Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Maksum

PEKAN PERTAMA RAMADAN DI PARAMOUNT SCHOOL DENGAN READING CORNER

Guru Menulis | 2022-04-06 22:18:33
Siswa Paramount School membaca buku di Reading Corner

Ramadan bulan yang mulia untuk umat Islam telah memasuki pekan pertama. Ramadan tahun ini terasa berbeda karena tahun ini merupakan tahun pertama menuju pemulihan pasca pandemi. Dua tahun terakhir masa pandemi siswa-siswi menikmati bulan Ramadan dangan berbagai acara melalui kegiatan daring. Seperti yang dilakukan oleh sekolah Paramount School Palembang, masa pandemi tahun lalu mengadakan acara pesantren kilat lewat daring. Suasana tersebut tentunya sangat berbeda dengan acara offline yang meriah dan penuh dengan hingar bingar.

Apa yang berbeda dengan Paramount School di bulan Ramadan di tahun ini? Bulan Ramadan selalu diidentikkan dengan bulan penuh ibadah ritual keagamaan seperti sholat sunah, mengaji Al-quran, i`tikaf dan berbagai ritual ibadah yang menambah kebaikan. Selain program tersebut yang diisi oleh guru agama Paramount School juga menciptakan atmosphere baru yaitu berupa Reading Corner. Reading Corner ini merupakan projek Aksi nyata dari Guru penggerak angkatan 4 yang mempunyai visi dan misi pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dengan adanya Reading Corner di harapkan anak-anak dapat mengalihkan perhatiannya yang selama ini berkutat dengan HP dan gedjet namun kini lebih melirik kepada kebiasaan baru yaitu membaca buku.

Kenapa harus Reading Corner?

Kebiasaan membaca dan kemampuan literasi bangsa indonesia masih pada tingkat memprihatinkan meskipun akhir-akhir ini di mana-mana telah dikampanyekan tentang budaya literasi baik di tengah masyarakat maupun di sekolah itu sendiri. Di sekolah sebenarnya sudah ada perpustakaan namun perpustakaan di tingkat sekolah masih dilihat sebagai hal yang formal dan terlihat kaku setidaknya di sekolah yang tidak membebaskan para siswa untuk keluar masuk perpustakaan namun jam perpustakaan dimasukkan jadwal tertentu seminggu sekali. Dengan kata lain jika hal tersebut di lakukan maka siswa berkutat dengan buku dan budaya membaca juga satu minggu sekali. Hal ini dipandang kurang efektif dan ideal jika kata yang diambil adalah ingin `membudayakan`. Untuk itu guru penggerak angkatan 4 di Paramount School memandang bagaimana membudayakan budaya literasi membebaskan para siswa setiap hari dengan disuguhkan berbagai buku. Untuk merealisasikan misi tersebut maka jawabannya adalah dengan pojok baca.

Dengan adanya pojok baca siswa dan orang tua diminta bisa turut serta berpartisipasi dalam kegiatan budaya literasi. Partisipasi orang tua pada kegiatan literasi yang di lakukan oleh Paramount School adalah menggalang buku-buku bekas baca yang bermanfaat untuk anak-anak dan orang tua seperti cerita islami, cerita yang mengandung moral, tips menarik cerpen, novel dan buku-buku yang bermanfaat. Selain itu pojok literasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan projek siswa berskala kecil yang berhubungan dengan literasi atau mata pelajaran tertentu seperti bahasa, pengetahuan umum dll.

Dengan adanya partisipasi orang tua, guru dan siswa tersebut diharapkan masyarakat senang kepada keberadaan buku yang akhirnya budaya tersebut akan dibawa kedalam kehidupan keluarga dan juga anak-anak. Jika hal itu terjadi bukannya tidak mungkin di masa depan generasi kita akan lahir generasi yang menyukai buku, cerdas literasi dan terdidik dengan baik.

Upaya-upaya kecil tentang budaya yang baik ini tentunya harus ada yang memulai, mengkampanyekan dan merawat agar tetap terjaga. Hal ini tidak bisa serta merta dilakukan oleh individu namun juga butuh gotong-royong partisipasi berbagai pihak agar terwujud budaya `melek baca` yang diinginkan. Sekolah adalah tempat yang paling ideal untuk memulai karena di sanalah tempat diajarkannya ilmu pengetahuan dan tentunya juga lebih mudah untuk melahirkan atau mencetuskan ide-ide sederhana tentang budaya literasi baca. Jika kita ingin membangkitkan budaya maka pera pencetus dan pelaku itu sendiri harus dapat dijadikan contoh bergerak terlebih dahulu. Karena semua hanya menjadi mimpi jika sebuah misi diciptakan untuk merubah orang lain namun dirinya sendiri tidak mau berubah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image