontennya. Cara penting selanjutnya ialah, bagaimana sebuah tema yang diangkat, diceritakan dengan alur yang menarik dan mudah untuk dipahami.

Film yang jelek dilihat dari produsernya sebelum melihat siapa sutradara dan pemain filmnya, ungkap Salman dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Prodi TV dan Film Fikom Unpad (20/04)

Development hell sebutan Salman jika produser tidak berhasil dalam memproduksi dan mengatur teamnya. Sebuah ruangan produksi menurut Salman perlu diciptakan sebagai ruangan yang aman dan nyaman oleh seorang produser jika tidak mau disebut sebagai development hell. Ruang produksi tersebut yang akan menjadi tempat proses berpikirnya keseluruhan team dalam memproduksi sebuah karya.

Bagaimana Ruang Produksi diatur oleh Produser?

Superteam, bukan superman. Kerja teamnya yang penting bukan kerja sendiri. Analoginya kita produser yang mengatur visi dan misi sebuah filmnya, sutradara sebagai kapten lapangannya, ujar Salman dalam menjelaskan pentingnya seorang produser paham terhadap workteam atau leadership.

Terdapat empat kunci dalam proses membentuk ruang produksi yang sehat oleh produser menurut Salman yakni, sebagai produser perlu mengenali rekan bekerjanya, hak dari para pekerja harus dipenuhi, memikirkan kondisi mental hingga fisik serta keahlian para pekerjanya. Kunci terakhir yaitu, being kind vs being right, artinya sebagai produser kita perlu tahu kapan kondisi kita untuk bersikap baik dan kapan harus bersikap benar.

Keempat kunci diatas tentu sudah dilakukan oleh Salman dalam memproduksi karya-karya hebatnya. Lantas bagaimana jika keempat kunci tersebut sudah dilakukan, namun terdapat kendala pada pertengahan produksi?

Salman sebagai produser selalu mengajarkan teamnya untuk menjadi problem solver, artinya tidak hanya produser atau sutradara saja yang nantinya akan kesusahan jika terdapat kendala yang menggangu alur produksi. Seluruh tim, baik itu penulis skenario, bagian produksi dan anggota teamlainnya dapat memberikan solusinya masing-masing jika ada kendala pada masing-masing bagiannya.

You are as good as your collaborators, begitu yang selalu dikatakan oleh Salman sebagai pemicu semangat kepada para timnya dalam proses produksi karya-karyanya. Dalam ungkapannya ini menunjukkan bahwa Salman melihat setiap orang dalam teamnya sama-sama memiliki bakat yang luar biasa dalam bidangnya masing-masing

Apa yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan pendapat?

Perbedaan pendapat akan selalu terjadi pada setiap langkah yang dilalui dalam memproduksi sebuah film. Yang perlu dilakukan oleh seorang pemegang keseluruhan visi dan misi, ialah perlu menjadi pemandu serta pendengar dari berbagai arah.

Baca atau dengarkan, lalu pahami maksud dari perbedaan tersebut kemudian barulah kita komentar, ungkap Salman

Salman memberikan beberapa tips dalam menyampaikan sebuah kritik atau ketika berada diantara penengah. Ia mengambil tips dari tulisan seorang filsuf serta penulis buku yaitu Daniel Dennet, salah satu tipsnya ialah mencoba mengungkapkan di mana posisi rekan atau skenario yang di kritik dengan jelas dan adil,lalu membentuk point kesepakatan.

Tentu saja, selama perjalanannya menjadi seorang produser dan penulis skenario, Salman bertemu dengan team yang masih perlu supervisi dan revisi. Dalam hal ini, Salman bertindak profesional seperti yang sudah dikatakannya, bahwa dirinya akan membedakan kapan ia harus bertindak baik dan kapan harus bertindak benar.

Revisi itu proses bukan kegagalan, menurut saya gagal itu oke, tapi tidak kompeten is no, ujar Salman yang mengartikan bahwa revisi layaknya sebuah seni.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image