Kesombongan Awal dari Ekstremisme
Politik | 2021-04-28 14:46:29Beberapa waktu lalu,kita melihat seorang seleb tiktokmemamerkan kesombongannya dengan menunjukkan barang berharga sertamemperlihatkan mereka sedang makan di salah satu restoran ternama.
Mereka mengunggah video tersebut dengan kata-kata yang cukup menyakitkan, mereka menyindirsebagian orang yang tidak mampu nongkrong seperti mereka di Mall mewah.Dalam waktu singkat, akun instagram si seleb tiktok tersebut penuh denganmakian dari netizen.
Bukannya kapok, ia malah merasa paling benar danmengunggah kembali video kontroversial dan kembali diserang netizen. Setelahditelusuri lebih dalam, si seleb tersebut memang sengaja membuat konten-kontenkontroversial tentang kekayaan yang ia miliki untuk kepentingan viewerssemata.
Sebetulnya, orang-orang sombong seperti seleb tiktok di atassangat lah banyak, bahkan mereka sengaja memamerkan kekayaan untukmembuat riuh suasana. Dengan perasaan paling benar mereka menghujat orangyang tidak mampu, dan tentu ini membuat respons masyarakat menjadi tidakpeduli, marah, bahkan bisa menimbulkan keributan.
Tidak jarang, sifat-sifat sombong dan merasa paling benardapat menyebabkan gesekan antar masyarakat, seperti tawuran, twitwar,dan juga keributan lainnya. Tujuan sebetulnya hanya satu, yaitu untukeksistensi orang-orang sombong tersebut.
***
Sifat sombong dan rasa paling benar jika dipelihara tentu akan berdampak buruk.Perlahan, tentu akan melahirkan sikap ekstremisme karena disebabkan kesombonganyang membuat menutup mata terhadap orang lain. Apalagi jika menemukan orangatau kelompok yang tidak sepaham, pasti lah akan muncul minimal celaanbagi orang yang berbeda.
Jika terus dibiarkan, nantinya akan berdampak pada munculnyaperbedaan sikap politik dan memandang mereka yang tidak sejalan adalah orangyang salah. Lalu, akhirnya muncul upaya-upaya merebut kekuasaan dengan carayang melanggar hukum. Dan akibatnya berujung pada keributan dan juga salingtuduh menuduh.
Tentu, kita semua tidak ingin keributan terjadi. Apalagi jikasampai terjadi perpecahan yang menimbulkan banyak korban yang tidak berdosa.Beberapa kejadian perpecahan di masa lampau terjadi karena sikap sombong danmerasa paling benar.
Jika tidak percaya, silakan kita cari bersama kasus-kasusperpecahan di berbagai negara. Tentu karena tidak adanya sikap toleransi dantingginya ego serta kesombongan sehingga mereka mempertahankan pemikiran merekatanpa mempertimbangkan pemikiran yang lain. Jika sudah terjadi perpecahan yangmenimbulkan korban, kesombongan tersebut sudah menjadi sikap ekstrem.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh salah satu narasumber diskusikelompok pengendalian intoleransi antar pelajar yang dilaksanakan oleh BPIP dandihadiri oleh IPNU, IPPNU serta IPM. Ekstemisme, Intoleransi sebetulnya hadirdari hal kecil yaitu kesombongan Kurang lebih seperti itu ungkapan salah satunarasumber.
Jika kita terus disuguhkan terhadap fenomena-fenomenakesombongan di media sosial ini akan berdampak kepada generasi muda, apalagijika di lingkungan mereka juga diajarkan menyalahkan satu kelompok tanpamembuka pikiran yang luas, saya khawatir, kesombongan tersebut bisa melahirkansikap ekstrem di kalangan generasi muda.
***
Saya, sebagai generasi muda pastinya sangat bisa terpaparsikap ekstremisme, bukan hanya saya, semua orang bisa saja terpapar sikapini. Jika saya boleh mengutip Pak Ahmadyang merupakan salah satu narasumber diskusi yang saya ikuti, VirusEkstremisme bisa terpapar pada siapapun.
Penyebabnya ada banyak, contohnya bisa dari lingkungan, lalubisa dari pendidikan dan satu lagi bisa juga dari media sosial. Semua memilikipengaruh yang serius terhadap pembentukan karakter seseorang, apalagi mediasosial, bisa sangat berpengaruh kepada generasi muda.
Sebelum bibit ekstremisme muncul akibat dari kesombonganyang ditampilkan di media sosial, saya kira harus ada langkah pencegahan agarmasyarakat khususnya generasi muda bisa terhindar dari sikap ekstremisme. Jikasudah bermunculan sikap ekstremisme di media sosial, bisa jadi ini akan menjadisebuah sekte baru ekstremisme yaitu ekstremisme digital.
Pencegahan ini harus diawali pada sasaran generasi muda.Alasannya karena saat ini generasi muda baik dari generasi Y dan Z merupakanpopulasi terbanyak di Indonesia, ini akibat dari bonus demografi yang sedangdialami oleh Indonesia.
Langkah awalnya, bisa begini, kita bisa menyebarkankonten-konten kebaikan di media sosial. Konten yang tidak ada unsur kesombongandan merasa paling benar. Ini juga bisa dilakukan oleh orang tua dan tenagapendidik. Karena sejatinya dari sudut pandang agama dan sosial sikap sombongadalah sikap yang tidak bisa dibenarkan.
Selanjutnya, mungkin saja, harus dibuat film yangmenceritakan kisah yang menarik, berisi kebucinan dan juga nilai-nilaitoleransi, pandangan terbuka, saling menghargai, saling memahami dan dikemasmenjadi film yang hebat seperti beberapa film yang viral saat ini.
Lalu, sesama generasi muda harus membentuk suatu komunitasperdamaian. Kita bisa mencontoh peacegen milik Irfan amali, yaitu komunitasyang bergerak dalam isu dan kampanye perdamaian bagi seluruh manusia.
Sebetulnya, masih banyak cara lain agar kita generasi mudabisa terhindar dari sikap ekstremisme. Minimal satu, harus menghilangkan sikapsombong dan harus selalu rendah hati. Dan tentu jika kita sudah menguasainya,kita bisa mengajak teman, keluarga kita untuk tetap bersikap rendah hati danmenyebarkan perdamaian.
Salam Damai.
Fathin Robbani Sukmana, Penulis danPemerhati Sosial
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.