Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Badruddin

Gunung Susuru, Napak Tilas Kerajaan Kawali di atas Bukit Ciamis

Wisata | Tuesday, 27 Apr 2021, 00:03 WIB

Situs Gunung Susuru terletak di Kampung Bunder, Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan menyimpan sejarah yang sangat penting bagi dua daerah, yaitu kabupaten Ciamis dan Kota Banjar. Dengan luas 7 Ha yang dikelilingi oleh 2 sungai di bawahnya, yaitu sungai Cimuntur dan Cileueur. Situs ini merupakan tinggalan punden berundak dari masa kerajaan Hindu (masa klasik ) dan juga di sana terletak 3 buah goa yang mempesona mata dan juga 1 buah sumur dan ada juga peninggalan lainnya seperti manik-manik dan juga keramik.

Situs ini merupakan patilasan dari kerajaan Galuh Kertabumi yang didirikan oleh Putri Tanduran Ageung, putri Raja Galuh Salawe yang bernama Sanghyang Cipta. Beliau menikah dengan Rangga Permana, keponakan Prabu Geusan Ulun, penguasa Kerajaan Sumedang Larang. Wilayah ini adalah sebagai hadiah pernikahan dari sang ayah. Karena berada di pinggir sungai Cimuntur, Rangga Permana, kemudian dikenal sebagai Prabu Di Muntur pada saat dilantik sebagai raja di tahun 1585 M. Beliau memerintah Kertabumi sampai tahun 1602 M yang kemudian digantikan oleh putranya bernama Sang Raja Cita.

Situs Gunung Susuru dibatasi oleh Sungai Cileueur di sebelah Selatan, Cungai Cimuntur di sebelah Utara, Patimuan di sebelah Timur dan benteng kuno di sebelah Barat. Patimuan adalah daerah pertemuan dua sungai Cimuntur dan Cileueur. Sedangkan benteng kuno, membentang melintasi desa dari sisi Cimuntur ke sisi Cileueur sepanjang kurang lebih 2 Km. Benteng kuno tersebut terbuat dari susunan batu setinggi 1 meter. Namun sayang, kondisinya kini tidak utuh lagi. Masyarakat yang membangun pemukiman di alurnya memanfaatkan batu untuk pembangunan rumah. Sebagian lagi digunakan pembuatan jalan aspal. Namun di beberapa tempat, pondasi maupun strukturnya masih dapat dilihat walau kurang jelas.

Disebut Gunung Susuru karena di bukit tersebut banyak tumbuh kembang Susuru, yaitu sejenis kaktus yang hanya bisa tumbuh di sana. Konon, Susuru merupakan tumbuhan yang menghiasi taman keraton Galuh Kertabumi atau dipergunakan juga tanaman pagar keraton. Sayang, saat ini tanaman tersebut sudah punah. Pada tahun 60-an, masyarakat menggarap bukit tersebut dan menggantikannya dengan jagung. Namun, itu hanya bertahan 15 tahun. Setelah itu, jagung tidak lagi tumbuh subur, perlahan Gunung Susuru ditinggalkan oleh masyarakat dalam keadaan gersang.

Saat dilakukan pengolahan oleh masyarakat tersebut, banyak ditemukan benda kuno, baik yang berbahan tulang, batu, tanah liat, keramik, manik-manik maupun dari besi. Namun karena pemahaman masyarakat tentang nilai sejarah belum tumbuh, benda-benda tersebut banyak yang hilang, atau dijadikan jimat koleksi pribadi. Hanya sebagian kecil saja yang diserahkan kepada pemerintah.

Sisa-sisa temuan yang kini tersimpan diantaranya, fosil tulang dan gigi manusia, kapak batu, dua buah batu slinder, lumpang batu, batu korsi, menhir dan dolmen, batu peluru, piring dan poci keramik serta 3 buah keris dengan luk berbeda.

Selain menyimpan berbagai peninggalan dari kerajaan galuh, masyarakat Gunung Susuru juga mempunyai salah satu kebiasaan yang khas yaitu, upacara adat yang diberi nama Merlawu. Upacara adat ini dilaksanakan pada bulan Ruwah bertepatan pada pelaksanaan munggahan ( Kegiatan sebelum Memasuki bulan Ramadhan ). Kegiatan tersebut sangat tepat apabila bertepatan dengan hari-hari sebelum datangnya bulan Suci Ramadhan karena kebiasaan pada mayarakat Islam Sunda pada umumnya hari-hari sebelum datangnya bulan Ramadhan atau yang biasanya disebut dengan munggahan merupakan waktu yang sering dipakai untuk berkumpul dengan keluarga, kerabat, dan teman.

Prosesi Upacara Adat Merlawu yang sekarang terbagi ke dalam 3 (tiga) kegiatan inti yaitu yang pertama berziarah ke makam Prabu Dimuntur dan leluhur Desa Kertabumi yang dimakamkan disana, yang kedua yaitu beber sejarah untuk mengingat kembali sejarah Desa kertabumi khususnya pada masa Kerajaan Galuh Kertabumi dan yang ketiga yaitu balaecrakan yaitu acara makan-makan bersama sambil menikmati pemandangan di wilayah Situs Kertabumi dan menikmati hiburan yang disediakan oleh warga Desa Kertabumi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image