Puasa dan Ibu Menyusui
Curhat | 2022-04-11 09:02:30"Masyaallah ya, syariat sangat mengerti kita. "
Itulah yang diucapkan suamiku saat aku menyampaikan maksud tidak puasa dulu besok. Keputusan ini aku ambil karena melihat kondisi diri dan bayiku di hari kedua puasa ini. Bayi yang semakin nempel, tidur pun tak bisa lepas. Produksi ASI pun terasa berkurang drastis. Padahal, sudah diusahakan makan tetap tiga kali sehari. Sudah pula didoping buah dan makan sayuran yang lumayan banyak, ditambah konsumsi kurma saat sahur dan berbuka.
Niat sudah terhujam dari sebelum Ramadan. Diri ingin sekali bisa ikut puasa walau tengah menyusui bayi 4 bulan. Bayi pun sudah di-sounding tentang puasa, "Nanti umi puasa ya, dek", "Kita latihan puasa ya, dek", dan kalimat semisalnya. Qadarullah, ternyata tak bisa langsung puasa berhari-hari. Apalagi bayi belum MPASI. Belum ada asupan pengganti.
Sakit hati rasanya saat ada yang berkomentar, "niat kurang mantap", "iman kurang kuat". Padahal, Allah saja memberikan rukhsah bagi ibu hamil dan menyusui. Diperbolehkan untuk tidak berpuasa dulu.
Maka, perkataan suamiku sungguh jadi penenang diri. Allah sangat paham tentang hamba-Nya yang lemah ini. Allah turunkan syariat yang sangat mengerti kondisi diri. Tak perlu sibuk membandingkan diri dengan yang lain. Karena kondisi kita semua berbeda. Hisab di akhirat pun akan kita pikul masing-masing.
Masyaallah, semakin Cinta dengan syariat-Nya. Walau tidak puasa, bukan berati tidak bisa beribadah di bulan Ramadan ini. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Menyiapkan makan sahur, ikut makan sahur agar dapat berkahnya, menemani buah hati, menyusui bayi, menyiapkan makanan berbuka, berdzikir, tilawah, menghafal qur'an, dan masih banyak lagi lainnya.
Jangan sedih wahai ibu, Allah siapkan ladang amal sholeh lainnya bagi kita. Tetap semangat beramal di bulan Ramadan semata karena-Nya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.