Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wahyudin Rahman

Golf dalam Milenial, Pandemi dan Perspektif Islam

Olahraga | Thursday, 22 Apr 2021, 23:14 WIB
Golfer Syariah

Baru-baru ini pegolf asal Jepang Hideki Matsuyama, mencatat sejarah dengan memenangkan Masters Golf Tournament di Augusta National Golf Course. Matsuyama adalah milenial sekaligus orang Asia kedua setelah Y.E Yang dari Korea Selatan yang memenangkan PGA Championship 12 tahun silam. Sekarang gelar master bukan hanya milik para Baby Boomers dan Gen-X tapi juga milenial.

Milenial sempat di isukan akan membunuh olahraga golf secara perlahan. Menurut National Golf Foundation bahwa partisipasi pemain golf di Amerika Serikat (AS) turun 1,2 persen pada 2016, dan angka ini terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2016 pemain golf aktif tercatat tersisa hanya 23,8 juta orang, turun 1,2 persen dari tahun sebelumnya. Tingkat partisipasi pemain berusia 18 hingga 34 tahun juga anjlok hingga 30 persen selama dua dekade terakhir.

Di Indonesia tingkat partisipasi milenial dalam golf meningkat drastis. Terbukti Driving Range sampai saat ini selalu penuh dan mengantri. Penulis melakukan wawancara dengan salah satu karyawan Golf Driving Range di FelFest UI bahwa ada peningkatan drastis peminat golf di tempatnya sebesar 350 persen perhari dan tertinggi di weekend sebesar 550 persen terutama dari kalangan milenial. Peningkatan juga terlihat dari Driving Range hampir seluruh Indonesia berdasarkan laporan berbagai platform media sosial golf.

Ternyata gejala diatas bukan hanya terjadi di Indonesia, peningkatan peminat golf di kalangan milenial secara signifikan ini menjadi trend di dunia. Sepertiga dari semua pegolf di A.S. sekarang adalah milenial. Kini golf tidak lagi dicitrakan sebagai olahraga orang tua. Rory Mcilroy membuktikan stereotip bahwa golf merupakan olahraga untuk segmen masyarakat yang lebih tua adalah keliru.

Ibarat gayung bersambut, seiring peran digitalisasi dan kampanye yang dilakukan oleh PGI serta berbagai platform media sosial seperti maingolfyukdan lainnya termasuk selebgram dan artis-artis Indonesia yang makin mendadak golf. Sehingga olahraga golf semakin popular diminati milenial.

Efek Pandemi Covid 19

Pandemi banyak menimbulkan trend berolahraga guna menjaga imun tubuh agar menjadi lebih kebal terhadap Covid 19. Pertengahan tahun 2020 lalu kita menyaksikan olahraga bersepeda booming setelah adanya karantina wilayah terlihat dari banyaknya pesepeda dan penjualan sepeda yang tumbuh drastis. Lain lagi dengan olahraga Golf, trend baru meningkat tajam pada akhir tahun 2020.

Padahal olahraga golf terkenal karena merupakan olahraga eksklusif untuk kaum papan atas. Dari fungsinya Golf bukan sekedar olahraga biasa yang menyalurkan hobby namun juga sebagai ajang bisnis untuk lobbying.

Kondisi menjadi menarik karena jelas karakter kedua olahraga tersebut bagai langit dan bumi. Olahraga bersepeda membutuhkan peralatan yang ringan dan dapat langsung berolahraga sedangkan olahraga golf membutuhkan peralatan yang tidak cukup murah dan perlu waktu latihan yang tidak cepat untuk turun ke lapangan golf. Kesamaannya yang membuat meningkat adalah tidak adanya sentuhan antar pemain dan adanya jarak antar pemain. Berkurangnya sarana olahraga untuk aktivitas diluar ruangan, pandemi telah memberikan kesempatan bagi golf untuk menarik peserta baru.

Perspektif Islam

Olahraga Golf tentunya banyak bermanfaat dalam kesehatan dan filosofi kehidupan. Sebuah temuan di tahun 2016 yang dimuat ke dalam British Journal of Sports Medicine menyimpulkan, dokter maupun para ahli perlu mendorong lebih banyak orang untuk bermain golf. Sebab, golf memiliki kaitan dengan peningkatan kesehatan fisik dan kesejahteraan mental, dan berkontribusi terhadap peningkatan harapan hidup.

Namun dalam suatu pertandingan olahraga golf sampai saat ini banyak diselewengkan ke arah perjudian, fraud dan perselingkuhan. Unsur golf yang semula murni olahraga dan banyak manfaat terhadap kesehatan menjadi olahraga yang dianggap haram.

Ada beberapa hal yang menyebabkan haramnya pertandingan olahraga Golf. Pertama, fitur Hole In One (HIO) yakni memasukan bola dengan 1 pukulan. HIO tidak menjadi masalah jika tidak ditambahkan undian atau bentuk taruhan lainnya dan cenderung kearah spekulatif. Operator telah memungut biaya pendaftaran dan bahkan lebih tinggi untuk menyediakan hadiah HIO.

Ini sudah jelas adalah maisir (judi). Pemain akan untung jika mendapatkan HIO dan akan rugi jika tidak mendapatkan HIO karena sudah melakukan pembayaran yang lebih tinggi. Pengharaman judi sudah sangat jelas dan tercantum dalam QS Al-Maidah 90.

Kedua, mudah timbulnya fraud. Kecurangan dapat terjadi seperti kerjasama antar pemain dalam manipulasi score, perbaikan score, memindahkan bola dan sebagainya. Kecurangan suatu yang dilarang oleh Islam. Dalam QS Al Muthafiffin 1 disebutkan yang artinya Celakalah bagi orang-orang yang berbuat curang.

Untuk mengetahui personal seseorang, golf dapat menjadi wahana yang tepat. Menurut Komarudin Hidayat dalam bukunya spiritual Side of Golf bahwa golf sebuah alat test alternatif dalam mengetahui karakter asli seseorang dan jujur atau tidaknya.

Ketiga, perselingkuhan. Operator golf dikenal banyak menyediakan caddy wanita yang seksi dan cantik. Jika pemain tidak kuat, banyak hal-hal yang menjerumuskan pada ranah perselingkuhan bahkan perzinahan. Sudah banyak kasus perceraian akibat hal ini.

Perlu disadari, secara kondisi adalah kembali pada masing-masing diri golfer sesuai ketaqwaan pada Tuhan yang maha Esa. Mewujudkan olahraga golf sesuai fungsinya adalah kewajiban bagi setiap insan. Sebagai suatu solusi olahraga golf tetap dapat dilaksanakan dengan menghilangkan yang haram (Tafriqul Halal `Anil Haram).

Bagi penyelenggara dapat tetap mengadakan pertandingan atau turnamen dengan syarat harus menghilangkan fitur atau hadiah yang berbau judi, pengetatan pengawasan di lapangan dan pemasangan slogan anti fraud serta menghadirkan caddy yang sesuai jenis kelamin dengan pemain. Sedangkan bagi pemain harus tetap mematuhi rule dan kaidah syar`i dalam melaksanakan olahraga golf.

Harapan kedepan dapat terwujud jika olahraga golf diselenggarakan tanpa ketiga unsur tersebut. Dampak yang utama dapat menumbuhkan pemain - pemain golf professional yang berintegritas terutama pada kalangan milenial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image