INI YANG BIKIN KITA BETAH BELANJA KE SWALAYAN
Kuliner | 2022-04-16 14:10:51"Berbelanja keperluan dapur di pasar tradisional, membuat kita menjadi pribadi yang tangkas, efisien dan gak tau kenapa timbul naluri rasional."
Bawaannya mau nawaaar...aja. Padahal cuma dikasih turun harga seribu rupiah oleh abang sayurnya, tapi rasanya sudah prestasi banget.
Lalu kenapa jadi beda sewaktu kita ke pasar swalayan ??
Di pasar swalayan, kita dibuat menjadi pribadi yang tenang & damai (damai dengan harga maksudnya). Kita juga asyik betah berlama-lama menatapi deretan produk yang sebenarnya kita sendiri tahu itu gak terlalu penting untuk dibeli.
Baiklah...dari tujuh penyebab kita betah berlama-lama belanja dapur di pasar swalayan, hari ini kita fokus ke nomor urut 1 yaitu; "SENI PENATAAN CAHAYA".
"Apa hubungannya ?"
*Ada.
Begini ceritanya... semburat cahaya yang dihasilkan oleh lampu, secara sederhana dapat dikelompokan menjadi dua; yaitu Tungsten dan Daylight.
Ciri: Ciri lampu tungsten berwarna putih kekuningan hingga kemerahan. Sedangkan daylight berwarna putih terang hingga kebiruan.
Temperatur Cahaya: Cahaya memiliki temperatur. Gampangnya, jenis cahaya putih kekuningan masuk ke kelompok temperatur WARNA HANGAT (warm white) ...dan putih kebiruan masuk ke kelompok WARNA DINGIN (cool daylight)
Hubungan cahaya & emosi: Cahaya memancarkan spektrum warna. Inilah yang menyebabkan kenapa kalau belanja di Toko Mart biasa, kita akan cepat-cepat saja ambil barangnya, terus antri ke kasir.
Dibandingkan dengan Swalayan premium, kebanyakan Toko Mart biasa menggunakan konsep tata cahaya Daylight atau putih kebiruan. Nah, efek penggunaan warna cahaya jenis ini memengaruhi mood belanja kita.
*Kok bisa, mak ?
Tepatnya giniii...saat kita berada di suatu tempat, sebenarnya mata kita sedang menerima pancaran 'gelombang cahaya' yang ada di tempat tersebut. Kemudian gelombang cahaya ini akan diubah menjadi impuls elektrik yang dikirimkan ke hipotalamus; satu bagian di otak manusia yang mengatur kerja hormon dan sistem endoktrin. Setelah melalui proses ini, tubuh kita pun akan beradaptasi dengan gelombang dari warna tersebut.
Arti Warna: Dalam buku berjudul 'Color in Interior Design' yang ditulis John Pile, menyebutkan bahwa penggunaan warna merupakan fokus utama dalam mendesain. Setiap warna juga memiliki potensi yang memberikan efek positif serta negatif pada seseorang.
Penggunaan warna berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang yang akan memengaruhi tubuh, pikiran, emosi dan keseimbangan ketiganya pada diri manusia. Setiap warna memiliki karakter yang berbeda dan dapat memengaruhi suasana hati.
Oleh sebab itu, sebaiknya pertimbangkan dengan baik penggunaan warna yang tepat pada suatu ruangan dan mengonsultasikannya terlebih dahulu dengan Desainer Interior (sumber literatur: interiordesign.id).
Penggunaan warna kekuningan akan menimbulkan kesan hangat, bersahabat, serta kreatif. Sedangkan nuansa putih kebiruan sering diasosiakan dengan langit, kutub es, dan lautan. Hal ini memiliki makna yang menenangkan, kebersihan, dan menyegarkan. Penggunaan warna ini mampu meningkatkan daya konsentrasi seseorang.
STUDI KASUS:
Gimana kalau kiita coba bedah Swalayan GELAEL, yang sukses melewati cobaan pahitnya bisnis swalayan di era pandemi kemarin ? (Maaf sebelumnya, pemilihan swalayan Gelael, bukan sponsor artikel ini, tapi karena simpati kami pada swalayan legendaris sejak tahun 1979 dan perusahaan ini selalu menjaga wasiat almarhum pendirinya yang berbunyi; "Perhatikan karyawan yang jujur, karena berbuat jujur itu sulit, dan jangan kamu tamak dalam berbisnis !").
"Oke, lanjuttt.."
Saat pandemi kemarin ini, usaha swalayan Gelael sempat terengah-engah juga. Banyak pekerjanya yang beruntung karena tidak tutup. Sedangkan raksasa swalayan sejenis seperti Giant dan Golden Truly, qodarullah tidak lagi beroperasi (kami do'akan semoga para mantan karyawannya mendapat ganti pekerjaan yang lebih sempurna dari Allah SWT. Aamiin)
Kondisi pandemi, memaksa manajemen Gelael untuk berinovasi ditengah persaingan swalayan sejenisnya. Semua tentu menawarkan kesegaran pada tatanan display-nya. Namun, Gelael harus ekstra kreatif menawarkan keunikan bagi pelanggannya jika tidak ingin ikutan tutup.
Berbekal citra swalayan legendaris, akhirnya Gelael menata ulang konsep interior, tata letak display, tata cahaya, color branding, tata suara, dll. Semuanya mengarah kepada satu nilai, yaitu "HANGATNYA PERSAHABATAN."
"Bagaimana nilai "Hangatnya Persahabatan" diimplementasikan dalam wajah baru swalayan Gelael ?"
Salah satu yang admin perhatikan adalah pada ruang produk food dan non food. Gelael menggunakan konsep pencahayaan warm white. Konsep ini berhasil menghadirkan nuansa rileks dan nyaman dalam berbelanja. Hati kita menjadi tenteram & damai (damai dengan harga produknya).
Sedangkan penggunaan cahaya daylight, pihak manajemen hanya memasangnya pada area yang mengesankan kesegaran alam, yaitu area sayur-sayuran dan ikan (bisa dilihat pada dokumentasi foto terlampir).
Kira-kira begitu analisanya. Terima kasih telah membaca sampai bawah.
Semoga bermanfaat bagi sahabat Retizen yaa...
---------------------
Closing:
"Dapoer Zam Zam, nanya dong ?"
*Iya, silakan.
Di toko mart yang kecil-kecil, kebanyakan menggunakan pencahayaan daylight, berarti apa betul pemilik mart tidak ingin konsumen berlama-lama berbelanja ?? Apa betul karena pemilik toko mengutamakan rotasi kuantitas dan frekwensi konsumen dibandingkan faktor kenyamanan dan keteduhan mata saat berbelanja ???
*Kamu sudah cerdas !
"Tanya lagi, dong ?"
*Iya, silakan.
Berarti ada kesamaan antara Konsep Tata Cahaya Warteg Modern dan Toko Berlian !
*Hloh, Kok bisa ??
Ya, keduanya sama-sama menggunakan semburat cahaya daylight ! Yang Pengusaha Warteg ingin memunculkan kesegaran tampilan berbagai jenis masakannya, sedangkan Toko Berlian ingin memunculkan kilau warna asli koleksi berliannya.
*Ya betul, terusss ?
Terus, keduanya sama-sama tidak mengharapkan pembeli berlama-lama memanjakan mood-nya. "Segera putuskan mau berlian yang mana dan bayar !!" Hehe..
*Ohh......(tragis)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.