Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image wisnu widhig

Pembelajaran IPA di SD Berbasis Kurtilas

Eduaksi | Wednesday, 05 May 2021, 09:09 WIB

Abstrak

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pertama yang secara eksplisit mencantum sikap/ karakter sebagai kompetensi yang harus dicapai dan mengatur perimbangan antara soft skills dan hard skills siswa. Selain itu, penilaian atas hasil belajar siswa dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan indikator kompetensi yang akan diukur. Keberhasilan kurikulum dalam mencapai misi tidak hanya ditentukan oleh rancangan, tetapi yang lebih penting adalah implementasinya di lapangan, yaitu mewujudkan keunggulan-keunggulan Kurikulum 2013 di Sekolah. Khusus untuk pembelajaran sains di Sekolah Dasar harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas.

Pendahuluan

Implementasi Kurikulum 2013, dalam pembelajaran di kelas haruslah mempertimbangkan kondisi riil siswa dan pembelajaran yang terjadi di lapangan pada saat ini. Fakta tentang siswa kita di lapangan menurut Nuh (2013) hanya 5% siswa Indonesia yang dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori tinggi dan advance [memerlukan reasoning], sedangkan 71% siswa Korea sanggup. Dalam perspektif lain, 78% siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori rendah [hanya memerlukan knowing, atau hafalan]. Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6. Temuan tersebut sejalan dengan hasil pengamatan lain yang menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah berorientasi jangka pendek untuk mencapai keberhasilan dalam ujian akhir dan kompetensi menghafal. Pembelajaran sering dilakukan secara mekanistik latihan soal dengan drill.

Pembelajaran Sains SD berbasis Kurikulum 2013

Pembelajaran sains SD berbasis kurikulum 2013 dilaksanakan sebagai berikut.

1. Pembelajaran di Sekolah Dasar harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pengembangan kemampuan berpikir sejak dini ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kemampuan berpikir seseorang ditentukan oleh kompleksitas jaringan otaknya. Jaringan otak yang terdiri dari neuron (sel saraf) terbentuk dan berkembang sangat cepat pada usia muda. Keterampilan berpikir yang dikembangkan tidak hanya kemampuan berpikir tingkat rendah yang digunakan untuk pekerjaan rutin, tetapi juga kemampuan berpikir tingkat tinggi yang digunakan untuk pengambilan keputusan, penyelesaian masalah dan sebagainya [Center on the Developing Child, Harvard University, 2011]. Pembelajaran dilakukan melalui mencari tahu, bukan diberitahu.

2. Penekanan kedua pembelajaran di SD adalah mengembangkan kemampuan kreatif,karena menurut Nuh (2013) yang mengutip pendapat Dyers, J.H. et.al (2011), 2/3 kemampuan kreatif diperoleh seseorang dari pendidikan dan hanya 1/3 saja dari bakat. Pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan kreatif adalah melalui: Observing [mengamati], Questioning [menanya], Associating [menalar], Experimenting [mencoba], Networking [Membentuk jejaring]. Siswa dibiasakan untuk bekerja dalam jejaringan melalui collaborative learning. Agar siswa berani berlaku kreatif, menurut Sharp. C (2004), guru harus secara sengaja melakukan pembelajaran dengan memberikan tugas-tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar [banyak/semua jawaban benar], menekankan pada proses bukan hanya hasil, memberanikan peserta didik untuk mencoba, untuk menentukan sendiri yang kurang jelas/lengkap informasinya, untuk memiliki interpretasi sendiri terkait dengan pengetahuan atau kejadian yang diamatinya.

3. Mengedepankan proses scientific approach mengamati, menanya, menalar, menyimpulkan sampai memutuskan sehingga peserta didik sejak kecil sudah terlatih dalam berpikir tingkat tinggi yang nantinya diperlukan untuk pengambilan keputusan;

4. Pembelajaran dilaksanakan dengan mengintekrasi 4 komponen hasil belajar dalam Kurikulum 2013, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, keterampilan, dan pengetahuan.

5. Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menalar, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta;

6. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat;

7. Guru bukan satu-satunya sumber belajar;

8. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan;

9. Tematik dan terpadu.

Pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan metode discovery, metode pembelajaran yang menekankan pola dasar: melakukan pengamatan, menginferensi, dan mengomunikasikan/menyajikan. Pola dasar ini dapat dirinci dengan melakukan pengamatan lanjutan (mengumpulkan data), menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di dalam pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

Implementasi penerapan kurikulum 2013 yang merupakan perubahan dari kurikulum berbasis kompetensi dan tingkat satuan pendidikan guru selaku pelaksana program harus melakukan penyesuaian dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga tidak sedikit dari para guru tersebut mengalami kesulitan ataupun ketidak pahaman terhadap penerapan kurikulum 2013 khususnya dalam penerapan proses pembelajaran IPA di kelas atas sekolah dasar.

Guru IPA yang baik adalah: 1. Menguasai bahan, terutama konsep-konsep yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru harus dapat mengembangkan diri dan mengikuti perkembangan IPA yang terjadi. 2. Bersikap kreatif dan aktif. Guru diharapkan selalu mengembangkan kreativitas secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga situasi belajar tidak membosankan dan monoton. 3. Rajin belajar dan dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik.

Peran guru dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) menggunakan kurikulum 2013 adalah memberikan tugas menantang berupa permasalahan yang harus dipecahkan peserta didik. Pada saat tugas itu diberikan, peserta didik belum menguasai cara pemecahannya, namun dengan berdiskusi dengan temannya dan bantuan guru, tugas tersebut dapat diselesaikan. Dengan menyelesaikan tugas tersebut, kemampuankemampuan dasar untuk menyelesaikan tugas itu akan dikuasai peserta didik.

Guru IPA harus memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi dari berbagai bentuk kerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu, guru memberikan sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, selanjutnya peserta didik mengambil alih tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah dapat melakukannya. Guru memberikan bantuandalam proses pembelajaran dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apapun yang lain yang memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri,tetapi bantuan tersebut tidak bersifat memberitahu secara langsung tetapi mendorong peserta didik untuk mencari tahu.

Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Guru IPA harus mampu memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif atau kolaboratif sehingga peserta didik mampu bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan masalah tanpa takut salah. Media dan sumber belajar lainnya digunakan guru untuk memberi bantuan peserta didik melakukan eksplorasi dalam bentuk mengamati (observing), menghubung-hubungkan fenomena (associating), menanya atau merumuskan masalah (questioning), dan melakukan percobaan (experimenting) atau pengamatan.

kendala dalam pembelajaran IPA SD khususnya kelas tinggi adalah pada buku guru maupun buku siswa. Beberapa guru menyebutkan KD di buku guru dan buku siswa tidak sinkron. Kesesuaian materi di dalam buku guru dan buku siswa juga menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SD, karena guru dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan buku siswa. Hal itu membutuhkan kreatifitas dari guru untuk bisa menyesuaikan sehingga mempermudah dalam penyampaian materi, sehingga guru memerlukan buku-buku yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Guru diharapkan mempunyai buku pendamping selain buku yang berasal dari pemerintah.

Kesimpulan

1.pembelajaran sains di Sekolah Dasar harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas.

2. Guru diharapkan selalu mengembangkan kreativitas secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga situasi belajar tidak membosankan dan monoton. 3. Kendala yang dihadapi guru tentang ketidaksesuaian materi di dalam buku guru dan buku siswa sehingga guru harus menyesuaikan dengan buku siswa, fasilitas dalam pembelajaran dan penilaian.

Daftar Pustaka

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131477166/pendidikan/PENDIDIKAN+IPA+SD.pdf

Pembelajaran-sains-di-sekolah-dasar-berb.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131477166/pendidikan/PENDIDIKAN+IPA+SD.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/173786-ID-analisis-pembelajaran-ipa-berbasis-konte.pdf

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/30645/mod_resource/content/7/TOPIK%20I%20kurikulum%20rev.pdf

http://lib.um.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PelaksanaanPembelajaran-IPA-.pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image