Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufiq Sudjana

Guru adalah Mata-mata Kehidupan

Eduaksi | 2021-04-18 06:13:38
Ilustrasi pribadi

Seperti diketahui, pemberitaan media melansir penembakan dua orang guru di Papua ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua. Oktovianus Rayo, dan Yonatan Randen ditembak pada waktu yang berbeda. Oktovianus pada Kamis (8/4/2021) dan Yonatan pada Jumat (9/4/2021).

Oktovianus Rayo adalah guru Sekolah Dasar (SD) Inpres Beoga dan Yonatan Randen yang merupakan guru matematika Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Beoga.

Peristiwa ini sungguh memprihatinkan. Kecaman pun dilontarkan dari berbagai kalangan. Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua Christian Sohilait mengutuk keras perbuatan para KKB itu. Ia pun menitipkan pesan kepada para pelaku penembakan.

"Guru-guru yang kalian bunuh itu mau menyelamatkan anak-anak kalian (dari kebodohan)," kata Sohilait di Jayapura, seperti dilansir Kompas.com, Senin (11/4/2021).

KKB menyebar propaganda dan kabar hoaks bahwa 2 guru di Distrik Beoga yang ditembak hingga tewas merupakan mata-mata aparat.

Guru adalah Mata-mata Kehidupan

Jika KKB itu menuduh guru yang mereka tembak adalah mata-mata aparat pemerintah, maka saya tegaskan bahwa guru adalah mata-mata kehidupan.

Guru menjadi mata-mata kehidupan dengan argumen bahwa mereka adalah para pendidik bangsa. Guru adalah sosok-sosok yang berperan dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Bagaimana tidak, merekalah yang menjadi ujung tombak pendidikan di belahan dunia mana pun.

Peran guru tidak akan bisa digantikan oleh profesi lain. Bahkan ketika pandemi melanda seluruh negeri, dan pembelajaran dilaksanakan dari rumah, orang tua peserta didik di lingkungan pendidikan pertama bagi anak-anak, tidak bisa mewakili sepenuhnya peran guru di sekolah.

Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran ini tidak terlepas dari sosok para guru di berbagai tingkat pendidikan. Guru menjadi tulang punggung pendidikan bangsa. Maju dan mundurnya sebuah bangsa tentu akan diukur dari kualitas pendidikan anak bangsanya itu sendiri.

Ketika guru dituduh sebagai mata-mata aparat pemerintah, sungguh tuduhan yang picik. Jika pun mereka terlibat dalam aksi mata-mata, saya yakin tujuan mereka tidak lain untuk menjaga keutuhan bangsa.

Sebuah bangsa yang besar dengan beragam kultur, pandangan politik, agama, bahkan karakter individu menjadi tantangan semua kalangan. Tantangan ini terutama dalam hal menyatukan visi menuju bangsa yang berintegritas tinggi. Integritas bangsa kemudian mesti dipupuk melalui berbagai upaya.

Pemerintah sendiri telah menggembar-gemborkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai salah satu cara membangun budaya bangsa yang kuat. Pembangunan karakter bangsa ini tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru di sekolah. Berbagai kalangan harus terlibat. Berbagai pihak dituntut berperan bahu-membahu mewujudkan karakter bangsa yang lebih baik.

Di tengah keprihatinan degradasi moral anak bangsa, keprihatinan terhadap perilaku oknum elite politik yang menyalahgunakan wewenang, dan berbagai keprihatinan yang kita hadapi, tentu kita turut prihatin dengan peristiwa penembakan 2 orang guru oleh KKB Papua.

Semua orang pasti punya alasan dalam bertindak. Apa pun itu motifnya, landasan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan pasti ada. Ketika kekecewaan KKB terhadap Pemerintah RI masih meliputi mereka, sudah sepantasnya kita pun merenung. Perenungan untuk melakukan introspeksi berbagai kekurangan diri. Lantas, tidak cukup sampai di situ, perenungan itu memerlukan aksi nyata memperbaiki segala sesuatu kekurangan yang ada.

Jika KKB menuding guru yang mereka tembak adalah mata-mata aparat pemerintah, maka di akhir tulisan ini saya tegaskan, bahwa guru harus menjadi mata-mata kehidupan. Merekalah yang menerawang kehidupan bangsa, mempersiapkan anak bangsa untuk mewujudkan bangsa dan negara kita ke arah yang lebih baik.

Selamatkan bangsa dari disintegrasi, selamatkan generasi bangsa dari kehancuran, selamatkan para pendidik bangsa dari berbagai intimidasi, selamatkan pendidikan dari berbagai pengaruh ideologi yang akan memecah bangsa! Selamatkan bangsa dari segala jenis kebodohan!

Artikel pernah tayang di kumparan.com

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image