Berbekal Restu Orangtua dari Pesantren dan Sekolah Farmasi, kini Sukses Membangun Agensi Model
Eduaksi | 2022-04-11 21:10:37Gemerlap lampu sorot menyinari panggung diiringi ramai riuh tepuk-tangan dari para penonton. Satu-persatu wanita anggun keluar dari tirai sembari berjalan menyusuri panggung, memberikan performa terbaik mereka sebagai model.
Pakaian yang mereka kenakan tak kalah menarik, dari ujung kepala hingga ujung rambut dirancang oleh para desainer mode dari seluruh penjuru Indonesia. Make-up tebal yang dilukiskan oleh para Make-Up Artist (MUA) yang menghiasi wajah mereka, mampu menampakan karakter feminim nan segar.
Menelisik jauh ke belakang panggung, seorang gadis berumur dua puluh tahun dengan wajah manis dan hijab cerah terlihat sedang berbincang dengan belasan model yang hendak menunggu giliran untuk catwalk. Tak henti-henti terdengar ucapan suportif dan peduli yang ia gaungkan kepada para model itu.
"Semangat ya. Walau kamu masih baru, jangan ragu untuk maju!"
"Jilbabmu aku benerin dulu ya, agak tidak beraturan"
Sosok itu bernama Nurul Alda Febyanti yang sering dipanggil Alda (@feby_aldaa), seorang pemiliki agensi model wanita, NaldaF Project yang kini telah menaungi 100 talent dan 60 MUA (Make-Up Artist) meski baru seumur jagung.
Takut Darah Membawa Berkah
Berawal dari hobi foto-foto dengan teman-teman pesantren di Madrasah Tsanawiyah (setara SMP), Alda ditawari oleh kenalan rekannya untuk bergabung dengan manajemen selebgram sekitar tahun 2014.
Namun tawaran tersebut ditolak olehnya sebab kesibukan di Pondok Pesantren membuatnya harus fokus dan tidak menggunakan media sosial dalam rentang waktu yang lama.
Menjelang kelulusan SMP di Pondok Pesantren, ayah Alda memiliki keinginan agar Alda menjadi Dokter dan menyarankannya untuk masuk sekolah kesehatan. Dibayangi perasaan takut darah dan takut suntikan, Alda lebih memilih SMK peminatan Farmasi agar dirinya tetap sejalan dengan saran orangtua.
Meski tak bertemu dengan apa yang ia takuti, gadis kelahiran 2001 ini tetap belum merasa lega. Alda sempat mengalami burn-out karena rutinitas dan pelajaran sekolah yang menurutnya sulit. Di masa ini Alda berusaha menemukan kembali aktivitas yang membuatnya bergairah, yaitu berfoto dan tampil di muka umum.
Melihat kakak kelas di masa SMK yang sering mengambil cuti belajar untuk mengikuti pemotretan membuat Alda ingin memiliki kesempatan yang sama. Dirinya penuh semangat bertanya kepada kaka kelas tersebut dan perlahan semakin menjalin keakraban. Alda sering ditawari oleh kakak kelasnya untuk menggantikan pekerjaanya sebagai model dalam sesi pemotretan.
Satu kali pernah dituruti oleh Alda dengan persiapan outfit yang dibelinya sendiri, namun fotografer acara tersebut tanpa sebab membatalkan jadwal Alda.
Kali kedua Alda menuruti kakak kelasnya yang sedang sakit untuk menggantikan pekerjaannya, kali kedua itu pula Alda batal pemotretan. Secara sepihak kakak kelasnya mengambil kembali pekerjaannya dari Alda.
Kekecewaan sempat hinggap dalam batin Alda. Ia bertekat untuk menapaki jalan modelling dengan usahanya sendiri. Jam belajar yang kosong setiap hari Rabu ia jadikan waktu untuk berlatih dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan sebagai model. Mulai dari berlatih berjalan di atas panggung dengan anggun secara otodidak, hingga mencicil membeli beberapa pakaian dan aksesoris sebagai modal untuk menjadi seorang model tak henti ia lakukan.
Ayah dan Mamah sempat menolak keinginan Alda untuk menjadi model. Alasannya simpel, orangtua Alda takut jika Alda masuk kedalam pergaulan yang merugikan masa mudanya. Tak kehabisan akal, Alda mengikuti beberapa casting secara diam-diam.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Ketika mengikuti casting di Depok, ia diminta oleh Fotografer untuk mengirimkan hasil selfie dan langsung mendapat ajakan untuk sesi pemotretan pada minggu selanjutnya.
Segala perlengkapan, riasan, dan pakaian telah disiapkan oleh pihak penyelenggara. Alda kembali datang menerima ajakan pemotretan tersebut dengan perasaan sumringah. Langkah awal pemotretan berhasil ia tapaki. Selanjutnya Alda bergabung dengan komunitas modeling di Depok, tampil menjadi perwakilan peragaan desainer di kantor Walikota Depok, hingga mendapatkan berbagai tawaran endorsment produk dan pemotretan dari berbagai client dari 2017 hingga 2019. Berkah bagi Alda, orangtua akhirnya tak keberatan dengan pilihannya saat itu.
Hijab, Pandemi, dan Titik Kemajuan Agensi
Berbeda dari mayoritas lini usaha yang mengalami gulung tikar efek pandemi merebak, Alda nekat menggaet 1 MUA, 1 Fotografer, dan 5 Talent untuk merintis Agensi Model NaldaF Project.
"Entertainment pasti selalu mudah tersaingi, kita harus terus perbarui dan melihat saran dari banyak pihak", ucap Alda.
Bagi Alda, yang paling penting untuk merintis menjadi model maupun founder dari agensi model adalah keteguhan prinsip, good attitude, dan tak sungkan menjalin relasi di berbagai kesempatan.
"Wanita hijab bisa berkarya tanpa membuka hijabnya", teguh Alda.
Dahulu dirinya selalu menolak tawaran pemotretan yang memiliki syarat berpose tak sesuai dan membuka hijab. Karena hal tersebut, seringkali ia mendapat anggapan sebagai model yang sombong. Tak apalah, Alda tak mau sekedar mendapatkan uang namun rela membuat dirinya berdosa dan mencederai ilmu yang iya peroleh semasa di Pondok Pesantren.
Meskipun anggapan sombong dan julukan tak pantas selalu dilayangkan kepada Alda, Alda tetap berusaha menjaga sikap dihadapan semua orang. Ia tak sungkan menjalin silaturahmi kepada para MUA, desainer, dan fotografer lain.
Dalam agensinya, Alda membuat peraturan yang ketat untuk menjaga para talentnya. Para talent yang ia terima harus yang benar-benar berhijab dalam kesehariannya.
Ia berharap NaldaF Project mampu memberi wadah untuk mengembangkan dan bermanfaat bagi orang lain. Bekal ilmu dan upah yang layak bisa diperoleh oleh para talent sehingga menghasilkan performa berkualitas dan regenerasi agensi terus berjalan. Kesuksesannya saat ini tak luput dari restu orang tua dan rekan yang selalu mendukungnya. Alda kini mampu membuka agensi modeling kedua yang khusus menaungi model non-hijab dan non-muslim.
"Semoga apapun yang aku lakuin bisa menginspirasi dan memberi contoh baik bagi wanita muslimah", tutup Alda.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.