Utang Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bagaimana pengaruhnya terhadap APBN?
Info Terkini | 2022-06-30 15:58:39Ditulis oleh : Koko Wahyudi, Analis Pengelolaan Keuangan APBN
Sebagai negara berkembang, Indonesia cenderung menggunakan kebijakan fiskal ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan lebih besar.
Utang negara adalah konsekuensi yang tak dapat dihindari dari kebijakan fiskal ekspansif. Hal ini perlu karena kas negara akan mengalami defisit akibat rencana belanja dan pengeluaran pemerintah yang lebih besar.
Lantas, bagaimana pengaruh utang negara terhadap APBN?
Ruang Gerak Fiskal yang Terbatas
Beberapa tahun terakhir, utang Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang impresif.
Tercatat, utang Indonesia pada 2014 mencapai Rp2.608,8 triliun atau setara dengan 23% PDB saat itu. Pada tahun 2021, angka tersebut melonjak menjadi Rp6.908,87 triliun. Ini berarti ada pertumbuhan utang sebesar 164% dari tahun 2014.
Utang tersebut memiliki bunga yang keduanya harus dicicil oleh pemerintah setiap tahunnya. Kebutuhan untuk membayar cicilan dan bunga utang tersebut tentu berasal dari APBN.
Ini berarti, semakin besar utang, maka semakin besar alokasi untuk membayar bunga dan cicilan utang tersebut. Hal ini dapat mengurangi alokasi anggaran yang seharusnya bisa untuk belanja dan pembangunan.
Sebagai contoh, pada APBN 2022, sebanyak Rp405,9 triliun dianggarkan hanya untuk pembayaran bunga utang saja. Di sisi lain, anggaran untuk perlindungan sosial seperti PKH, KIP, PraKerja, dan Subsidi KUR adalah sebesar Rp427,5 triliun.
Angka ini cukup mengkhawatirkan mengingat tren pembayaran bunga utang yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Begitu pun persentasenya terhadap pendapatan.
Diagram di atas menunjukkan bahwa lebih dari seperlima pendapatan pemerintah digunakan hanya untuk membayar bunga utang.
Efektivitas Utang Pemerintah
Salah satu cara termudah untuk mengetahui apakah utang dalam APBN sudah efektif atau belum adalah dengan melihat pergerakan rasionya terhadap PDB.
Jika rasio utang terhadap PDB menunjukkan penurunan, maka utang tersebut efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Begitu pun sebaliknya.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa sementara utang tumbuh signifikan, kenaikan PDB justru kurang memuaskan. Rasio utang terhadap PDB Indonesia justru ikut meningkat, yang berarti pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak sebesar pertumbuhan utang.
Untuk itu, realokasi anggaran agar lebih banyak ke sektor yang produktif perlu ditingkatkan dalam penyusunan APBN ke depannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.