Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Koiyudh

Sejarah Ananas Taart Alias Nastar

Kuliner | 2021-05-06 05:09:07
Sumber: bukalapak

Lebaran identik dengan kudapan khasnya. Satu paling sering kujumpai saat silaturahim ke rumah ibu atau tetangga pada momen spesial ini adalah nastar. Kue ini biasanya berbentuk bulat agak lonjong. Bahannya terdiri dari adonan tepung terigu, mentega, dan telur yang diisi dengan selai buah nanas. Sekali kunyah, teksturnya berhamburan di lidah. Bawaanya pengin terus nambah.

Sama seperti kolak (Baca: Kolak Pisang Aslinya dari Timur Tengah?), aku saat kecil mengira nastar makanan khas Indonesia. Ternyata, bila ditelusuri, kurang tepat. Aku mendapati itu setelah menjelajahi sejumlah catatan tentang asal usul nastar.

Berdasarkan temuanku, ternyata eh ternyata, nastar aslinya resep wong Londo. Namanya berasal dari bahasa Belanda ananas (nanas) dan taart (kue/tart). Disingkat menjadi nastar. Kalau dalam bahasa Inggris, ia disebut pinneaple tart.

Kue nastar awalnya disebut terinspirasi kue pie khas Eropa. Biasanya dibikin dalam satu loyang besar. Isinya bisa selai apel, blueberry, dan strawberry. Namun, karena susahnya dahulu menemukan buah-buah itu di nusantara, isian pie diganti nanas. Nanas dinilai punya rasa asam manis mirip-mirip strawbery atau blueberry.

Bentuk kue nastar juga akhirnya mengalami modifikasi. Tidak lagi mirip pie. Tetapi bulat-bulat kecil dengan ukuran sekali makan yang bertahan sampai sekarang.

Btw, nastar konon dulunya hanya disajikan untuk para bangsawan, priyayi, dan orang-orang kaya. Ia disajikan khusus pada hari-hari perayaan besar. Namun, semakin lama resepnya beredar luas. Kini ia dimakan hampir seluruh lapisan masyarakat.

Saat ini sudah banyak varian nastar yang disajikan dengan isian berbeda. Namun, nastar isi nanas, selalu dianggap paling khas.

*Referensi: berbagai sumber

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image