Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suryana Ependi

Majelis Kesaksian Jilid 2: Pembangunan Demokratis di Pedesaan

Eduaksi | Saturday, 09 Apr 2022, 12:45 WIB

Sanggabuana Institute kembali melaksanakan Majelis Kesaksian jilid 2 pada Jumat (8/4/2022), tema kali ini adalah Pembangunan Demokratis di Pedesaan yang bertempat di Museum Multatuli, Rangkasbitung.

Topik diskusi hari ini dikhususkan untuk menyoroti beragam situasi pembangunan di pedesaan. Dengan adanya anggaran yang masuk ke desa, kami melihat soal ini penting untuk dibahas. Kenapa demikian, karena soal pembangunan yang melibatkan warga, ini juga berkaitan dengan kesejahteraan warga desa. Pungkas Hendriana Pratama (koord. Program dan Kampanye Sanggabuana Institue)

Majelis Kesaksian ini ada dua pembicara, ada Bung Aeng (Pena Masyarakat) seorang yang sudah malang melintang dalam dunia aktivisme sejak menjadi mahasiswa, dan berfokus pada isu lingkungan hidup.

Dalam paparannya, bicara demokrasi itu soal berapa otak, berapa luas wilayahnya, yang berpikir, dll. Bicara mengenai desa, ini juga berkaitan dengan banyaknya aturan UU kan, padahal sebelumnya desa itu punya aturan, sebutlah itu aturan adat yang sudah ada sejak dulu. Nah, jangan sampai dengan banyaknya aturan, itu menghambat demokratisasi di pedesaan. Tegas Aeng

Kemudian yang kedua, bicara mengenai Desa. Karena saya Kepala Desa, jangan sampai menjadi kepala desa itu adalah kecelakaan. Semisal, karena berangkat dari keluarga yang kaya, terpandang di desa. Soal demokrasi di desa ialah tentang bagaimana melibatkan masyarakat desa dalam proses pembangunan, semisal memaksimalkan budaya gotong royong di desa. Ini kan kebanyakan, mentang-mentang ada dana desa, dikit-dikit anggaran, kebiasaan buruk itu. Kalau memaksimalkan swadaya warga desa, itu juga bagian yang penting dan bagus. Menurut Yayan Hendayana (Kepala Desa Cikamunding, Lebak), yang juga ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kec. Cilograng.

Ke depannya, kami berharap semoga dengan adanya Majelis Kesaksian ini, intelektual di Lebak mempunyai kehendak untuk mengaktivasi ruang publik menjadi medium dan alternatif belajar bersama. tambah Hendriana

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image