Kualitas Pendidikan Anak di Tengah Derasnya Pandemi
Info Terkini | 2021-04-27 20:49:12Seberapa jauh pendidikan yang diterima anak yang terpaksa belajar secara daring selama pandemi mejadi bagian dari keseharian orang tua sampai saat ini.
Banyak orang tua yang mengeluh tak puas dengan kondisi dan cara belajar daring yang diberikan guru dan sekolah di masa pandemi COVID-19. Namun, sebagian yang lain mengaku tak ingin memberikan beban berlebihan kepada anak saat ini.
Anak-anak sudah depresi dengan keadaan dibatasi gerakannya, hingga tak boleh datang ke sekolah secara fisik. Itu sudah cukup mendatangkan rasa frustasi tersendiri bagi anak. Mau tidak mau mereka terpaksa belajar ditengah keterbatasan secara daring dan hampir dipastikan tak bisa seoptimal mendapatkan materi belajar dibandingkan hari-hari biasa.
Alasan keamanan dan kesehatan menjadi faktor utama yang menyebabkan sebagian besar anak-anak di Indonesia masih harus bertahan belajar daring sampai saat ini. Terlebih saat ini sudah masuk desa sehingga peningkatan angka pasien yang terjangkit COVID-19 semakin meningkat.
Oleh karena itu, ditengah pandemi COVID-19 tampaknya bukan waktu yang ideal untuk mempertanyakan kualitas materi pendidikan yang diterimaanak dari guru dan sekolahnya. Sebab tidak layak menuntut sesuatu yang ideal ditengah keterbatasan yang jauh dari kata ideal untuk mencapainya.
Seorang psikolog mengatakan orang tua harus belajar menanamkan dalam diri bahwa belajar dari rumah secara daring ini bukan hanya tenttang memenuhi tuntutan sekolah atau akademik tetapi kesempatan berharga untuk membentuk kemandirian belajar anak. Ia menyarankan orang tua agar tetap menanamkan kebahagiaan dan mengajak anak membuat jadwal rutinitas harian yang konsisten dan fleksibel. yang penting untuk mengatur waktu yang cukup untuk bersenang-senang, berolahraga, dan bersosialisasi. Membentuk kebiasaan belajar mandiri seperti meletakkan jadwal belajar atau rencana pembelajaran di tempat yang terlihat agar mudah diikutinya, katanya.
Berbagai car telah ditempuh untuk menemukan jalan terbaik dalam upaya meningkatkan mutu dan prestasi anak ditengah pandemi. Faktanya memang dunia pendidikan dihadapkan masa-masa sulit sejak awal pandemi COVID-19 merebak di tanah air. Pemerintah pun sejatinya telah menyusun strategi semaksimal mungkin agar proses belajar mengajar tidak terganggu bahkan tetap bisa maksimal meskipun dilakukan secara daring.
Hingga saat ini sudah lebih dari satu tahun kegiatan belajar mengajar (KBM) dialkuakn secara daring dengan segala keterbatasan baik yang dirasakan siswa maupun para pengajar dan guru dalam mengikuti belajar di rumah.
Manfaat yang dirasakan saat kondidi pandemi yaitu peran aktif orang tua dalam proses BDR serta meningkatkan komunikasi baik antara pihak orang tua dengan sekolah ( guru mata pelajaran dan wali murid), anak juga lebih terkontrol lagi dalam belajarnya.
Memasuki semester genap sudah ada sebagian sekolah yang menerapkan pembelajaran secara langsung atau dikenal dengan konsultasi terprogram yang dilakukan siswa. Walaupun dengan waktu yang sangat terbatas.
Dengan kondisi seperti ini orang tua sudah sedikit lega ,mereka tidak pusing lagi mengatasi anaknya ketika harus dirumah sehari-harinya, karena anak lebih percaya dengan apa yang disampaikan guru daripada orangtuanya sendiri. Upaya mempertahankan mutu atau kualitas pendidikan selayaknya bukan semata tanggung jawab sekoalh atau guru. Dan bukan semata tuntutan satu arah dari orang tua ke guru.
Sebab orangtua bukan sekedar berkewajiban membayar SPP melainkan bersinergi menciptakan iklim belajar yang mendukung mutu pendidikan bukan hanya di sekolah tapi juga di rumah. Itu karena pendidikan bagi anak bukan semata tanggung jawab guru melainkan semua pihak.
Semoga sistem pendidikan segera kembali normal seperti dulu lagi. Sehingga anak-anak dan guru juga nyaman dalam proses belajar mengajar. Anak-anak juga mendapatkan pengalaman belajar secar langsung tidak terbatas oleh media dan lainnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.