Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khansa Salsabila

Rapor Pembelajaran Daring di Indonesia

Eduaksi | Monday, 26 Apr 2021, 13:14 WIB

Kemunculan virus Corona membuat heboh seisi dunia, termasuk Indonesia. Virus yang mudah menyebar ini memaksakan seluruh dunia untuk tetap berjaga jarak dari kerumunan. Dampak yang ditimbulkan membuat sekolah-sekolah ditutup dan mengharuskan para pelajar dan pengajar berkegiatan belajar mengajar secara daring.

Keputusan pembelajaran daring dimuat dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (COVID-19) dengan tujuan memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama pandemi berlangsung di Indonesia.

Selama pembelajaran daring mulai ditetapkan di awal Maret 2020, para penggerak di bidang pendidikan termasuk pelajar terlibat situasi rumit, yakni adaptasi selama pembelajaran. Permasalahan dimulai karena gagapnya teknologi yang dikuasai baik dari pengajar maupun sang pendidik. Hampir satu tahun seluruh pelajar di Indonesia telah melewati pembelajaran daring. Sebagaimana sekolah, harusnya Indonesia sudah memiliki bahan rekapan seperti rapor sebagai evaluasi pembelajaran daring ini. Lalu, bagaimana rapor yang dihasilkan selama pandemi di Indonesia?

Subjek pertama dan utama yang menjadi bahan penilaian rapor pembelajaran daring adalah teknologi. Dikutip dari laman Republika tahun 2018, ternyata hanya sekitar 40 persen guru nonteknologi yang siap memanfaatkan teknologi. Hal ini telah disurvei oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan. (Kapustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari data tersebut, penerapan pembelajaran daring di Indonesia tercermin dengan beberapa permasalahan, seperti kurangnya informasi dari pengajar terkait pemanfaatan teknologi, kurangnya literasi digital yang menjadikan gagapnya dalam setiap pembelajaran digital, juga perlambatan akses pembelajaran karena terkendala jaringan.

Seiring Virus Corona yang tidak kunjung surut, rapor pembelajaran daring di Indonesia melaju ke garis merah karena permasalahan lain yang muncul, kali ini terkait psikologis pada pelajar. Pembelajaran daring ternyata menjadikan para pelajar mengalami depresi, kurangnya pemahaman mengenai teknologi mengakibatkan berdampak buruk pada nilai pelajaran. Banyaknya tugas dan kurangnya interaksi dengan teman-temannya menambah tingkatan depresi tersebut. Hal itu diperkuat oleh survei yang diadakan oleh Ikatan Psikolog Klinis (IPK), hasil survei menujukkan bahwa sebanyak 27,2 persen remaja dan anak-anak mengalami masalah psikologis yang disebabkan hambatan belajar selama pembelajaran daring. Hingga, munculnya kabar kasus bunuh diri menggunakan racun dari seorang siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan yang diduga mengalami depresi karena menghadapi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Subjek tambahan yang memengaruhi nilai rapor pembelajaran daring di Indonesia adalah orang tua. Orang tua merupakan sarana penting sebagai jembatan anak-anaknya dalam proses pembelajaran karena pengawasan belajar daring ini berlokasi di rumah, mereka memiliki peranan penting untuk mendampingi dan mengawasi anak-anak. Orang tua harus memastikan segala penunjang proses anak belajar aman dengan bantuan pemberian semangat pada anak, aktif berkomunikasi dengan pengajar, dan seharusnya orang tua juga belajar untuk menjadi pengajar yang baik. Namun dari data yang didapat, peran orang tua sebagai pembantu proses belajar daring belum terealisasikan secara maksimal, itu disebabkan karena beberapa dari para orang tua harus bekerja di luar rumah. Adapun yang memang tetap berkegiatan di rumah tidak paham atas sistem belajar daring ini, alhasil para orang tua sering mengeluh kepada para guru.

Melihat segala permasalahan yang ada, pemerintah berinisiatif membuat beberapa kebijakan untuk memaksimalkan proses pembelajaran daring, salah satunya dengan bantuan subsidi kuota bagi para pelajar dan pengajar. Peningkatan aplikasi Rumah Belajar serta pemanfaatan program edukasi di TVRI digarap pemerintah untuk menujuang pembelajaran jarak jauh. Pemerintah juga mengadakan program khusus yang diadakan untuk mahasiswa dengan Kampus Mengajar. Program ini juga diinisiasikan untuk membantu pembelajaran daring bagi para siswa SD. Melalui kebijakan-kebijakan pemerintah, setidaknya rapor pembelajaran daring di Indonesia tidak terlalu merosot ke garis merah dan menjadi ajang evaluasi perbaikan.

Perbaikan hasil rapor pembelajaran daring di Indonesia juga disebabkan oleh pemanfaatan teknologi selama PJJ, hal ini terbukti melaui data-data yang diungkapkan oleh platform belajar digital yang ada di Indonesia, seperti Ruang Guru, Zenius, dan Quipper. Sejak PJJ diberlakukan selama seminggu, lonjakan layanan penggunaan Quipper meningkat sebanyak 30 kali lipat, hal ini dikatakan oleh Business Development Manager Quipper Indonesia, Ruth Ayu Hapsari. Berbeda dengan Quipper, Ruang Guru ternyata mencatat 1 juta lebih pengguna yang memanfaatkan aplikasi ini setiap harinya sejak PJJ diberlakukakan. Kenaikan platform belajar ini disebabkan dengan adanya program gratis dan adanya unsur ketertarikan para pelajar untuk belajar lebih dalam dengan akses yang mudah serta menarik.

Peningkatan pemanfaatan teknologi juga terasa dampaknya karena para pengajar, baik dosen maupun guru terus meningkatkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran. Beberapa dari mahasiswa juga terus berlomba-lomba mengembangkan inovasi selama pandemi, salah satunya oleh Universitas Hasanudin, produktivitas selama pandemi membuat peningkatan publikasi yang terindeks scopus mencapai 5.039 artikel per 26 Juni 2020.

Survei yang diambil oleh UNESCO pada bulan Mei-Juni 2020 menjadi salah satu cerminan dari rapor pembelajaran daring di Indonesia. UNESCO menyurvei tentang pembelajaran daring dengan menggunakan kanal U-Report yang terdiri dari SMS, WhatsApp, dan Facebook Messenger yang mendapat lebih dari 4.000 tanggapan dari siswa di 34 provinsi. Hasil survei menujukkan 66 persen siswa tidak nyaman bersekolah di rumah dan sebanyak 87 persen para siswa menginginkan kembali bersekolah. Dampak dari ketidaknyamanan ini seiring dengan keefektifan proses belajar daring dan ketidakmampuan siswa menangkap pelajaran disebabkan oleh proses adaptasi yang membuat daya pikirnya terhambat. Hasilnya, kasus nilai turun pada pelajar seketika menjadi persoalan yang memanas.

Tekanan pandemi telah menuntut banyak permasalahan di bidang pendidikan, namun berbagai kalangan terus berusaha mengembangkan inovasi dan kreatifitas yang terbaik untuk meningkatkan hasil rapor selama PJJ. Selama kurang dari setahun ini, tingkat keefektifan pembelajaran daring di Indonesia terlihat oleh berbagai permasalahan dan solusi yang ditempuh atas inisiatif dari segala bidang pengampu. Penambah nilai yang tak kalah penting adalah disiplin, itu merupakan kunci bagi semua pihak agar pemanfaatan terbaru teknologi dan kebijakan-kebijakan untuk proses belajar daring dapat terealisasikan secara menyeluruh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image