Mengapa Anak Malas Belajar?
Curhat | 2022-04-09 13:39:38Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh anak sekolah (baca: pelajar), membaca buku, mengulang pelajaran, mengerjakan PR, mengerjakan tugas, dan atau belajar hal-hal lain diluar pelajaran sekolah.
Namun tak jarang kita mendengar keluhan dari orang tua, kalau anaknya malas belajar. Kenapa? ada beberapa penyebab mengapa anak malas belajar; (1) ada permasalahan di sekolah atau di rumah, (2) sedang sakit atau sedih, (3) waktu bermain kurang, sehingga anak menggunakan waktu yang seharusnya untuk belajar dipakai bermain.
Jika penyebabnya seperti tersebut di atas, kita mudah mengatasinya. Tetapi tidak jarang anak enggan belajar meskipun badannya sehat, tidak ada masalah, dan waktu bermain cukup, anak tetap enggan belajar karena memang ia malas untuk belajar.
Mengapa anak malas belajar? bisa jadi anak menganggap belajar sebagai sebuah kegiatan rutinitas yang tidak menarik, tidak menyenangkan. Belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya karena anak tidak secara langsung menikmati hasil belajar setelah selesai kegiatan.
Sebaliknya, bermain bagi anak merupakan kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan anak dapat merasakan keuntungannya saat itu juga setelah selesai, yaitu kesenangan, perasaan gembira. Ini yang membuat anak lebih senang bermain daripada belajar.
Untuk itu, agar anak tertarik untuk belajar maka buatlah kegiatan belajar itu menjadi kegiatan yang menyenangkan, misalkan dengan active learning, learning by doing, atau learning through playing. Anak bisa mendapatkan dua hal penting sekaligus dalam satu kegiatan, rasa senang dan belajar.
Bisa juga dengan memberikan insentif ketika anak mau belajar. Insentif tidak harus berupa materi (barang atau uang), bisa juga berupa pujian. Selain sebagai insentif langsung, pujian juga menunjukkan sebuah perhatian dan penghargaan orang tua terhadap anak.
Sebagai orang tua, Anda juga memiliki tanggung jawab agar anak rajin belajar. Jangan langsung memarahi anak ketika ia enggan belajar, tanyakan dengan baik mengapa anak malas belajar, bisa jadi anak enggan belajar karena ada masalah di sekolah, atau karena sakit tapi tidak berani mengatakan kepada Anda.
Berikan contoh kepada anak, ketika menyuruh anak untuk belajar, orang tua juga harus terlibat dalam kegiatan belajar, misalnya dengan membaca buku, berdiskusi dengan anak atau anggota keluarga yang lain mengenai topik-topik tertentu, sehingga menciptakan suasana seperti diskusi kelompok di sekolah.
Anda tidak harus terus menerus mendampingi anak. Anda dapat melakukan aktivitas lain, mengerjakan tugas kantor, misalnya. Yang penting untuk diperhatikan adalah, ketika anak mengalami kesulitan Anda berada didekatnya siap untuk membantu.
Pilih waktu belajar dengan melihat kondisi pada anak. Masing-masing anak mempunyai ketahanan konsentrasi yang berbeda-beda, ada anak yang mampu konsentrasi belajar dalam waktu lama, misalnya selama 30 menit, tetapi ada juga yang lebih, bahkan kurang.
Susunlah jadwal sesuai dengan daya konsentrasi anak. Mulailah ketika anak masih dalam kondisi segar. Berikan waktu istirahat sesuai dengan daya konsentrasi anak. Penting untuk diingat, hindari kegiatan belajar menjadi sebuah beban bagi anak.
Setelah jadwal tersusun, konsekuenlah dengan jadwal, jadikanlah kegiatan belajar menjadi rutinitas sesuai jadwal, kecuali disebabkan hal-hal khusus dan mendesak jadwal bisa bergeser.
Akhirnya, jika menginginkan anak Anda rajin belajar, maka jadikanlah kegiatan belajar sebagai kebiasaan, jadikan kegiatan belajar menjadi kebutuhan keluarga Anda. Ini menjadi tantangan bagi orang tua, apalagi di era digital seperti sekarang ini. Gadget dan internet bisa menjadi penyebab mengapa anak malas belajar. [Guru BK]
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.