Raja yang Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Toleransi Beragama
Sejarah | 2021-05-08 15:59:59Maharaja Akbar merupakan raja terbesar yang sukses membawa kerajaannya meraih masa kejayaan. Tak heran jika penguasa Kesultanan Mughal (Moghul) ke-3 ini punya julukan Akbar yang Agung, seperti dikutip dari The Emperor'S Writings: Memories of Akbar The Great (2011) karya Dirk Collier.
Nama lengkapnya adalah Abu'l-Fath Jall ud-Dn Muhammad Akbar, juga dikenal sebagai Shahanshah Akbar-e-Azam atau Akbar yang Agung (lahir 15 Oktober 1542 meninggal 27 Oktober 1605 pada umur 63 tahun adalah Sultan Mogul ke-3. Ia adalah keturunan Dinasti Timurid, putra dari Sultan Humayun dan cucu dari Sultan Mogul Zaheeruddin Muhammad Babur.
Mungkin kita juag sering mendengar dengan nama Akbar, dimana nama akbar adalah tokoh dalam filam jodha Akbar yang sring muncul di telvisi kita, ya emang bentul apa yang suka di filmkan dimana akbar adalah seorang raja yang menikahi putri dari raja india, yang legenda cintanya di kenang di seluruh dunia,karena memiliki sesuatu yang manarik untuk di baca dan di pahamai.
Akbar terkenal dengan kebijakannya yang sangat toleran terhadap agamalain ini di buktikan dengan kejadian dimana Maharaja Akbar murka saat mengetahui ada seorang brahmana yang dihukum mati karena dituduh mencuri dan mencela Islam. Bagi raja terbesar dalam sejarah Kesultanan Mughai di India ini, apapun kesalahan pemuka ajaran Hindu itu, hukuman mati dirasa terlalu berat.
Sang sultan sadar bahwa memang tidak mudah menjalankan pemerintahan Islam di tengah mayoritas masyarakat Hindu. Pertikaian antara warga muslim kontra penganut Hindu kerap terjadi. Belum lagi konflik dengan pemeluk agama atau kepercayaan lain, bahkan sesama umat Islam sendiri yang berbeda haluan. Dari sinilah Maharaja Akbar mulai berpikir, bahwa seharusnya tidak boleh ada satu agama yang berhak mengklaim atau memonopoli suatu kebenaran atas agama-agama lain. Baginya, benar dan salah dalam beragama adalah urusan atau hak masing-masing umat dengan Sang Pencipta. Maka tercetuslah sebuah pelaturan pemerintahan dimana ajaran harus ada unsur unsur pencampuran dari agama islam hindu dan dari ajaran ajaran yang lainya.
Bahkan Akbar sering menggunang pendeta dan para cedikiawan dari agama lain ke istana, untuk berdiskusi dan bertukar pandangan tentang agama dan nilai filosifis yang terkandung dalam ajaran agama masing-masing. Sebagai pengaruhnya, Akbar pun membangun sebuah tempat bernama Ibadat Khna, atau Rumah Ibadah, yang dikhususkan untuk pertemuan dengan para pendeta dan cendikiawan lintas agama. Di kutip dari (Kumpara 11 April 2019 21:06)
Disini Akbar juga terkenal akan toleransinya dalam beragama yang luas dan berpandangan liberal. Akbar sendiri sejatinya merupakan pribadi yang sangat religius, namun ia tidak pernah berusaha untuk memaksakan pandangan agamanya sendiri terhadap siapa pun, baik itu tawanan perang, istrinya yang berbeda agama, atau orang lain yang ada di kerajaannya.
Bukan hanya itu saking dekatnya Akbar dengan para pemuka pemuka yang lain dan para pemimpin portugis dan dengan kedekatannya itu, Akbar kemudian memutuskan untuk memberikan beberapa luas tanah yang dia miliki di daerah dipinggir kota Agra, dan membantu mendirikan gereja pertama yang dibangun pada masa Kerajaan Mughal. Gereja itu diberinama Gereja Akbar.
Dia juga menghapuskan pajak yang diskriminatif berdasarkan agama. Dia memfasilitasi pembangunan kuil-kuil dan bahkan gereja-gereja di kerajaannya. Sebagai bentuk rasa hormatnya pada anggota kerajaan yang beragama Hindu, dia melarang siapapun memasak daging sapi di dapur.i
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.